Devil's Fruit (21+)

Akhirnya Ketahuan



Akhirnya Ketahuan

0Fruit 1311: Akhirnya Ketahuan     

Seperti yang sudah-sudah, Jovano memadu kasih dengan Shona di alam mimpi. Mereka melakukannya dengan lembut dan kemudian menggebu-gebu.     

Yang tidak disadari oleh Shona, dia merintihkan sesuatu ketika tertidur, "Jo … mmhhh …."     

Celakanya, Serafima mendengar itu. Keningnya berkerut heran kenapa Shona menyebut nama kekasih dia dalam tidur?     

-0-0—00—0-0-     

Esok harinya, Serafima mengamati sikap Jovano dan Shona dengan lebih ketat dan waspada. Matanya terus mengawasi gerak-gerik kedua orang itu dan semakin curiga ketika mendapati Jovano melirik diam-diam ke Shona dan Shona kadang membalas dengan senyum tersipu sambil menundukkan kepala.     

Heh! Apa-apaan ini!     

Serafima mulai menumpuk spekulasi di otaknya. Berbagai dugaan berloncatan di kepalanya membuat dia ingin mengaum kesal. Apakah Jovano dan Shona diam-diam melakukan sesuatu di belakang dia yang dia tidak sadari?     

Selama ini dia memang terkadang menggoda Jovano dengan mengingatkan akan wasiat dari Pangeran Zaghar mengenai Shona, dan kekasihnya merespon seakan Jovano tidak merasa apapun mengenai wasiat itu.     

Begitu juga jika Serafima menggoda Shona dan berpura-pura menyodorkan Jovano, Shona hanya akan menepis lembut dan berkata dia tidak memikirkan itu.     

Tapi … apa-apaan dengan saling tatap antara mereka itu! Apakah dia sedang dipecundangi keduanya? Mereka bermuslihat dengannya? Mereka bersandiwara seakan tidak tertarik tapi sebenarnya ….     

Arrgghh!      

Tak tahan dengan pikirannya yang kacau, Serafima pun mendatangi Jovano, menyeret pria itu ke sudut sepi dan bertanya, "Katakan padaku, ada apa antara kau dan Shona?"     

"Hah? Kenapa, sayank?" Jovano berusaha setenang mungkin meski ada tonjokan di hatinya mengenai pertanyaan sang kekasih barusan.     

"Kau masih paham bahasaku, kan? Jawab dengan jujur, ada apa dengan kalian berdua?" Mata tajam Serafima menatap Jovano, lurus seolah hendak menembus hingga ke dalam hati Jovano.     

Jovano tidak boleh sembrono menjawab mengenai ini. Dia tahu dengan persis betapa cemburuannya Serafima. Maka dia bertanya, "Kenapa kau bisa menyimpulkan itu, sayank?" Ia mengelus pipi kekasihnya.     

Serafima menepis kasar sentuhan Jovano dan makin gusar. "Ayolah, Jo, tak usah menutupi apapun dariku. Aku tak suka dibohongi, aku akan marah besar jika dipecundangi. Kau harus tahu itu. Kau lebih baik jujur atau aku mundur dari sini dan pergi!"     

"Sayank, kau sepertinya berpikir terlalu jauh mengenai itu." Yah, lelaki adalah lelaki, ras apapun mereka, lelaki akan mencoba sekuat tenaga menutupi affair mereka di hadapan pasangannya jika masih memungkinkan. "Sudahlah, jangan berpikir terlalu berat. Yuk, bagaimana kalau kita mandi berendam di kolam peri? Katanya itu sangat sejuk dan menyenangkan di tubuh, loh!"     

"Tidak mau! Jo, kau harus benar-benar jujur jika kau masih ingin bersamaku. Aku lebih baik mundur pergi daripada kau bohongi!" Serafima menolak ajakan Jovano.     

"Sshh … kau sepertinya terlalu tegang akhir-akhir ini. Ayo kita mencoba berendam di kolam peri, yah! Kau dan aku saja, oke?" bujuk Jovano sambil merengkuh pinggang kekasihnya dan menciumi pipi Serafima.     

Akhirnya, Serafima luluh dan diam dibawa ke kolam peri. Ia membiarkan Jovano melucuti pakaiannya sambil mulai dicumbui oleh Jovano.     

"Mmghh … Jo, awas saja kalau kau … mmgghh … Jo, hentikan …." Serafima hendak mendorong tangan Jovano yang membelai kewanitaan dia, tapi usahanya kalah oleh buaian dari sentuhan Jovano.     

"Tidak bisa, sayank. Aku tidak bisa berhenti." Jovano berbisik di belakang tubuh kekasihnya sembari memeluk Serafima dan menyentuh semua titik peka gadis Nephilim itu.     

"Mulut busukmu itu … mmgghhh … aarghhh, hentikan Jo atau aku … akuuhh … mmgghhh …." Serafima semakin tidak berkutik ketika jemari Jovano kian giat mengusap cepat di bawah sana. Ia harus melingkarkan satu tangannya ke leher Jovano di belakang sembari terus merintih sembari pejamkan mata, menyerah kalah pada hasrat yang dibimbing keluar oleh Jovano.     

Sebenarnya, Jovano merasa ini adalah kesalahannya karena dia tidak segera mewujudkan rencananya agar dia bisa memberikan pengertian pelan-pelan terhadap Serafima terkait dengan Shona.     

Dia akhir-akhir ini terpaku pada masalah ratu peri dan ayahnya sehingga dia lalai untuk perlahan memberikan wacana mengenai dia dan Shona.      

Dia harus lekas mencari cara lain sebelum Serafima membongkar semuanya dan akan menjadi lebih buruk akibatnya. Dia tidak ingin kehilangan Serafima, pun juga tak ingin kehilangan Shona pula.     

Yah, begitulah lelaki, dalam ras apapun.     

Hingga akhirnya, Jovano menyelesaikan persenggamaan dia dengan Serafima dan mereka pun keluar dari kolam itu dengan wajah merona disertai tatapan malu dari Serafima.     

Shona bertemu dengan keduanya dan hanya bisa mendesah di dalam hatinya. Sebagai wanita kedua, dia harus siap dengan hal semacam ini di depan mata.      

Di malam harinya, ketika mereka semua mulai lelap, Jovano mendatangi Serafima di mimpi. Gadis itu terkejut bukan main melihat Jovano.     

"Kenapa kau ada di sini? Apakah ini alam nyata?" tanya Serafima.     

"Bukan, sayank. Ini alam mimpi." Jovano menggeleng sembari tersenyum dan menyentuh tangan kekasihnya, mengecup tangan itu dengan lembut.     

"Ohh, benar, aku lupa kalau kalian adalah iblis penggoda di alam mimpi, maka tidak heran jika—" Mendadak, Serafima terdiam dengan wajah kaku. Dia mengulangi ucapannya sendiri di benaknya.     

Iblis penggoda di alam mimpi ….     

Bukankah … bukankah kemarin malam Shona menyebut nama Jovano dalam lelapnya? Dan mendesah pula?     

Mengingat akan itu, sontak saja Serafima menodong Jovano dengan kalimat, "Jadi … kau juga mendatangi Sho di alam mimpi, begitu kan Jo!" Matanya berkilat penuh dengan bara api seakan hendak membakar Jovano.     

"Sa-sayank, tunggu dulu …." Jovano tidak mengira akan mendapatkan tuduhan begini dari kekasihnya.      

"Tidak perlu mengelak kali ini, Jo! Akui saja, oke! Jadilah lelaki jantan yang mengakui apa yang kau lakukan!" desak Serafima dengan wajah meradang siap meledak marah.     

"Sayank, kumohon, sabar dan dengarkan aku dulu." Jovano lekas memutar otaknya agar dia tidak salah bicara.     

"Haa … ternyata benar dugaan aku, ya kan?" Serafima melipat dua tangan di depan dada dengan pandangan sinis ke Jovano.     

"Baiklah, baiklah … aku akan katakan saja padamu, oke sayank. Tapi aku harap kau tidak salah paham mengenai ini." Jovano sudah tersudut, dan dia tidak ingin terlihat lebih brengsek lagi dengan terus mengelak. Dia pun jujur mengatakan pada Serafima mengenai keinginan dia menjadikan Shona dan Serafima menjadi istrinya.     

Serafima terbelalak. Jovano serba salah, padahal maksud dia masuk ke alam mimpi Serafima adalah untuk membujuk pelan-pelan gadis itu sembari membawa kekasihnya menemui Shona di alam mimpi.     

Tidak terelakkan, Serafima bertengkar dengan Jovano di alam mimpi ketika dia diajak ke alam mimpi Shona oleh Jovano.     

"Jadi begini kelakuan kalian di belakang aku, hah! Sungguh hebat sekali! Katanya tidak, tapi ternyata iya di belakangku secara diam-diam!" Serafima tidak menahan kata-kata emosinya.     

Shona memunggungi mereka sambil menangis, berkata, "Jo, bawa pergi Sista dari mimpiku. Pergilah kalian!"     

Jovano pun membawa pergi Serafima dari alam mimpi Shona.     

Dan di pagi harinya ketika Jovano dan Serafima bangun, Serafima tidak menemukan Shona di sampingnya.      

Serafima lari ke tempat Jovano dan berkata, "Jo, Shona tidak ada!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.