Devil's Fruit (21+)

Aroma yang Familiar



Aroma yang Familiar

0Fruit 1296: Aroma yang Familiar     

Melihat betapa antusiasnya para peri yang ada di desa tempat perhentian pertama Jovano dan kelompoknya di Fairyland, membuat terkejut kelompok itu.     

Namun, kemudian ada tatapan cemberut di wajah Serafima dan sedikit rasa tak nyaman di hati Shona ketika melihat Jovano dan Gavin dikerubuti dengan tatapan memuja dan mendamba.     

Gavin bagaikan menemukan kelompok haremnya, dia tersenyum lebar membalas sapaan dari kanan kirinya, namun berbeda dengan Jovano yang tersenyum canggung seraya hendak mengeluarkan dirinya dari kerumunan itu karena merasa ada tatapan tajam menusuk tak jauh darinya.     

Begitu Jovano berhasil lolos dari kepungan itu, ia segera berjalan ke Serafima yang sudah berkacak pinggang dengan wajah ditekuk secara masam.     

"Ha hah! Ha hah! Aku tidak mengira kita akan disambut begitu hangat di sini. Sungguh berbeda dengan 2 alam sebelumnya, yah!" Jovano mengusap gugup tengkuknya seraya mendekat ke Serafima dan Shona.     

"Hm, disambut hangat?" Serafima mengetuk-ketukkan ujung sepatunya di tanah dengan gusar, berkata, "Sepertinya itu berlaku untuk kau dan Gavin saja!"     

"Sa-sayank … jangan salah paham. Mungkin mereka hanya sekedar menyambut tamu dan bisa saja ini sudah tata krama mereka." Jovano menyentuh lengan kekasihnya.      

"Huh! Sungguh tata krama yang berlebihan dan tidak pantas!" Serafima melipat dua tangan di depan dada, matanya menatap sinis ke Jovano.     

Ketika Jovano melirik ke Shona, berharap mendapatkan bantuan, Shona hanya mengangkat dua bahunya dengan senyum canggung.     

"Pangeran tampan!" panggil salah satu peri yang tubuhnya setinggi perut Jovano, dia terbang lincah ke dekat Jovano. "Pangeran tampan, apa kau mau aku ajak berkeliling di desa kami yang indah ini?"     

"Denganku saja, Pangeran tampan!" Peri lain yang bertubuh lebih kecil segera mendekati Jovano.      

"Lebih baik denganku, duhai Pangeran Tampan!" Peri setinggi remaja manusia biasa berusaha menempel ke Jovano.     

"A-ahh, maaf … maaf, tapi aku sudah bersama dengan dia." Jovano menarik Serafima ke dirinya.     

"Dia? Bukankah dia jelek?" Peri setinggi perut Jovano berkomentar sambil menatap remeh ke Serafima.     

"Ya, dia tidak cantik seperti kami, Pangeran Tampan!" Peri setinggi manusia remaja juga ikut berkomentar mengenai Serafima.     

Serafima sudah mendelik hendak meledakkan mereka ketika Jovano lekas berkata, "Aku menyukai yang jelek dan tidak cantik ini, kok!"      

Shona harus mati-matian menahan tawanya melihat mata melotot Serafima dan pandangan tak berdaya Jovano serta tatapan terkejut tiga peri itu.      

"Hei, hei, kalian, jangan ganggu mereka!" seru Gavin dari tempatnya berdiri ketika menyadari ada keributan yang terjadi di tempat Jovano dan Serafima berada. Tentu saja mereka tidak ingin melanggar janji pada Semesta untuk tidak melakukan kekacauan di alam ini, ya kan?     

Akan sangat fatal apabila Serafima marah gara-gara ulah genit para peri.      

Tiga peri yang mengerubungi Jovano menoleh ke Gavin.     

"Ayolah, kalian ke sini saja, ayo kalian bermain-main denganku saja, jangan ganggu mereka!" Gavin berseru.      

Tiga peri itu pun meninggalkan Jovano.     

Salah satu dari mereka menggerutu, "Huh, ternyata dia menyukai perempuan jelek!"     

"Sepertinya dia tidak layak untuk kita yang cantik ini!" Peri satunya menimpali.     

Serafima sudah hendak mengeluarkan bola Zephoro dia, namun Jovano lekas mencegah dan menyeret kekasihnya menjauh saja. Shona pun mengikuti mereka.     

"Para peri itu sungguh ganas ketika melihat lelaki tampan, yah!" Shona berkata. "Tapi, kenapa mereka semua perempuan di sini? Apakah ini desa khusus peri perempuan?"     

"Kami di sini memang semuanya perempuan." Seorang peri mungil setinggi tapak tangan manusia muncul di dekat mereka. Wajahnya imut dan cantik, berambut pirang yang dikuncir, sayapnya berwarna ungu senada dengan baju ungu transparan yang dikenakan.     

"Kau! Apa kau hendak merayu kekasihku juga, hm?" Serafima langsung saja menatap tajam tak bersahabat ke peri mungil itu.     

"Aku? Hm, aku tidak begitu tertarik dengan sesuatu yang jauh lebih besar dariku." Peri mungil itu mengangkat bahunya dan terbang mengelilingi ketiganya.     

"Sepertinya kau tidak segenit mereka." Shona mengambil kesimpulan karena di mata peri itu tidak ada binar memuja ketika melihat Jovano.     

"Sudah kukatakan baru saja, bukan? Aku tidak tertarik pada orang yang lebih besar dariku! Apakah telingamu tidak berfungsi dengan baik?" Peri mungil itu cemberut dan mengerucutkan bibirnya dengan cara menggemaskan.     

"Hi hi hi! Maaf, maaf." Shona merasa nyaman seketika dengan peri mungil ini. "Siapa namamu? Aku Shona."     

"Namaku Liliac." Peri mungil menyebutkan nama. "Hei kau yang tadi cemberut, aku tidak akan merebut lelakimu, karena dia tidak menimbulkan minat padaku!" Ia menunjuk ke Serafima. "Siapa namamu?"     

Serafima memutar matanya dan melengos karena kesal. "Aku Serafima." Ia masih memperkenalkan diri ke Liliac.      

"Dan aku Jovano." Akhirnya ada peri yang tidak bernapsu pada dirinya. Mungkin dia bisa mengorek beberapa informasi mengenai alam ini dengan nyaman dari Liliac.      

Sementara itu di tempat Gavin berada, secara mendadak, dia berkata ke Jovano, "Kak Jo! Bisakah kau menghadirkan Miloz ke sini?"     

Seruan Gavin mengejutkan Jovano. Menghadirkan Miloz di tempat ini? Untuk apa? Tapi, dia masih juga mengeluarkan Miloz dari alam Cosmo.     

Miloz yang mendadak saja sudah berganti alam, menjadi sedikit bingung. "Kenapa … aku tiba-tiba ada di sini?"     

"Jangan tanya padaku." Jovano terkekeh dan menepuk bahu Miloz. "Tanya saja pada dia." Ia menunjuk ke Gavin yang sedang berlari kecil ke arahnya.     

Meski Jovano memiliki dugaan di pikirannya mengenai keinginan Gavin menghadirkan Miloz, namun biar saja Gavin yang menjelaskan sendiri ke orangnya.     

"Mil, ayo aku kenalkan dengan para peri cantik dan menarik!" Gavin lekas saja menarik tangan Miloz yang masih kebingungan.      

Liliac melihat adegan itu sambil duduk santai di bahu Shona. Setiap dia mengepakkan sayap, ada semacam debu-debu keemasan secara samar menyembur keluar dari sayap itu. "Sepertinya teman kalian akan mendapatkan kesenangan di sini. Mereka begitu mudah beradaptasi, bukan?"     

"Ha ha ha, iya." Shona tertawa ringan melihat Gavin yang sedang tertawa riang dengan para peri dan Miloz sedikit bingung di dekatnya.     

Lalu, Jovano bertanya ke Liliac sambil mereka mencari tempat yang lebih nyaman untuk bercakap-cakap, "Apakah desa seperti ini ada banyak di alam ini, atau hanya ini saja?"     

"Ada banyak, tentu saja." Liliac menjawab sambil kedua kakinya bergoyang-goyang sembari duduk di bahu Shona.     

"Apa ada desa peri khusus pria?" tanya Shona.     

"Ada. Tapi itu lumayan jauh dari sini." Liliac menjawab.     

"Sepertinya peri di sini begitu ganas ketika bertemu lelaki. Kenapa tidak menyatu saja dengan habitat peri pria?" Serafima ikut bertanya.     

"Kalau kau mengacu pada desa ini, hm … peri di desa ini agak tidak diminati oleh peri pria di desa lain."     

"Kenapa begitu, Liliac?"     

"Nanti kau juga tahu sendiri. Hei, aku mencium aroma cukup familiar darimu."     

Jovano tertegun. Sepertinya sebelum ini, Trifila juga mengucapkan hal sama mengenai dirinya. "Aroma apa itu?"     

"Apakah kau ada hubungannya dengan lelaki bernama Dante?" tanya Liliac ke Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.