Devil's Fruit (21+)

Penduduk Desa Peri yang Antusias



Penduduk Desa Peri yang Antusias

0Fruit 1295: Penduduk Desa Peri yang Antusias     

Ketika Jovano dan kelompoknya sedang mencoba berbincang akrab dengan seorang peri cantik molek bernama Trifila, mendadak peri itu berubah warna wajahnya dan matanya pun mengeluarkan sinar terang cahaya putih menyilaukan.     

Ternyata, Semesta hadir dan merasuki Trifila untuk bisa berkomunikasi dengan kelompok Jovano.      

Semesta kesal karena lagi-lagi Jovano dan kelompoknya memasuki alam-alam miliknya setelah meninggalkan kekacauan di 2 alam sebelum ini.      

Jovano mencoba membujuk Semesta agar tidak salah paham padanya dan mengatakan dia hanya mencari benda miliknya untuk kelangsungan hidup ibunya saja, tidak berniat membuat kekacauan di manapun asalkan tidak diprovokasi lebih dahulu.     

"Aku tidak ingin adanya keributan di sini, di tanah para peri milikku! Cukup dengan kekacauan yang kalian perbuat di 2 alam sebelum ini!" Semesta menyatakan dengan tegas melalui Trifila meski dengan suara aneh.     

"Iya, kami akan mengusahakan untuk tidak lagi membuat kekacauan apapun di sini. Akan kami upayakan dengan sekuat tenaga." Jovano lebih baik mengalah demi kebaikan mereka dan kelancaran misi.     

"Huh! Lihat saja jika kau berani melanggarnya!" Semesta mengucap dan bersiap pergi.     

Namun, sebelum Semesta benar-benar keluar dari tubuh Trifila, Jovano buru-buru bertanya padanya, "Lalu, bagaimana dengan kekuatan kami di sini?"     

Semesta menatap tajam ke Jovano dan menjawab, "Tetap aku batasi! 20 persen saja! Karena, dengan hanya 20 persen pun kalian sudah banyak mengacau di alam-alam sebelum ini!"     

"A-ahh … maafkan kami karena terdesak akan keadaan. Baiklah, 20 persen, terima kasih." Jovano tak lupa membungkukkan tubuh sebagai ungkapan terima kasih beserta kelegaannya karena mereka masih bisa mengeluarkan 20 persen dari seluruh kekuatan mereka di alam ini.     

Tak mengapa. 20 persen dan bisa bebas kapanpun menggunakannya, itu sungguh baik! Sungguh melegakan.     

Setelah itu, Trifila kembali ke kondisi asli dia. Matanya tidak lagi bercahaya terang dan dia seperti orang linglung ketika mendapatkan kesadarannya lagi. "Ehh? Apa yang terjadi padaku? Kenapa sepertinya aku merasakan geli di sekujur tubuhku, yah?"     

"Ohh? Entah. Mungkin ada ulat bulu di punggungmu?" Gavin berlagak mencari di sekeliling Trifila.      

Jovano dan yang lainnya hanya memutar mata melihat kelakuan Gavin yang jelas sedang mencari kesempatan pada Trifila. Bahkan Gavin tidak segan-segan memegang-megang tubuh Trifila dengan alasan mencari apakah ulat bulu yang dia tuduh berada di lekuk-lekuk istimewa Trifila.     

Mengabaikan usaha Gavin ke Trifila, Jovano memanggil Hong Wang dan menanyakan ke mana Kristal Jiwa milik ibunya berada.     

"Skriiii! Timur!" Lalu, Hong Wang pun terbang menghilang lagi.      

"Oke, ayo kita ke arah Timur!" Jovano mengomando kelompoknya. "Gavin, kau ikut atau tidak?"     

"Hah? Ohh, ehh? Timur? Ayo!" Gavin menoleh ke Jovano, lalu beralih ke Trifila. "Peri cantik, ada apa di timur sana?"     

"Ohh? Di timur sana ada desaku. Hi hi hi!" jawab Trifila sambil terkikik.     

"Ehh! Ternyata ini kawasan desamu?" tanya Gavin.     

"Ya, benar." Trifila mengangguk. Lalu dia berjingkat seringan kapas. "Ayo, ikuti aku! Akan aku tunjukkan desaku yang mempesona!"     

Merasa tak ada salahnya mengikuti Trifila, apalagi arahnya sesuai dengan yang ditunjukkan Hong Wang, maka Jovano dan kelompoknya pun mulai mengikuti Trifila, berjalan kaki saja.     

Di perjalanan, Trifila banyak bercerita mengenai alam Peri. "Di sini banyak hidup makhluk-makhluk yang disebut sebagai peri. Di desaku, ada banyak peri, ada kaum peri seperti aku ini: peri pohon, lalu ada juga peri air, peri daun, peri bunga, dan pemimpin kami adalah peri hutan."     

"Ohh …." Kelompok Jovano menyahut bersama-sama.     

"Selain peri, di alam ini juga ada goblin, troll, gremlin, dwarf, elf, dan banyak lainnya!" Trifila masih menguraikan informasi mengenai Fairyland.     

Gavin tidak tahan ingin bertanya, "Apakah semua peri di sini seperti dirimu, Trifila?"     

"Maksudnya seperti diriku?" Trifila terlihat bingung.     

"Yah … um … cantik dan setinggi kamu?" Gavin menyembulkan senyumannya.      

"Ahh … ada beberapa seperti aku … tinggi seperti manusia, namun ada juga yang lebih kecil." Trifila menjawab dengan wajah riang dan kaki seringan kapasnya melompat-lompat sembari sayapnya mengepak-kepak beberapa kali.     

"Ohh, aku pikir, semua peri itu berukuran sangat kecil dan mini." Serafima juga ingin ikut berucap.     

"Hm, memang ada yang seperti itu. Biasanya itu peri bunga dan peri daun. Tapi ada juga yang setinggi dadaku, setinggi perutku, ahh, pokoknya banyak! Nanti kalian akan melihat sendiri." Trifila berputar sambil merentangkan dua tangan lebar-lebar bagai ballerina sedang menari di ujung ibu jari kakinya.      

"Ohh, sepertinya akan menjadi sebuah hal yang sangat menyenangkan jika peri-peri di desamu secantik kamu, Trifila." Gavin lagi-lagi mengambil momen untuk merayu.     

Jovano dan yang lainnya memutar mata, bahkan Shona menahan tawanya. Yah, mereka bisa memaklumi karena Gavin pastinya juga ingin merasakan getaran 'kehidupan' di dirinya.     

Setelah ditolak Ivy dan tidak menggubris Voindra, normal saja apabila Gavin merasa kesepian saat ini dan harus menyaksikan pasangan sejoli di perjalanannya.     

Kali ini, ketika dia memiliki kesempatan, sebagai lelaki bujangan, kenapa tidak menggapai apapun yang bisa digapai?     

"Tentu saja kami semua cantik dan menarik! Hi hi! Nah! Itu desaku!" Trifila menunjuk ke sebuah arah.      

Tak lama, kelompok itu pun mulai memasuki gerbang yang terbuat dari dedaunan ilalang yang dijalin indah, melengkung mirip gerbang taman di istana-istana pada biasanya. Apalagi jalinan ilalang itu juga dihiasi beberapa bunga warna-warni.     

Kedatangan kelompok Jovano cukup mengejutkan para peri yang ada di desa itu. Mereka memerhatikan kelompok Jovano dengan mata melebar.     

Jovano cemas, apakah kedatangan mereka dianggap ancaman seperti yang terjadi di 2 alam sebelum ini? Ia pun berbisik ke Trifila untuk menanyakannya. "Trifila, kenapa kawan-kawan desamu ini memandang kami dengan tatapan seperti itu? Apakah mereka menganggap kami ancaman?"     

"Ancaman? Hi hi hi … tentu tidak!" Trifila terkikik genit sambil terbang rendah menggunakan kepakan sayap capung indahnya. "Mereka seperti itu karena takjub!"     

"Takjub?" tanya Shona cukup heran. "Kenapa bisa begitu?"     

"Karena kalian tampan!" ujar Trifila sambil tertawa cekikikan. "Ahh, maksudku … kau dan kau!" Ia menunjuk ke arah Jovano dan Gavin.     

"Ehh?! Kami?!" Jovano terkejut dengan penjelasan singkat dari Trifila mengenai kenapa penduduk desa ini menatap mereka dengan mata terbelalak dan heran.     

"Ya! Kami jarang melihat lelaki setampan kalian! Percayalah! Makhluk lelaki di alam ini tidak ada yang setampan kalian berdua, hi hi!" Trifila tertawa cekikikan karena geli dengan dugaan salah Jovano. Lalu, Trifila berseru, "Teman-teman, tunggu apa lagi? Kemarilah!"     

Usai Trifila menyeru, segera saja banyak peri yang terbang merubungi kelompok Jovano dengan pandangan antusias, seakan hendak menelan bulat-bulat, namun dalam arti lain.     

"Wuaahh!"     

"Lelaki tampan! Berikan aku si tampan itu!"     

"Aku ingin dekat dengannya!"     

"Tampan! Aku datang!"     

Mereka mulai berseru riang saat mengerubuti Jovano dan Gavin, menepikan Shona dan Serafima.     

Apa-apaan ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.