Devil's Fruit (21+)

Syarat Absolut Dari Shona



Syarat Absolut Dari Shona

0Fruit 1300: Syarat Absolut Dari Shona     

"Sho, aku akan menemuimu di mimpi mulai sekarang. Boleh?" tanya Jovano usai mereka menuntaskan hasrat membara mereka.     

Shona tak tahu harus menjawab apa mengenai ini, karena dia sendiri masih syok meski bukan untuk sesuatu yang buruk. Dia hanya terkejut bukan main karena Jovano benar-benar hadir dan melakukan hal-hal mesra nan indah.     

Bukannya Pangeran Zaghar tidak pernah melakukan kelembutan seperti halnya Jovano, tentu saja suaminya yang sudah tiada itu juga kerap melakukan hal-hal lembut dan mesra pada dirinya, namun ini ….     

Ini berbeda karena Jovano merupakan cinta pertamanya yang dia kira takkan bisa dia raih sampai kapanpun. Di saat dia sudah merelakan Jovano, dan mencoba hidup berbahagia dalam limpahan cinta Pangeran Zaghar, takdir begitu mudahnya mempermainkan dia, menjungkirbalikkan hatinya dalam sekejap.     

Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan macam itu dikala dia mengetahui bahwa Serafima adalah sosok yang pencemburu meski tidak diakui oleh sang bibi.      

"Sho? Shona?" Jovano mengalunkan suara lembutnya di depan wajah Shona, menyebabkan janda cantik molek itu harus melepaskan lamunannya dan menatap ke mata sang pria.     

"Jo, aku …."     

"Kenapa? Kau tak suka ini? Kau menyesal kita melakukan ini?"     

"Aku …."     

"Sebenarnya aku menyukaimu saat kita remaja dulu."     

"Hah?" Shona mematung untuk sesaat. Apa kata Jovano tadi? Pemuda itu … pemuda itu menyukai dia?     

"Ohh, salah, sepertinya aku sudah terpikat denganmu saat kau bahkan masih kecil." Jovano tergelak lirih sambil tersenyum canggung.     

Huh? Shona makin heran. Apa-apaan rayuan gombal macam itu? Apakah Jovano ingin mengatakan dia adalah seorang ped0filia karena menyukai Shona sejak gadis itu masih kecil?     

"Ehh? Kau tidak berpikir aku ped0filia, kan?" Seolah Jovano mengetahui yang menjadi tanda tanya di benak Shona. "Sungguh, aku bukan ped0, Sho! Sumpah! Aku … aku saat itu sedang SMA dan kau SMP, kan? Kau terlihat imut meski kadang sikapmu ketus dan tertutup. Tapi itu menjadi daya tarik di mataku."     

"Jo, jangan memaksakan dirimu untuk menggombal sedalam itu." Shona mulai cemberut.     

"Sayank, tidak begitu! Kau salah paham!" Jovano mulai kelabakan.     

"Kenapa memanggilku sayank?"     

"Ya ampun, tidak boleh kah aku memanggilmu sayank, Sho? Aku benar-benar ingin menyayangimu secara tepat."     

"Jo, kau sungguh terdengar seperti lelaki penggombal memuakkan yang sering aku temui di film dan di jalanan."     

"Astaga! Maafkan aku, Sho! Aku … astaga, kenapa aku jadi begini di depanmu? Aku merasa konyol, sumpah! Aku tidak biasanya kehilangan kemampuan bicara dan membuat lawan bicaraku menyerah, tapi … kenapa aku malah yang gelagapan di depanmu?" Mata Jovano bergerak panik, seperti halnya sikapnya.     

Tepp!     

Shona menangkupkan dua tapak tangannya ke pipi Jovano, berkata, "Jo, berhentilah bicara atau kau akan makin mengacaukan pikiranku." Lalu dia menarik kepala pemuda itu untuk menyatukan bibir mereka dalam sebuah ciuman.     

Meski kaget dengan tindakan Shona, Jovano masih membalasnya dengan baik.      

Usai cumbuan lembut itu, Shona menjauhkan wajah Jovano agar dia bisa menatap lebih nyaman wajah pria muda di atasnya. Dia berkata, "Jo, aku memiliki syarat yang tak boleh kau langgar apabila kau memang ingin menjadikan aku istrimu. Tapi jika kau hanya ingin main-main saja denganku, lebih baik berhenti dari sini saja."     

"Aku serius, Sho! Aku sungguh serius ingin menikahimu! Ijinkan aku menjadi suamimu!" Jovano lekas menjawab.      

Shona tersenyum kecil. "Berarti kau harus melakukan syaratku ini atau hentikan saja niatmu, apapun itu terhadap aku."     

"Katakan, Sho. Katakan syaratnya. Apabila aku tidak sanggup setelah mendengarnya, maka aku tidak akan lagi mengganggumu di manapun, dan kita akan tetap seperti sebelumnya saja." Jovano menatap lekat gadis di bawahnya.     

"Dengarkan syaratku ini baik-baik."     

"Ya, Sho."     

"Syarat absolut dariku jika kau berniat serius denganku adalah … tidak boleh ada wanita lain setelah aku."     

Jovano terdiam 2 detik dan berkata, "Deal!"     

"Kau yakin?"     

"Aku yakin!"     

"Sanggup?"     

"Sanggup! Aku akan memperjuangkan kesanggupan itu!"     

Shona tersenyum dan berkata lagi, "Baiklah, datanglah ke mimpiku kapanpun kau mau, untuk saat ini mungkin kita harus merahasiakan ini dari Sis Sera, tapi aku ingin kau secara pelan-pelan mengatakannya pada dia. Aku tidak ingin ribut dengan bibiku sendiri hanya gara-gara lelaki, oke?"     

'Iya, aku akan mengupayakan itu, Sho." Jovano mengusap lembut pipi Shona dan ia pun bergerak lagi menyatukan dirinya dengan Shona, menikmati indahnya persetubuhan pertama mereka meski di mimpi.     

-0-0—00—0-0-     

Esok paginya, meski sudah berusaha untuk bersikap biasa, namun tetap saja Shona merasa canggung ketika berhadapan dengan Jovano di alam nyata.  Masih teringat kemesraan mereka di dalam mimpi, itu bagaikan fantasi untuk Shona.     

Jovano juga cukup gugup ketika berada di dekat Shona. "Em, anu … ayo kita ke desa peri lagi … yah, emm … untuk menengok pangeran harem di sana." Ia menggaruk tengkuknya saat bicara di depan Shona dan Serafima.     

"Um, iya, benar. Ha ha, siapa tahu bocah itu … um … bertingkah gila." Shona ingin mengendalikan dirinya agar tidak gugup di depan Jovano, tapi itu bisa dikatakan gagal.     

Serafima melirik keduanya, bergantian, bingung. "Kalian ini kenapa, sih? Kenapa bangun-bangun malah jadi aneh begitu?"     

"O-ohh, tidak ada apa-apa, sayank!" Jovano lekas menjawab sambil memeluk Serafima agar kekasihnya bisa tenang.     

"Sungguh?" Serafima menatap curiga pada Jovano dan Shona.      

"Tentu, sayank." Jovano mengecup kepala Serafima sambil memeluknya.      

"Kalian tidak sedang menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Serafima masih merasa curiga.     

"Sayank, kau terlalu berpikir jauh … umcchh!" Jovano menarik dagu Serafima dan mengecup bibir kekasihnya.     

Shona melengos sambil mengusap tengkuknya, merasa sedikit aneh ketika melihat adegan di depannya. Apakah dia cemburu? Harusnya tidak, kan!     

"Ayo ke desa." Shona berjalan lebih dahulu daripada dia lebih canggung lagi dan dicurigai Serafima.     

Jovano dan Serafima pun mengikuti Shona, turun dari pohon tempat mereka tidur dan berjalan ke desa peri.     

Di hatinya, Jovano merasa kacau. Dia merasa seperti lelaki brengsek. Yang satu adalah kekasihnya dan satu lagi dia akui sebagai calon istri. Dia sendiri heran kenapa begitu brengsek saat ini. Seakan dia susah mengendalikan dirinya sejak Pangeran Zaghar tiada.     

Apakah dia sebenarnya sudah menginginkan Shona sejak lama, namun Pangeran Zaghar sudah bergerak lebih cepat dari dia?      

Yang dia tahu, dia kini tidak ingin kehilangan Shona lagi, tidak ingin melepaskan gadis itu. Tidak dan tidak!     

.     

.     

Tiba di desa peri, keadaan masih sama seperti sebelumnya. Gavin dan Miloz seakan sudah menjadi pejantan utama di desa itu.      

"Jo?" Terdengar suara Darga dari dalam Alam Cosmo.     

"Ya, Ga?" Jovano menyahut. Serafima dan Shona berhenti karena mendengar Jovano sedang berkomunikasi dengan Darga.     

"Apakah adikku baik-baik saja di sana? Aku kaget ketika dia kau keluarkan begitu saja dari sini." Darga terdengar cemas.     

"Err … anu, Ga … begini … adikmu itu kan terlalu polos. Jadi, Gavin ingin Miloz menjadi lelaki dewasa." Jovano sampai harus hati-hati memilih kata-kata.      

"Maksudmu, Jo?"     

"Yah, berilah adikmu kesempatan untuk bersosialisasi seperti lelaki dewasa, agar dia tidak lagi terlalu lugu."     

"Apakah dia di sana … dengan perempuan? Begitu maksudmu, Jo?"     

"Emm, iya. Gavin mengajaknya ke desa peri."     

"Dan dia begituan dengan peri? Begitu, Jo?"     

"Itu …."     

"Jo, keluarkan aku! Aku harus melihat apa yang sebenarnya dilakukan adikku di sana!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.