Devil's Fruit (21+)

Kisah Pahit Motya



Kisah Pahit Motya

0Fruit 1293: Kisah Pahit Motya     

"Ayah? Huh! Aku yakin dia bahkan tidak akan ingat bahwa dia memiliki anak bernama Motya." Wajah Motya berubah pahit ketika menyampaikan ini sebagai jawaban terhadap pertanyaan Jovano dan Darga.      

Mendengar itu, kening Jovano dan yang lainnya berkerut karena heran. Kenapa Motya begitu getir menyatakan hal mengenai ayahnya? Apa yang terjadi?     

"Aku sudah terbiasa mendapatkan kekerasan di rumah." Motya melantunkan kenyataan.     

"Ayahmu melakukan itu padamu?" Serafima tak percaya. Selama ini, hidupnya selalu bahagia bersama keluarga dan teman-temannya, bahkan dia kerap menjadi pemimpin bagi teman-temannya karena dia bisa mendominasi dengan kekuatannya, meski bukan merundung.     

Motya mengangguk dengan senyum pahit. "Ya, tidak hanya ayahku yang melakukan kekerasan tapi juga kakak-kakakku. Aku bahkan sudah terbiasa dibanding-bandingkan dengan 2 kakak lelakiku."      

Shona meraih Motya dan memeluknya. Dia tidak bisa membayangkan apabila dia mendapatkan perlakuan itu dari keluarganya. Oleh karena itu, dia merasa sedih untuk Motya. "Kurasa kau memang lebih baik ikut dengan kami saja jika memang keluargamu sejahat itu denganmu."     

"Ya, aku akan lebih dari bahagia jika memang bisa lepas dari mereka. Rumah hanyalah sebuah neraka nyata bagiku. Hanya karena aku lahir dan ibuku meninggal karena berjuang melahirkanku, maka ayah dan 2 kakakku seakan memiliki alasan untuk memusuhi dan membenciku." Motya sudah tidak bisa menahan ini semua.     

Bahkan, Darga pun terkejut ketika mengetahui ini. Karena, ketika dulu dia beberapa kali ke rumah Motya, ayah dan 2 kakak lelaki Motya terlihat baik-baik saja meski wajah mereka kerap masam. "Tya, aku sungguh tidak mengira mereka sejahat itu padamu. Padahal setiap aku ke rumahmu, mereka terlihat biasa meski wajah mereka kerap muram."     

"Mereka hanya tidak ingin ketahuan oleh orang luar apapun yang mereka lakukan terhadapku." Motya tersenyum kecut menanggapi Darga.     

"Apakah mereka hanya melakukan kekerasan fisik saja terhadapmu?" Jovano bertanya dengan pertanyaan yang sangat mendalam. "O-ohh, tapi kalau ini tidak nyaman, tak perlu kau jawab, kok!"     

"Ayahku beberapa kali melecehkan aku secara seksual. Saat kecil, aku diperkosa beberapa kali olehnya dengan alasan … menggantikan ibu." Akhirnya, meluncurlah kisah pahit Motya dari mulutnya sendiri. Dia sudah tidak kuat menahan ini.     

"Hah?! Dia …." Wajah Darga segera menggelap. "Aku harus temui dia—"     

"Untuk apa?" Motya memegangi lengan Darga. "Dia tidak akan mengakui itu! Yang ada, aku akan merasa lebih malu lagi!"     

Darga menatap Motya, mata gadis itu mulai basah. "Aku hanya … hghh … baiklah. Hm, apakah kau masih dilecehkan di umurmu ini?"     

Motya menggeleng. "Aku … ketika aku makin mendapatkan kekuatan anginku, aku semakin bisa menolak kemauan dia dan aku sering berada di luar agar tidak perlu bertemu dengannya."     

Darga menoleh ke Jovano dan berkata, "Ayah Motya memiliki jabatan di pemerintahan kota ini."     

"Ohh … pantas saja dia tidak ingin ini sampai diketahui orang lain." Jovano makin paham kenapa tidak ada orang yang mengetahui kisah pahit Motya. "Tapi, tidakkah kau pernah mengadukan perbuatan ayahmu ke orang lain? Kerabatmu, misalkan?"     

"Percuma. Yang ada, aku dituduh berkata omong kosong dan mengada-ada. Terlebih, ketika itu aku masih kecil, tidak ada yang memercayai aku meski itu adalah kerabatku sekalipun. Yang ada, tetangga dan lingkunganku hanya memberikan cap anak nakal padaku karena aku sering keluar rumah dan tak mau pulang."     

"Pantas saja kau sering menginap di rumah teman-temanmu, Kak Tya." Miloz kini bisa mengerti kenapa Motya sering bermalam dan menginap bergantian dari satu rumah teman ke rumah teman lainnya.      

"Ya. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menghindari ayahku." Motya masih menundukkan kepalanya. Shona memeluk semakin erat.      

"Sudah, sudah, ayo kalian bertiga lebih baik hidup di Cosmo saja, yah! Percuma jika memang orang terdekat kalian sudah tidak menginginkan kalian." Shona menepuk dan mengelus kepala Motya.      

"Selama ini kau hanya mengeluh padaku mengenai ayahmu yang keras dan kakak-kakakku yang sering mengusilimu …." Darga mengulang kembali memori masa lalu. "… ternyata masalahmu lebih dalam dari sekedar yang kau ceritakan padaku jika kau sedang kabur dari rumahmu. Kenapa kau tidak mengatakan ini sejak dulu, Tya? Jika kau jujur sejak lama, aku bisa melindungimu di perkebunan."     

"Tidak perlu ada yang disesali lagi, Ga. Yang terpenting sekarang, mengubah hidup kalian dan mencari kebahagiaan baru di lingkungan baru jika memang lingkungan lama terlalu beracun." Jovano menepuk bahu Darga.      

Sepertinya, Jovano lega karena dia menawarkan Motya tinggal di Cosmo. Dia paling benci dengan kekerasan seksual. Apalagi ini dilakukan orang terdekat di keluarga, itu sungguh menjijikkan!     

"Nah, sekarang setelah semuanya siap dan kalian juga sudah lebih dari siap untuk pindah ke Cosmo, aku akan mulai memindahkan kalian, oke?" Jovano menatap ketiga mutan remaja itu.     

"Kami siap, Jo." Darga mewakili ketiganya dan mereka mengangguk tegas.     

Maka, dengan kekuatan pikiran, Jovano memindahkan ketiga mutan itu beserta rumah warisan orang tua Darga juga ke dalam Cosmo dan meletakkan ke sebuah tanah lapang di dekat pondok Cosmo.     

"Kuharap mereka suka dengan lokasi yang aku pilihkan." Jovano mengulum senyum usai mengatakan itu ke timnya. "Dan sekarang, giliran kita yang pindah, tapi pindah alam."     

"Skriii! Apa kalian sudah selesai omong-kosongnya?" Hong Wang sudah terbang di dekat mereka.      

"Kau burung malas dan tidak setia kawan!" seru Serafima pada Hong Wang yang menghindar pergi ketika kelompok Jovano berada dalam masalah, dan hanya datang ketika mereka sudah siap untuk pindah alam.     

"Sudah, sudah, itu memang tabiatnya, mau bagaimana lagi?" Jovano menepuk lengan kekasihnya. "Nah, Tuan Burung yang hebat dan baik hati, ke mana kita harus menuju setelah ini?"     

Hong Wang terbang melayang-layang di sekitar mereka sambil memejamkan mata seakan sedang berkonsentrasi melacak arah terdekat keberadaan kristal jiwa Andrea. "Di sana!"     

"Sana mana, burung tak setia!" Serafima sering merasa kesal dengan Hong Wang.     

"Skriiii! Kau sungguh lancang berbicara begitu terhadap Yang Mulia ini!" Hong Wang menatap tajam penuh bara ke Serafima.      

"Om Ver, sebut nama alamnya." Jovano membujuk si burung api yang hendak murka ke Serafima dengan melantunkan suara lembut dia.      

"Hmph! Hanya karena aku memandang kau anak dari si bocah bodoh itu, aku masih tetap bertahan bersama kalian! Skriiii!" Dagu Hong Wang terangkat tinggi-tinggi.     

"Iya, Om Ver yang hebat dan baik. Kami sungguh berada dalam perawatanmu." Mulut manis Jovano beraksi.     

"Alam peri atau disebut juga Fairyland! Skriiii!" Hong Wang berseru lalu mulai terbang rendah ke tengah lingkaran yang dibuat kelompok Jovano. Lingkaran itu semakin mengecil karena tidak ada lagi Pangeran Zaghar.      

"Oke, alam peri atau Fairyland." Jovano mulai berkonsentrasi sembari menggenggam Kristal Teleportasi sembari bergandengan tangan dengan yang lain.      

Tak berapa lama, Jovano dan kelompoknya pun mulai menghilang dari alam Mutan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.