Devil's Fruit (21+)

Memarahi Penduduk Ataboz



Memarahi Penduduk Ataboz

0Fruit 1291: Memarahi Penduduk Ataboz     

Terlalu murka pada tindakan mutan-mutan bebal tak tahu diuntung itu, Jovano pun meluapkan segenap energi sihir dia ke tangan. Entah ini bisa atau tidak, Jovano tidak perduli, dia hanya ingin mencoba saja untuk melepaskan beban amarahnya.     

"Aaarrrghhhh!" Jovano berteriak kencang sambil mengulurkan tangan kirinya ke depan. Segera, muncullah tembakan Api Hitam Neraka yang segera menerjang tubuh para mutan angin di depan Jovano.     

Melihat betapa mengerikannya api hitam dari tangan Jovano, mutan yang tersisa pun menatap ngeri ke Jovano.     

"Lari! Dia mengerikan!" teriak mutan pada gerombolannya.     

"Lari?! Jangan harap! Setelah mengusik kami, hah?!" teriak Jovano hingga menggema di langit, bisa didengar seluruh penduduk Ataboz.     

  "Astaga, Kak Jo terlalu murka." Gavin melihat ke Jovano yang kini sudah mulai berubah penampilan menjadi ke mode semi-devil. Shona dan Serafima pun berhenti dan melayang di dekat Gavin untuk menonton Jovano.     

Bentuk semi-devil Jovano membawa aura mendominasi dan penindasan. Matanya hitam seluruhnya seperti yang biasa terjadi pada iblis dalam wujud aslinya, separuh tangan kirinya menghitam dari siku sampai ujung jari, muncul tanduk banteng tapi hanya 1 saja di kepala bagian kirinya, dan dia juga mengeluarkan sayap hitam pada punggung kiri.      

Semua perubahan semi-devil dia rupanya pada sisi kiri tubuhnya. Mungkin itu karena pada sisi kanan ada kekuatan milik Nirwana.      

Tinggi tubuh Jovano juga mencapai hampir 4 meter dan mata kirinya mengeluarkan pijar api hitam, menambah seram sosok penampilannya.     

Dari ujung jari tangan kiri Jovano, mulai tumbuh cakar panjang dan besar, dan dari sanalah selalu muncul tembakan api hitam yang disarangkan ke tubuh mutan-mutan bebal.     

"Kalian terus mengusik kami ketika kami berusaha tetap rendah hati di depan kalian, hah! Kalian ingin menantang kami? Kalian makhluk tak tahu diri! Kalian pikir kekuatan kalian berasal dari mana, hah?! Dari leluhur iblis kami!" seru Jovano dengan suara kencang menggelegarnya.     

Hanya dalam waktu singkat, terjangan Api Hitam Neraka Jovano bisa memusnahkan seluruh gerombolan mutan bebal yang datang dalam 3 gelombang.      

Semuanya musnah menjadi debu hitam ketika tubuh mereka dibakar hidup-hidup oleh api hitam spesial itu.      

Banyak warga Ataboz yang kini mulai penasaran akan apa yang sedang terjadi sebenarnya di pantai itu. Walikota Urgo juga sudah datang dengan dibantu oleh ajudan dan wakilnya karena dia masih kesulitan berjalan.     

"Kalian, jangan ganggu mereka, tolong dengarkan aku, jangan usik mereka." Walikota lekas meneriakkan itu pada warganya sambil berusaha membelah kerumunan agar bisa berada paling depan.     

Jovano yang masih dalam mode semi-devil dia, berteriak penuh amarah pada warga Ataboz di depannya, meski itu belum seluruh penduduk kota berada di sana, namun ada sekitar seratus orang lebih berkumpul di depan Jovano.     

"Kenapa kalian begitu picik dan berpikiran pendek?" Jovano meneriakkan amarahnya. "Aku dan kelompokku datang ke sini hanya ingin mencari benda untuk menyelamatkan ibuku! Apakah kalian tidak memiliki ibu hingga kalian tidak bisa berempati padaku, hah?     

Tapi nyatanya, kalian terus saja mengganggu aku dan kelompokku! Kalian juga memojokkan kami beberapa kali, bahkan kalian setega itu melukai mutan sesama kalian hanya karena berkawan dengan kami!     

Kalian membakar kebun warisan orang tua Darga dan Miloz, dan kalian sejak dulu pun kerap merundung keduanya! Hei, kedatangan kami ke sini tidak untuk melakukan sesuatu pada kalian, tapi kenapa kalian terus menyudutkan kami?"     

Warga Ataboz pun terdiam karena sebagian dari mereka memang sudah mengetahui sepak terjang kawan-kawan mereka yang memang seperti yang diungkapkan Jovano.     

Jovano kembali berteriak pada para mutan di depannya, "Apa kalian lebih suka kalau aku benar-benar melakukan sesuatu pada kalian, seperti misalkan saja sebuah penaklukan dan pemusnahan besar-besaran pada kalian, hah?!"     

Segera saja, Walikota Urgo berseru menanggapi Jovano, "Jangan, Tuan Jo! Tolong jangan lakukan itu! Aku akui, ini memang kesalahan dari pihak wargaku dan aku minta maaf mewakili mereka. Aku pun salah dan berdosa karena terlalu mendengarkan mereka tanpa mau mendengarkan penjelasan Anda, Tuan Jo!"     

Salah satu mutan yang berdiri di dekat Walikota Urgo heran atas merendahnya walikota mereka pada Jovano. "Tapi, Pak Waliko—"     

"Diam!" bentak Walikota Urgo pada mutan muda itu. "Tidak perlu lagi ada keributan yang kalian timbulkan! Atau ada yang ingin mencicipi virusku?"     

Mendengar walikota mereka menyebutkan mengenai virusnya, warga di sana pun segera saja diam dan berusaha mundur menjauh dari sang walikota, khawatir jika Walikota Urgo benar-benar mengeluarkan virus mematikan dia, virus yang menjadi senjata andalan Walikota Urgo meski si pemilik virus itu tidak bisa melenyapkan si virus usai ditembakkan.     

Akhirnya, setelah mendengar ancaman dari Walikota Urgo, kelompok Jovano pun dibiarkan keluar dari pantai dengan tenang, tanpa ada huru-hara lagi, tanpa ada yang bebal lagi.     

"Jangan lagi memprovokasi kami atau aku musnahkan kota ini!" ancam Jovano sebelum terbang pergi bersama kelompoknya dari sana.     

.     

.     

Jovano dan kelompoknya terbang kembali ke perkebunan milik Darga dan Miloz yang sudah hancur dan hangus parah. Hanya menyisakan pohon-pohon yang menghitam gosong dan ada banyak serpihan pula di tanah akibat ledakan.     

Benar-benar kondisi yang menyedihkan setelah sebelumnya tempat itu begitu asri dan hijau, penuh akan hamparan pohon anggur dan kopi. Sudah tidak ada lagi buah kemerahan bergerombol di sela-sela daun hijau.      

Melihat itu, hati Jovano sedih, merasa bersalah, karena ini terjadi juga akibat dirinya. Tak berapa lama, Jovano pun kembali ke wujud manusianya.     

Lalu, dia segera mengeluarkan Darga, Miloz dan Motya dari alam Cosmo, kemudian bertanya pada mereka bertiga, "Bagaimana acara jalan-jalan di Cosmo, apakah menyenangkan?"     

Senyum ramah Jovano tidak akan membuat siapapun bisa mengira bahwa dia baru saja membunuh hampir seratus mutan dengan serangan keji.     

"Tentu saja menyenangkan, Jo!" Miloz berseru dengan wajah riang.      

"Betul!" Motya juga tak kalah riangnya dengan Miloz, sementara Darga hanya tersenyum kecil. "Aku tidak mengira akan melihat alam seindah Cosmo! Uffhh … rasanya pasti enak sekali kalau punya alam seperti itu, yah! Aku tadi bahkan bermain asyik dengan para harimau lucu!"     

Senyum Jovano semakin lebar mendengar antusiasme Motya. "Lega jika kalian menyukai Cosmo. Nah, bukankah suatu hal berlebihan jika aku menawarkan pada Darga dan Miloz untuk tinggal di Cosmo, ya kan? Bagaimana?" Jovano menatap ke Darga dan Miloz.     

"Wow! Itu sungguh tawaran menggiurkan!" Motya menepuk lengan Darga. "Terima saja, Darga!"     

Karena Jovano sudah paham akan perasaan Darga pada Motya, dia memang sengaja merencanakan skema ini. "Bagaimana, Ga? Mil? Kalian mau? Kalian bisa membuat kebun juga di Cosmo. Tanam apapun yang kalian mau di sana, hiduplah lebih damai tanpa takut dirundung."     

Miloz bersedia, namun bagaimana dengan Darga? Siapa yang akan dipilih Darga: Miloz, adiknya … atau Motya, yang dia sukai?      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.