Devil's Fruit (21+)

Membawa Mereka ke Alam Cosmo



Membawa Mereka ke Alam Cosmo

0Fruit 1306: Membawa Mereka ke Alam Cosmo     

Setelah semuanya bersedia, maka Jovano mempersiapkan diri. Maksudnya, mempersiapkan hati. Jika memang nantinya kedua orang tuanya berhasil dibangkitkan oleh Ratu Peri Yredis, maka ia harus mempersiapkan kalimat untuk ibunya agar tidak mengamuk.     

"Baiklah, aku akan membawa kalian ke alamku." Jovano menatap orang-orang yang duduk bersama dia mengelilingi meja.     

"Maksud Kakak, alam apa itu? Bumi?" tanya Rvna, ingin tahu.     

Jovano menggeleng, dia menjawab, "Bukan, Dik. Itu bukan Bumi, tapi alam buatan yang mirip seperti alam pada umunya namun lingkup daerahnya jauh lebih kecil daripada alam biasanya di dunia ini."     

"Wah, hebat! Ada begitu? Memangnya siapa yang membuat alam palsu begitu?" Rvna adalah gadis peri yang berkata apapun yang ada di kepalanya.     

"Rvna, kendalikan lidahmu, my dear." Ibunya memperingatkan.     

"Tapi … itu memang bukan alam asli, kan? Berarti, palsu, benar?" Rvna tidak ingin disalahkan begitu saja.     

"Ya, ya, he he he, ini memang patut disebut alam palsu." Jovano mengalah pada adiknya.     

"Siapa yang membuat alam palsu itu, Kak?" tanya Rvna masih ingin mengejar karena rasa penasarannya.     

"Itu … entahlah siapa tepatnya yang membuat, karena itu diperjualbelikan di Underworld." Jovano mengangkat bahunya dengan cepat.     

"Diperjualbelikan? Ibu, tolong belikan satu untukku, yah!" Rvna menoleh ke ibunya yang tak pernah melepas senyum dari wajahnya.     

"Itu ada di Underworld, sayank. Apa kau tak paham apa itu Underworld?" Ratu Yredis memiringkan kepala sambil mengelus pipi putri sulungnya.     

"Um … Underworld …." Rvna nampak berpikir keras sambil menatap ke langit-langit ruangan.     

"Dunia bawah, tempat para iblis." Suara lirih Eunika, si putri bungsu terdengar. Ratu Yredis segera mengangguk dengan anggun sebagai persetujuan atas jawaban sang bungsu.     

"Ahh! Benar! Dunia para iblis!" Rvna akhirnya ingat. "Hm, harus dibeli di sana, yah? Bisakah Kak Jovano membelikan satu untukku? Belikan untuk adikmu ini tentunya tidak masalah, kan Kak?" Ia menatap Jovano dengan mata bulat lebarnya, berkedip-kedip lucu.     

"Ha ha, ya nanti akan aku tanyakan mengenai itu, karena itu tidak setiap saat ada, bisa menunggu hingga ratusan tahun dulu." Jovano tidak berbohong.     

Rvna segera melipat tangan dengan mulut mengerucut, kecewa. Dia kira, begitu dia minta, maka akan ada sekejap saat itu juga, ternyata harus menunggu ratusan tahun? Astaga, keterlaluan sekali penjualnya! Rvna mengutuk di dalam hatinya.     

"Sudah, sudah, ayo, lebih baik kita segera masuk ke alam milik kakak kalian untuk bertemu dengan ayah kalian dan ibu lain kalian." Ratu Yredis mengelus rambut kedua putri di sampingnya. "Pangeran Jovano, segera lakukan prosesnya."     

Jovano mengangguk dan dia bertanya, "Boleh tahu, siapa saja yang hendak masuk ke alamku?" Sedikit banyak, dia kagum pada kepribadian Ratu Yredis yang menyebut Andrea sebagai ibu lain, bukan sebutan ibu tiri. Ini menandakan sang ratu hatinya begitu lembut.     

"Aku, dua adikmu, dan … dua punggawaku, Liliac serta Magpica." Ratu Yredis menyebut dua peri.     

"Baiklah, Ratu." Kemudian, Jovano memejamkan mata, tak tahu apakah dia bisa membawa masuk para peri ke alam Cosmo atau tidak. Dia belum pernah mencoba untuk bangsa peri sebelum ini.      

Tapi, mengingat bahwa alam Cosmo pun bisa dimasuki oleh mutan seperti Darga, Miloz dan Motya, pastinya juga akan berhasil untuk para peri.      

Dengan menggunakan kekuatan pikiran, Jovano berhasil membawa pergi orang-orang yang dia pilih untuk memasuki alam Cosmo.     

Begitu mereka tiba di Cosmo, Rvna memekik takjub, "Wuah! Ini … ini sama seperti alam kita, yah! Tapi di sini sedikit membosankan karena tidak ada bunga. Hanya rumput saja."     

"Rvna, jangan bicara seperti itu. Kau ini nakal sekali, hm …." Ratu Yredis menepuk lembut pipi putri sulungnya. Rvna meringis dan dia mulai terbang mengelilingi area pondok.     

Di dalam, ada Darga dan Motya sedang bercakap-cakap di atas bongkahan batu besar, melihat kedatangan Jovano, tentu saja mereka segera menghampiri kelompok yang baru muncul. "Kalian pulang. Apakah sudah mendapat kristalnya?"     

Jovano menggeleng sambil tersenyum dan menjawab, "Belum. Aku ke sini hendak membawa ratu peri dan para putri untuk mengunjungi orang tuaku."     

Darga lekas menoleh ke arah Ratu Yredis, terpukau dengan kecantikan dan kemolekan sang ratu. Kemudian, bertanya lagi ke Jovano, "Lalu, mana adikku, Miloz?"     

Mendengar pertanyaan yang diajukan Darga, Jovano mengusap tengkuknya secara kikuk dan menjawab, "Itu … dia, dia dan Gavin sedang … belajar bersosialisasi."     

"Tsk! Jo, kenapa tidak bawa dia sekalian ke sini? Kenapa dia malah kau tinggal?" Darga tak puas dengan jawaban Jovano. Ia ingin bertemu adiknya, ingin menyaksikan bahwa kondisi sang adik baik-baik saja.     

"Darga! Sudah lupa apa kata-kataku mengenai Miloz?" Motya segera menegur Darga.     

"A-aku hanya cemas saja pada dia, Tya. Aku tidak akan memarahinya, hanya khawatir dia kenapa-kenapa di luar sana." Darga menatap Motya dengan putus asa.     

"Dia baik-baik saja di sana, Darga." Shona mewakili Jovano mengucapkan itu. "Jo tidak akan membiarkan begitu saja jika dia tidak baik-baik saja, percayalah!"     

Melihat Shona yang mengangguk tegas, Darga mau tak mau percaya.     

"Ayo kita ke tempat Mom dan Dad." Jovano memimpin jalan kelompok itu.      

Tibalah mereka di Pondok Es. Tempat itu begitu dingin, sampai Jovano dan yang memiliki kekuatan api harus mulai mengobarkan elemen api mereka untuk menghangatkan tubuh.     

Bahkan Darga dan Motya saja harus memakai mantel bulu beast yang sudah tersedia di pintu masuk untuk menghalau hawa dingin di pondok yang didirikan King Zardakh tersebut.     

Namun, ternyata bagi para peri, mereka baik-baik saja dengan hawa dingin menusuk tulang tersebut. Melihat pakaian tipis mereka, bagaimana bisa mereka tidak kedinginan, inilah yang menjadi tanda tanya di benak Jovano dan yang lainnya.     

Ratu Yredis mendekat ke sebuah peti es tembus pandang, menemukan wajah yang amat dia kenali. "Dante …." Wajahnya seketika melembut lebih dari biasanya ketika dia melihat orang yang pernah menjadi suaminya berbaring diam di salah satu peti es.     

Rvna dan Eunika ikut mendekat ke peti es berisi Dante.     

"Ibu, apakah ini ayah kami?" tanya Rvna sambil menoleh ke ibunya seusai menatap lekat wajah ayahnya.      

Peti es itu tertutup rapat namun masih bisa menampilkan figure orang di dalamnya karena tembus pandang mirip akuarium, namun sangat dingin meski terlihat tipis.     

Ratu Yredis mengangguk dan tersenyum haru sambil mengusap air matanya ketika pandangannya lekat ke arah Dante. "Dia memang ayah kalian. Beri salam padanya."     

"Ayah, kami datang menjengukmu. Ayah, bangunlah." Rvna lebih dulu berkata.     

"Ayah … kasihan ayah, Bu." Eunika mengusap air mata yang juga mulai muncul, sama seperti ibunya.     

Ketika tetesan air mata Ratu Yredis menyentuh lantai pondok itu, seketika muncul rumpun es kecil menyeruak ke atas di dekat kakinya, kemudian ada aliran energi dari rumpun itu yang berjalan naik ke peti Dante dan masuk. Sang ratu menatap fenomena itu.     

Tatapan mereka seketika menyala ketika energi yang masuk tadi menyebabkan rona di wajah pucat Dante muncul meski hanya pijaran singkat saja.     

"D-Dad … apakah Dad bisa pulih?" Harapan Jovano timbul. "Ratu, kumohon, jika kau bisa menyembuhkan Dad, tolong sembuhkan dia, bangkitkan dia."     

Ratu Yredis menoleh ke Jovano yang sedang menatap penuh harap ke arahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.