Devil's Fruit (21+)

Mendatangkan Konsekuensi



Mendatangkan Konsekuensi

0Fruit 1307: Mendatangkan Konsekuensi     

Ketika tetesan air mata Ratu Yredis menyentuh lantai pondok itu, seketika muncul rumpun es kecil menyeruak ke atas di dekat kakinya, kemudian ada aliran energi dari rumpun itu yang berjalan naik ke peti Dante dan masuk. Sang ratu menatap fenomena itu.     

Tatapan mereka seketika menyala ketika energi yang masuk tadi menyebabkan rona di wajah pucat Dante muncul meski hanya pijaran singkat saja.     

"D-Dad … apakah Dad bisa pulih?" Harapan Jovano timbul. "Ratu, kumohon, jika kau bisa menyembuhkan Dad, tolong sembuhkan dia, bangkitkan dia."     

Ratu Yredis balas menatap ke Jovano, berkata dengan suara lembut, "Aku tidak yakin mengenai ini, Jovano. Aku tidak ingin menaikkan harapanmu terlalu tinggi mengenai ini."     

"Apakah benar tidak ingin mencobanya, Ratu?" Jovano belum ingin menyerah membujuk si ratu peri yang pernah menjadi istri ayahnya.     

"Hm, baiklah, tidak ada salahnya ini dicoba." Ratu Yredis pun mengangguk dan meminta semua orang memberi dia ruang untuk berkonsentrasi.      

Orang-orang di sana segera menjauh dari sang ratu. Kemudian, Ratu Yredis memejamkan matanya dan tak berapa lama, muncul sinar dari dadanya, menyebar ke seluruh tubuhnya, lalu dikumpulkannya sinar itu di kedua tangan sebelum tapak tangan itu ditempelkan ke atas peti es Dante.     

Tepp ….     

Gerakan itu begitu lembut seakan Ratu Yredis khawatir jika terlalu keras akan menghancurkan peti es berisi mantan suaminya tersebut.     

Jovano dan yang lainnya di ruangan itu menanti dengan penuh harap. Akan menjadi hal yang sangat baik jika salah satu dari dua yang sedang tidur panjang itu bisa terbangun.     

Seketika, terlihat energi cahaya mulai merambat di atas peti es sebelum itu merasuk ke dalam peti itu. Mata Jovano terus menatap tanpa kedip.     

Namun ternyata, energi cahaya itu tidak juga bisa menembus masuk seperti tadi. Ratu Yredis sudah mencoba beberapa kali sampai dia pun menyerah dan berhenti. "Kenapa yang ini tidak bisa masuk seperti air mataku tadi, yah?"     

"Tidak bisa menembus peti es ini, yah?" Jovano menatap melongo di sebelah peti es ayahnya.      

Ratu Yredis menggelengkan kepala dengan wajah sedih karena putus asa. "Coba aku akan berikan energiku sekali lagi."     

Jovano dan yang lainnya kembali menyingkir beberapa langkah dan Ratu Yredis bersiap lagi mengeluarkan energi cahaya peri dia, ditempelkannya seperti tadi, namun kali ini  dia mengerahkan energi lebih kuat dari yang sebelumnya.     

Namun, ternyata energi cahaya peri itu hanya merambat di sekujur peti es saja dan tidak berhasil menembus masuk ke dalam.     

Ini membuat frustrasi siapapun yang melihat. Padahal tadi ketika air mata sang ratu menetes, itu berhasil masuk ke dalam peti dan mengakibatkan wajah Dante berwarna dengan rona kehidupan meski sangat sekilas.     

"Apakah aku harus menangis dulu?" Ratu Yredis merasa sangat konyol dengan pemikiran baru saja. Harus memaksakan dirinya menangis? Betapa menggelikannya. Namanya air mata tidak bisa dikeluarkan begitu saja jika memang hati tidak terhubung dalam kondisi haru.      

Hanya penipu ulung atau aktor saja yang bisa menitikkan air mata tanpa perlu merasa sedih atau haru di hatinya. Ratu Yredis menggelengkan kepala, tak berdaya karena ternyata dia gagal membangkitkan Dante.     

"Mungkin peti esnya harus diangkat dulu, Jo, supaya energi cahaya milik ratu bisa masuk?" Shona memberi masukan.     

"Ahh, ya! Kau benar, Sho! Baiklah, aku akan mencoba membukanya." Jovano mencoba peruntungannya, dan ternyata gagal.     

"Astaga, lalu bagaimana ini?" Serafima ikut bingung. Bagaimana pun, Dante adalah sepupu walau sepupu jauh. "Ohh, siapa yang membuat peti ini?"     

Jovano menoleh ke Serafima dan matanya kembali bersinar akan harapan. "Opa!" Maka, dia pun lekas menghubungi kakeknya melalui telepati sesama anggota keluarga.     

Muncul robekan dari ruang kosong di depan Jovano sebelum akhirnya menampilkan King Zardakh keluar dari robekan itu. "Ada apa, Jo?" tanyanya ke sang cucu. Pakaiannya agak berantakan.      

"Opa, kau … kau baru kena badai kah?" Jovano mengerutkan keningnya melihat penampilan berantakan sang kakek.     

"Ini … itu … anu … ahh, abaikan saja," ucap sang raja dan segera mengganti pakaiannya dengan yang lebih pantas hanya dengan jentikan jari. "Jadi, apa yang membuatmu memanggil Opa ke sini, Jo?"     

"Ohh, begini, Opa." Jovano segera menjelaskan situasi saat ini yang berkaitan dengan ratu peri yang berhasil memunculkan rona wajah Dante ketika menitikkan air mata.     

"Hm, jadi, kau yakin ingin membuka peti ini?" King Zardakh menanya dengan kening berkerut dan mata memicing.     

"Memangnya kenapa, Opa? Apakah akan ada sesuatu yang buruk jika peti ini dibuka?" Jovano jadi bertanya-tanya.      

King Zardakh mengangguk. "Jika kau tidak membawa obat yang tepat untuk orang tuamu dan peti terlanjur dibuka, maka hawa hidup dia akan menguap, berkurang."     

Mata Jovano dan yang lainnya membelalak kaget. Ternyata, konsekuensi dari dibukanya peti begitu mengerikan. Hawa hidup berkurang? Jika pengobatan yang diberikan ke Dante dan Andrea sudah tepat, meski hawa hidup berkurang, tapi setidaknya mereka bisa bangun dan akan memulihkan diri dari hawa hidup yang hilang.     

Tapi jika gagal? Bukankah itu hanya akan menjadi percobaan sia-sia saja?     

"Hm, tapi tak ada salahnya dicoba, Jo!" Sang kakek mengelus dagunya sambil menatap peti es sang menantu.     

"Lalu, bagaimana jika ternyata energi cahayaku gagal membangunkan dia?" Ratu Yredis bertanya ke King Zardakh.     

"Yah, bagaimana lagi, tentu saja hawa hidup dia berkurang, entah berapa persen. Dan harus menunggu pengobatan selanjutnya." King Zardakh menyeringai dan bertanya, "Apakah kau … memiliki hubungan dengan menantuku ini?"     

Jovano meneguk ludahnya, dia belum menceritakan bagian yang itu ke kakeknya.     

Mata Ratu Yredis memancarkan keteguhan hati dan dia mengangguk. "Aku pernah menikah dengannya ketika dia terlempar ke alam peri."     

"Ouw!" Alis King Zardakh naik secara dramastis seraya dagunya juga ikut terangkat karena terkejut, meski dilakukan dengan perlahan. "Hm, sepertinya ini harus dirahasiakan dari anakku." Ia menyeringai lagi. Lalu dia menoleh ke dua putri di dekat sang ratu, bertanya, "Dan mereka?"     

"Mereka anak-anak dari Dante." Ratu Yredis menjawab lagi dengan lugas.     

"Wah …." Lagi, King Zardakh bersikap seperti tadi.      

"Opa, ayolah, pikirkan sesuatu untuk Dad." Jovano tidak ingin kakeknya terus mengulik mengenai Ratu Yredis dan dua putrinya.      

"Apa kau mau mencoba, Jo?" tanya King Zardakh sambil menatap serius ke cucunya.     

Terdiam sejenak karena memikirkan ini dan itu serta konsekuensinya, akhirnya Jovano mengangguk. "Ya, aku ingin mencobanya."     

"Oke!" King Zardakh bersiap mengangkat tutup peti es yang dia buat.     

"Tunggu!" Ratu Yredis menahan dengan tangan terjulur ke depan.     

"Ada apa?" King Zardakh urung menggerakkan tutup peti itu.     

"Kalau hawa hidup Dante berkurang, bagaimana cara menumbuhkan hawa hidup baru untuknya?" Pertanyaan Ratu Yredis sungguh tepat.     

"Ohh, gampang saja. Dia hanya cukup menyerap hawa hidup pihak lainnya." King Zardakh menjawab santai. "Kau, misalnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.