Devil's Fruit (21+)

Bercinta Dengan Calon Istri (21+)



Bercinta Dengan Calon Istri (21+)

0Fruit 1299: Bercinta Dengan Calon Istri (21+)     

Ketika Shona tersentak karena Jovano menyetubuhinya, ia mendadak saja terbangun dari tidurnya.      

Astaga, ternyata aku hanya bermimpi? Shona bertanya-tanya dalam hatinya dan merasakan jantungnya berdebar kencang dan peluh membasahi tubuhnya.      

Ia lekas menoleh ke samping, di ujung sana, Jovano sepertinya sedang lelap. Err … pemuda itu benar-benar terlelap, kan?      

Lalu … apa tadi yang terjadi? Shona bertanya-tanya. Ia sampai mengelus dadanya agar bisa tenang.     

Setelah yakin dia hanya tidur, maka dia pun kembali rebah dan mencoba memejamkan mata kembali. Ya, itu hanya mimpi. Hanya mimpi. Hanya mim—     

"Jo!" Shona terkejut ketika tiba-tiba saja dia seakan sudah kembali ke situasi semula dengan Jovano berada di atasnya. Bukankah baru saja dia mendapati Jovano tidur di ujung sana dan terlelap? Mana mungkin secara ajaib pemuda itu bisa ada di atas—astaga … Shona langsung tersadar apa yang terjadi.     

"Sho …." Jovano masih mengurung Shona di dalam dua kungkungan lengan yang menopang tubuhnya, menatap Shona di bawahnya.     

"Jo, katakan … katakan dengan jujur, apakah ini … mimpi? Kau … kau memasuki alam mimpiku?" tanya Shona dengan mata memicing curiga.     

"He he … um, iya, Sho. Ini memang alam mimpi. Aku memang masuk ke alam mimpimu. Kenapa, Sho? Kau tak suka?" Jovano mengelus pipi Shona.     

"Jo … tapi bagaimana dengan Sis Sera? Kalau dia tahu—"     

"Maka dari itu, bagaimana jika jadikan ini sebagai rahasia kita saja. Mau?" Jovano mengusap lembut bibir tebal Shona.      

"Aku—ummchh …." Shona tak bisa melanjutkan kalimatnya karena Jovano sudah memagut bibirnya. Tapi, Shona lekas mendorong wajah Jovano, memutus ciuman itu.     

"Kenapa, Sho? Kau benar-benar tidak menyukai ini?" Jovano menampilkan wajah bersedih.     

Shona jadi bimbang, itu tampak jelas di wajahnya. "Jo, bukan begitu."     

"Kau pasti tidak menyukaiku, ya kan?" Wajah Jovano semakin redup karena sedih."     

Ini membuat Shona makin bimbang. "Aku tidak berkata begitu, Jo?"     

"Lalu, apakah kau membenci ini? Mrrghh!" Jovano bergerak kuat.     

"Arnnhh! Jo …." Shona tersentak akibat hentakan tegas dan kuat dari pusaka jantan milik Jovano pada liang intimnya.     

"Kau tidak menyukainya? Atau kau tidak menyukaiku, Sho? Apakah menurutmu aku tidak boleh mewujudkan wasiat Kak Za? Erghhh!"     

Lagi-lagi, Shona terhentak dengan dorongan pusaka jantan Jovano menohok liang miliknya. "Arrghh … Jo … mmgghh … aku … aku …." Ia tak tahu harus mengatakan apa dalam situasi intim begini.     

"Katakan kau suka, Sho … emmrghh!"     

"Jo—aannghh!"     

"Apakah sakit?" Jovano menghentikan sodokannya dan melihat pada Shona dengan tatapan lembut, selembut elusan jarinya pada bibir Shona.      

Menggeleng dengan jujur, Shona hendak berkata sesuatu, namun Jovano sudah mulai bergerak, kali ini lebih tegas, lebih kuat dan lebih mempercepat ritme hentakannya.     

"Argh! Agrh! Jo! Argh!" Shona terhentak-hentak sampai harus berpegangan pada leher Jovano.     

"Katakan kau menyukai ini, Sho … mrrghh! Hrrghh! Erghh!"     

"Jo—mmghh! Kau … mrrghh! Dasar tukang paksa—arrghh! Hargh! Hargh! Pelan, Jo! Argh! Argh!"     

"Katakan dulu kau menyukainya dan aku akan memelankan ini … mrgh! Hgrh! Ergh!"      

Jovano tidak sekedar omong kosong, dia benar-benar memacu cepat miliknya pada liang Shona.     

Ini membuat Shona tanpa sadar membelitkan dua kakinya ke pinggang Jovano, sama seperti tangannya yang membelit lehernya dan dia mengerang tiada henti.     

"Ayo, katakan … atau kau memang ingin ini secepat ini, ya kan Sho? Kau suka yang cepat, kan?"     

Shona menatap kesal ke Jovano, apalagi pemuda itu malah terkekeh nakal. "Baiklah, aku menyukainya … aku menyukainya, Jo … arghh! Pelan! Pelankan—arghh!"     

Kemudian, Jovano benar-benar bergerak pelan dan menghentak lembut Shona sambil menautkan kedua mata mereka. "Sho … kau cantik …."     

Segera saja, usai mendengar itu, wajah Shona merona pekat sambil dia memalingkan pandangan ke samping, berkata, "Kalimat macam itu sudah kau ucapkan berapa kali ke gadis lain, Jo? Aku tidak akan terpengaruh."     

"Kye he he he … yah, mau bagaimana lagi? Aku memang hanya memiliki gadis-gadis cantik di dekatku, kan? Dan aku berusaha jujur mengatakan ini padamu." Jovano tidak berkelit layaknya lelaki jika sedang menggombal pada umumnya. "Kemarikan wajah cantikmu, aku ingin melihat."      

Dengan satu tangan, Jovano menolehkan lagi wajah Shona ke arahnya. "Kau cantik, terutama jika sedang merah merona begitu, membuatku gemas."     

Mendengar Jovano mengatakan dirinya merah merona, Shona tentu makin malu, dan menutupi dua wajah dengan tangannya, sembari dia masih tetap dibuai dengan hentakan lembut Jovano di bawah sana.     

"Hei, apa kau tak boleh melihat wajah calon istriku?" Jovano sambil membuka pelan tangkupan kedua tangan Shona agar menampilkan wajah cantik itu.     

Shona terbelalak. "Apa katamu?"     

"Calon istriku. Kenapa? Kau suka mendengar kata itu? Baiklah, aku akan ucapkan lagi. Calon is—"     

"Stop, Jo!" Shona menutupi mulut Jovano menggunakan satu tangannya. "Jangan seenaknya bicara!"     

"Mana bisa aku seenaknya bicara? Kak Za sudah memasrahkan kamu ke aku dan bahkan dia ingin aku menikahimu saja agar aku bisa melindungimu. Jadi, apakah aku yang seenaknya bicara atau Kak Za?"     

"J-Jo … stop membawa nama Zaghar." Shona memalingkan lagi wajahnya ke samping. Menyebut mantan suaminya yang sudah tiada di momen intim dengan lelaki lain, tentu itu bukan hal nyaman untuk Shona, kan?      

"Baiklah, baiklah, maafkan aku … yang penting … aku ingin kita seperti ini dan nanti sepulang dari misi, setelah aku membangunkan mom dan dad, aku akan meminangmu dengan pantas." Jovano membelai pipi Shona yang hangat karena merona.     

Shona melirik ke Jovano, wajahnya mungkin sudah mirip udang goreng saus padang. Hatinya berdegup kencang, jantungnya mungkin sudah jumpalitan.     

Dipinang. Dia hendak dipinang oleh Jovano. Oleh lelaki yang menjadi cinta pertamanya. Apakah dia boleh berteriak karena hal aneh ini?     

"Sho … tatap aku …."      

Shona mau tak mau menatap pemuda itu. Tak ingin menyia-nyiakan waktu, Jovano merunduk dan melumat lembut bibir kenyal Shona, tidak tergesa-gesa, sama seperti yang terjadi di bawah sana, mengalun perlahan namun tiada jeda dan kian lama, kian membakar libido masing-masing.     

Sebagai keturunan iblis Lust yang bisa seenaknya masuk ke mimpi yang lain sesuai kekuatan yang dimiliki, Jovano bisa leluasa bergerak memasuki Shona dan bercinta dengan janda cantik tersebut.      

"Sho, aku percepat, yah …."     

Shona tak punya pilihan lainnya karena dia juga mulai membara, ia pun mengangguk.     

Kemudian, masing-masing dari mereka saling mengalunkan desah dan erang berbarengan dengan geliat tubuh keduanya yang bergerak seirama secara harmonis, hingga akhirnya, Jovano meluapkan cairan pekatnya ke dalam liang Shona.     

Keduanya pun sama-sama terengah-engah, dan Shona pun meraih tengkuk Jovano, agar dia bisa merundukkan Jovano dan melumat bibir pemuda itu.     

Jovano tidak mungkin tidak membalas. Mereka berpagutan selama beberapa saat sebelum melepaskan ciuman.     

"Jo … bagaimana ini?"     

"Tidak bagaimana-bagaimana, Sho. Aku akan menemuimu di mimpi mulai sekarang. Boleh?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.