Devil's Fruit (21+)

Tawaran Tinggal di Cosmo



Tawaran Tinggal di Cosmo

0Fruit 1288: Tawaran Tinggal di Cosmo     

Shona sudah terlalu murka setelah melihat kematian tragis suaminya. Tidak bisa menahan emosi dan kemarahan yang sudah menekan kepalanya sejak tadi, Shona pun memberikan hukuman pada Walikota Urgo.     

Dengan kekuatan es dia yang ternyata bisa meningkat hingga mencapai 50 persen, Shona tidak ragu-ragu menembakkan es abadi pada tangan kanan dan kaki kiri Walikota Urgo.     

Tentu saja itu sungguh menyakitkan ketika es abadi itu disuntikkan hingga merasuk ke daerah yang ditargetkan.      

"Itu akan bertahan hingga kau mati. Takkan bisa dihilangkan meski aku mati sekalipun. Hanya aku dan suamiku yang kau bunuh saja yang bisa menghentikan es abadi itu, tapi aku tidak akan pernah memiliki hasrat untuk menghilangkan itu darimu. Silahkan nikmati kemurahan hatiku itu seumur hidupmu agar kau tak akan melupakan mengenai kejadian hari ini."     

Seperti itulah yang dikatakan Shona sebelum dia mengabaikan sang walikota yang terus mengiba padanya.      

Wanita yang sudah murka memang menakutkan.     

Melihat secara miris kondisi Walikota Urgo setelah menerima murka dari Shona, Jovano pun berkata pada Shona, "Um, Sho, mumpung kekuatan es kamu sepertinya sedang tinggi begitu, apakah kau tidak ingin membuat peti es untuk Kak Za?"     

Shona yang belum kembali ke wujud normalnya pun menoleh ke Jovano. Sepertinya apa yang diusulkan Jovano bagus juga. "Itu pun boleh, tentu saja."     

Kemudian, tubuh Pangeran Zaghar yang sudah tinggal tulang saja dan bercak-bercak darah yang melekat di tulang, bahkan bola matapun tidak tersisa, mulai diselimuti oleh selubung es abadi milik Shona.     

Tubuh sang pangeran ketika sudah tidak bernyawa ternyata kembali ke bentuk asalnya sebagai sosok iblis. Tubuh itu berubah menjadi lebih besar dan lebih tinggi sekitar 3 meter dengan taring iblis dan tanduk besar bagai tanduk domba. Kedua tanganpun panjang hingga menyentuh betis.     

Rupanya seperti itulah bentuk asli sang pangeran Incubus ketika tidak dalam sosok manusia.     

Selain itu, karena virus karnivora sudah tidak menemukan daging dan organ untuk dimakan, maka mereka pun perlahan-lahan mulai melemah dan mati dengan cepat, berubah bagaikan debu-debu kecil di sekeliling kerangka Pangeran Zaghar.     

Selubung es dari Shona kian lama berubah menjadi kotak persegi seluas tubuh sang pangeran, mengurung tulang kerangka Pangeran Zaghar yang masih terbalut pakaian kebesarannya.      

Tidak memerlukan waktu lama bagi Shona untuk membentuk sebuah peti es bagi suaminya. Dengan begitu, Jovano bisa memindahkannya ke alam Cosmo untuk diletakkan di dalam mausoleum khusus milik keluarga dan rekan seperjuangan yang dibangun Jovano beberapa waktu lalu sebelum melakukan misi.      

"Jika nanti keluarga Kak Za ingin mengambil jasad Kak Za, mereka bisa mengatakannya padaku, Sho." Tak lupa Jovano memberitahu Shona mengenai itu, karena saat ini mereka masih di tengah misi, tak bisa menemui siapapun di Underworld maupun Bumi.     

Mengabaikan Walikota Urgo yang tengah berguling di tanah sambil merintih dan menangis karena rasa sakit menusuk dari es abadi Shona, Jovano beralih kepada Darga dan Miloz. "Kalian, apakah kalian mau tinggal di Cosmo?"     

Mendengar tawaran dari Jovano, mana mungkin dua kakak beradik mutan tidak kaget? Bahkan Miloz pun melongo karena saking kagetnya.      

"Tinggal di … Cosmo?" Miloz merasakan ada sensasi tak tertahankan di tubuhnya. Dia sudah pernah ke Cosmo sebelum ini dan dia sangat amat menyukai alam di sana.     

Jika dia benar-benar bisa tinggal di sana, alangkah bagusnya itu! Setidaknya dia akan mengalami yang namanya kehidupan damai setelah selama ini selalu saja ditindas selama entah berapa lama, mungkin hitungan abad.     

"Yah, aku tahu ini mungkin mendadak dan mengagetkan Darga dan Miloz," ujar Jovano, lalu berkata, "Tapi aku menawarkan ini sebagai ganti rugi setelah kebun kalian musnah. Maksudku, kami sedikit banyak membuat ini terjadi, kan? Nah, apalagi sepertinya usai kejadian ini, tidak mungkin berita mengenai kalian yang dikaitkan dengan kami tidak tersebar, bahkan ke kota tetangga."     

Jovano berhenti sejenak sambil memperhatikan raut wajah kedua kakak beradik itu. Sepengelihatan dia yang tajam dan biasanya akurat, dia bisa yakin bahwa ada binar senang di mata Miloz, namun tidak di mata Darga.      

"Bayangkan kalau kalian tidak perlu lagi tinggal di tempat yang berpenduduk toxic seperti kebanyakan orang di sini, ya kan? Kalian akan lebih bahagia dan mungkin aku juga bisa mengusahakan kalian bisa berkebun di Cosmo." Jovano memberikan tambahan menggiurkan yang diharapkan bisa menggoyahkan Darga.     

Namun, sepertinya lelaki itu tidak juga tergerak atas tawaran terbaik dari Jovano.     

"Kalian tidak bermaksud hendak tetap tinggal di sini sambil memperbaiki kebun ini, kan?" Jovano masih terus memberikan kalimat persuasif.      

"Kak …." Miloz menyentuh lengan panjang baju kakaknya mengisyratkan keinginan bocah mutan itu agar mereka menerima tawaran Jovano.      

Darga menoleh ke adiknya dengan pandangan rumit. "Tapi ini … ini kebun warisan dari ayah dan ibu, Mil."     

"Kalian bisa mengambil tanah dan juga bibit dari sini dan dibawa ke Cosmo, atau bahkan aku juga memindahkan rumah warisan orang tua kalian ke dalam Cosmo pula. Semua baik-baik saja untuk aku lakukan." Jovano tidak main-main dengan tawaran dia.     

Hal ini karena dia tidak ingin menyesal meninggalkan Darga dan Miloz di alam Mutan ini dan nantinya dua kakak beradik bisa terancam bahaya usai mereka pergi dari alam ini.     

Rasanya tak ada salahnya jika Jovano ingin menolong orang lain, ingin memberikan kehidupan yang lebih baik bagi Darga dan Miloz. Dia ingin meneladani sikap baik ibunya.     

Sang ibu, Andrea, sudah berapa banyak Putri Cambion itu menolong banyak makhluk dengan memberikan suaka terbaik di Cosmo? Sangat banyak. Bahkan bersedia memindahkan satu koloni pula!     

Sebagai putranya, meski berdarah iblis, namun Jovano masih ingin memiliki kebaikan manusia seperti sang ibu.     

Baik dan buruk seseorang bukan tergantung dari ras atau golongannya, tapi dari masing-masing individu itu sendiri.      

Jovano boleh disebut iblis, namun dia tidak harus selalu sejahat iblis yang biasa diberikan label stereotip buruk.      

"Kak … sepertinya tawaran dari Jo tidak buruk, ya kan? Apalagi kita juga bisa membawa sedikit tanah dan bibit kebun kita plus rumah orang tua kita ke Cosmo juga!" Miloz ikut membujuk kakaknya.     

Darga makin dilema. Di satu sisi, dia sebenarnya ingin juga tinggal di Cosmo, alam dengan udara dan lingkungan yang sangat baik dan menyamankan jiwa.     

Tapi ….     

Tak bisa ditahan, pandangan mata Darga tertuju pada Motya di dekatnya. Meski itu hanya sekilas dan sangat singkat, namun ternyata tertangkap oleh mata Jovano.     

Sekarang sudah jelas apa yang sebenarnya memberatkan bagi hati Darga untuk meninggalkan alam ini.     

Jovano bisa yakin atas tebakan dia bahwa Darga menyukai Motya dan berat meninggalkan Motya di sini.      

"Kalian … Darga, Miloz dan Motya … apakah kalian ingin jalan-jalan sebentar di Cosmo?" tanya Jovano pada 3 mutan itu..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.