Devil's Fruit (21+)

Mencari Shona Hingga ke Desa Elf



Mencari Shona Hingga ke Desa Elf

0Fruit 1312: Mencari Shona Hingga ke Desa Elf     

Serafima pun mengetahui mengenai Jovano dan Shona berdasarkan dari kecurigaan dia yang kian memuncak dan Jovano juga susah mengelak mengenai itu.      

Dan di pagi harinya ketika Jovano dan Serafima bangun, Serafima tidak menemukan Shona di sampingnya.      

Serafima lari ke tempat Jovano dan berkata, "Jo, Shona tidak ada!"     

"Hah? Apa? Bagaimana-"     

"Aku tak tahu! Pokoknya, dia tidak ada di sebelahku dan hanya ada kasur bulu yang terlipat rapi dan ketika aku menanyakan pada peri yang lewat, mereka bilang mereka tidak bertemu Shona." Serafima terlihat panik.     

Ya, dia memang kesal luar biasa pada Shona dan tentu juga pada Jovano. Dia bahkan sudah marah pada Shona dan melontarkan kata-kata pedas pada Shona di alam mimpi semalam.     

Namun begitu, meski sekesal apapun dirinya pada Shona ... gadis itu tetap saja merupakan keponakannya! Apabila terjadi sesuatu pada Shona, akan seperti apa murka Revka pada dia nantinya? Inilah yang mengakibatkan rasa panik pada dirinya.     

Jovano dan Serafima pun berpencar mencari Shona di sekeliling desa peri tersebut. Mereka bertanya pada banyak peri dan mereka menggelengkan kepala menyatakan tidak tahu.     

Hingga akhirnya, salah satu peri kecil bersuara pada Serafima, "Ya, sepertinya aku melihat dia tadi pagi buta sekali. Hm, dia sepertinya pergi ke arah sana."      

Serafima mengarahkan pandangannya ke arah peri kecil tadi menunjuk. Itu sepertinya sebuah arah yang harus lekas ditelusuri dia. "Jo, aku menemukan kabar mengenai dia." Ia melakukan sambungan komunikasi menggunakan antingnya ke Jovano.     

Jovano segera melesat terbang ke tempat Serafima dan bertanya, "Ke arah mana?" tanyanya dengan cemas. Mana mungkin tidak? Selain Revka sudah menitipkan Shona padanya, Pangeran Zaghar dan Zevo juga sudah menyerahkan Shona dalam penjagaan Jovano!     

"Ke sana." Tangan Serafima menunjuk ke arah, sama seperti yang diarahkan peri kecil tadi.     

"Sepertinya itu merupakan arah yang pernah diberikan Om Ver tentang kristal Mom. Ayo kita sekalian cari kristalnya!" Jovano tidak sabar, ingin bergegas mencari Shona. Sebagai orang yang tajam arah bagaikan kompas hidup, Jovano memang mudah mengingat arah, apalagi yang sudah ditunjuk oleh Hong Wang untuk menentukan letak kristal jiwa ibunya.     

Alam ini masih merupakan misteri bagi mereka. Alam ini sangat luas dan masih banyak daerah yang belum diketahui seluk-beluknya. Apabila terjadi sesuatu pada Shona, alangkah gawatnya nanti!     

"Tunggu dulu, lalu bagaimana dengan Gavin dan Miloz?" tanya Serafima.      

Tidak ingin kekurangan waktu, Jovano segera menghubungi Gavin melalui anting komunikasi. "Gav, kau dan Miloz tetaplah di desa sana, aku dan lainnya akan pergi mencari kristal."     

"K-Kak! Kak Jo yakin untuk itu?" tanya Gavin ketika menerima sambungan komunikasi dari Jovano.      

"Iya. Kau dan Miloz bersenang-senanglah di sana, namun kau masih ingat pesanku?" Jovano ingin memastikan.     

"Ya, Kak. Tidak boleh cari masalah, apapun itu." Gavin menjawab.     

"Bagus. Baiklah, nanti kalau aku sudah mendapatkan kristalnya, aku akan menjemput kalian. Dan, jaga baik-baik Miloz, mengerti?"     

"Baik, Kak Jo!" Gavin menjawab dengan suara mantap.      

Sambungan pun disudahi dan Jovano segera mengajak Serafima pergi ke arah tadi. Di tengah jalan sebelum mereka keluar dari lingkup desa, muncul Liliac. "Kalian hendak ke mana?"     

"O-ohh, mencari kristal." Jovano tidak ingin mengungkap hilangnya Shona, terlebih pada Liliac.     

"Mana Shona? Kenapa dia tidak ada?" tanya Liliac lagi.     

"Dia sudah berangkat. Aku dan Serafima hendak menyusul," kilah Jovano tak kalah cerdik memberikan alasan. "Liliac, tolong sampaikan pada ayahku, andaikan dia bertanya ke mana aku, katakan aku pergi mencari kristal, yah!"     

Belum sempat Liliac menyahut ucapan Jovano, lelaki dan kekasihnya itu sudah melesat keluar dari selubung gaib desa tersebut dan tiba di daerah luar desa.     

Mereka memutuskan untuk terbang cukup tinggi untuk melihat keberadaan Shona. Tapi ternyata tidak ada! Jejak Shona tidak terendus. Ini membuat Jovano sungguh merasa frustrasi.     

"Di mana dia? Kenapa dia tidak ada?" Jovano gusar, dia sungguh khawatir pada Shona.     

Sementara itu, Serafima terdiam. Dia tahu ini salahnya sehingga Shona pergi begitu saja. Ucapan dia malam itu di alam mimpi pasti sangat kasar dan menyakiti hati Shona.      

Ta-tapi ... mau bagaimana lagi? Cemburu tetaplah cemburu! Pengkhinatan tetaplah sebuah pengkhianatan!     

"Lihat, Sera, Sho tidak bisa diketemukan! Bagaimana ini? Bagaimana tanggung jawab aku terhadap Aunty Revka, Kak Za, dan juga Zevo! Andai saja kau semalam tidak marah-marah begitu." Jovano saking paniknya hingga dia tak sadar malah melimpahkan semua kesalahan pada kekasihnya.     

"Kau! Kau berani menyalahkan aku?" Mata Serafima membelalak, dia kesal bukan main. "Kalau kau tidak brengsek dan menjadi lelaki bajingan yang tak puas dengan 1 wanita saja, tentu tidak akan ada masalah semacam ini, Jo!" pekik Serafima.     

Segera, Jovano menyadari dia memang tidak seharusnya membuang semua kesalahan pada Serafima. Dia juga salah, dan mungkin memegang kesalahan paling banyak dalam hal ini. Ia pun bergegas merangkul kekasihnya, tapi Serafima mendorong dengan keras dan gadis Nephilim itu pun melanjutkan perjalanan.     

"Sayank, maafkan aku. Maafkan ucapanku, oke? Aku salah, iya aku salah, astaga ... aku sungguh menyesal sudah menutupi ini darimu. Aku juga minta maaf menyalahkanmu. Ini memang salahku, semuanya salahku, oke?" Jovano mengekor Serafima sambil terus menyuarakan rasa bersalahnya.     

Serafima tidak bergeming mendengar rengekan minta maaf Jovano dan terus melangkah hingga mereka tiba di sebuah daerah. "Daerah apa ini?" Ia menghentikan langkahnya ketika menyadari mereka ada di tengah sebuah desa lagi.     

"Hm. Desa?" Jovano berdiri di sisi Serafima. "Apakah desa peri? Sepertinya bukan." Jovano menatap orang-orang yang berlalu lalang di sana. Lalu, menghentikan salah seorang yang melintas di depannya, "Permisi, halo."     

Orang dengan perawakan seperti manusia biasa namun telinganya runcing itu pun berhenti dan menatap Jovano. "Ya?"     

"Bolehkah kami tahu, ini desa apa? Desa peri kah? Atau?" Jovano mengangkat dua bahunya tanda tak tahu.     

"Di sini kawasan para Elf." Orang itu menjawab.     

"Elf?" tanya Serafima.     

"Ohh." Jovano menampilkan wajah seakan dia kini paham. Di hatinya, dia berkata, pantas saja kupingnya runcing begitu. Ya, itu memang ciri khas dari kaum Elf.      

Elf itu pun dibiarkan pergi lagi melanjutkan jalannya. Jovano menoleh ke Serafima. "Ternyata di sini desa elf."     

"Humph!" Serafima tidak menggubris dan berjalan lagi.     

Jovano lekas menghentikan sang kekasih dan berkata, "Sayank, sayank, ayo kita sekalian cari kristalnya!" Ini sudah sesuai dengan arah dari Om Ver. Siapa tahu Shona sudah tiba di sana lebih dulu."     

Mendengus masih kesal, Serafima pun mengikuti Jovano.      

Jovano dan Serafima terus saja menuju ke arah yang telah ditetapkan Hong Wang sebagai tempat adanya kristal jiwa Andrea, hingga akhirnya mereka bertemu dengan sebuah danau yang cukup luas. Danau itu ditutupi kabut meski tidak cukup tebal.     

"Nah, itu kristalnya ada di sana!" Tangan Jovano menunjuk ke bagian atas danau dimana ada kristal jiwa berwarna merah melayang cukup tinggi dan tenang diselubungi kabut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.