Devil's Fruit (21+)

Kalian Berdua Membuat Malamku Begitu Menyenangkan



Kalian Berdua Membuat Malamku Begitu Menyenangkan

0Fruit 1314: Kalian Berdua Membuat Malamku Begitu Menyenangkan     

Jovano dan Serafima diterima dengan baik di desa elf timur, bahkan kepala dusun elf bernama Borkho menjamu keduanya dengan pantas dikarenakan Jovano memiliki darah iblis.     

Di malam hari, setelah santap malam dengan Borkho yang ternyata merupakan kepala dusun desa elf itu, Jovano berbicara bertiga saja dengan lebih intens.      

"Tetua Borkho, tolong ceritakan mengenai danau suci kalian itu," pinta Jovano. Apakah Borkho bersedia?     

Borkho yang melihat darah iblis Jovano, dia tidak bisa mengelak dan mau tak mau menceritakan pada sang putra Cambion. "Danau itu disebut Danau Pembersih Suci." Borkho memulai penjelasannya.      

Jovano dan Serafima mengulangi nama danau itu dengan suara lirih.     

"Ya, dan danau itu tak akan bisa dimasuki siapapun, termasuk kaum iblis dan malaikat sekalipun, kecuali di hari khusus, yaitu hari penyucian." Borkho melanjutkan penjelasannya.     

Jovano agak tergelitik. "Tak bisa dimasuki iblis bahkan malaikat? Kenapa begitu? Apakah hanya bisa dimasuki bangsa kalian saja?"     

"Bisa dikatakan demikian. Entah apa yang menyebabkan danau itu hanya  bisa dimasuki oleh kaum elf saja meski hanya di hari spesial, ini sudah terjadi dari leluhur kami ribuan tahun silam." Borkho menggelengkan kepala tanda tak bisa menjelaskan alasan kenapa hanya kaum elf saja yang bisa memasuki danau.     

"Lalu … kapankah hari penyucian itu?" Jovano bertanya, dan di hatinya, dia cemas. Andaikan hari penyucian itu masih lama, bukankah dia akan tersendat lama di alam ini?     

"Itu terjadi setiap 10 tahun sekali." Borkho menjawab dan itu membuat wajah Jovano terlihat tak nyaman. Tentu saja Jovano sudah membayangkan dia dan kelompoknya akan terhenti di alam ini maksimal selama 10 tahun. "Namun, hari penyucian kali ini akan tiba 3 hari dari sekarang."     

Mendengar penuturan kepala dusun elf timur itu, Jovano menghela napas lega. Ternyata dia tidak perlu menunggu hingga bertahun-tahun karena sebentar lagi, hari ketika danau itu bisa dimasuki pun tiba.     

"Ketika hari penyucian tiba bagi kami bangsa elf, hanya para elf muda saja yang bisa masuk ke danau untuk membangkitkan kekuatan sihir mereka dan itu termasuk menguatkan juga sihir elf yang tahun-tahun sebelumnya sudah pernah masuk ke danau itu." Borkho melanjutkan.     

"Jadi, hanya elf berusia remaja saja?"     

"Elf remaja?"     

"Ya, maksudku … ketika mereka berusia belasan tahun, yah seperti manusia pada umumnya?" Jovano menggunakan umur manusia sebagai perbandingan.      

Tapi, Borkho malah terkekeh dan menjawab, "Kami menganggap elf berumur belasan tahun seperti sebagai elf bayi, he he he, karena umur belasan dari semenjak mereka terlahir, masih merupakan umur sangat kecil bagi kami para elf."     

Ah ya, Jovano hampir lupa bahwa mereka bangsa elf sama seperti peri dan semua makhluk supernatural lainnya yang bisa berumur panjang.      

"Lalu … umur berapa dari mereka yang bisa masuk ke danau itu?"     

"Hanya elf berusia 100 hingga 300 tahun saja yang berhak masuk ke dalam danau dan memperkuat fondasi sihir mereka. Di umur itu merupakan umur remaja bagi para elf."      

Jovano terpukau. Umur 100 hingga 300 tahun merupakan umur remaja bagi elf. Luar biasa memang umur para makhluk supernatural. Dia bertanya-tanya, akan seberapa panjang umur dia kelak?     

Tapi, mengesampingkan kekaguman Jovano akan umur para elf, dia harus menanyakan apakah dia bisa meminta pertolongan pada Borkho. "Um, Tetua Borkho, bisakah aku meminta pertolonganmu?"     

"Hm, ya, silahkan. Asalkan hamba bisa melakukannya, maka pasti akan dilakukan." Borkho mengelus jenggot putih panjangnya.     

"Begini, aku sebenarnya ke danau itu saat itu untuk mengambil sebuah Kristal yang melayang di atas danau tersebut." Jovano pun terpaksa menceritakan mengenai misi dia akan Kristal tersebut. "Bisakah kau meminta seseorang untuk mengambilnya untukku ketika dia ada di danau nanti?"     

"Hm, itu bisa, tentu saja. Itu hal mudah. Nanti aku akan menyuruh anakku yang masih remaja yang akan masuk ke danau itu untuk mengambilkan Kristal itu untukmu." Borkho dengan cepat memutuskan demikian.     

Mendengar janji Borkho, Jovano lega. Kini, dia hanya perlu fokus untuk mendamaikan Serafima dan Shona saja. Memiliki 2 calon istri yang tidak akur itu kan akan membuat pusing kepala.     

Jovano bertanya-tanya, haruskah dia meminta saran dari kakeknya yang memiliki jutaan istri? Sementara dia, hanya ingin beristri 2 saja sudah sesulit ini cobaan dan rintangannya.     

Tidak, tidak, sepertinya dia akan lebih kacau jika meminta saran sang kakek.      

Percaya bahwa Shona masih baik-baik saja di luar sana meski kecemasan mengenai itu masih ada, Jovano tidak bisa mencari Shona karena Serafima selalu mengawasinya. Serafima masih belum bisa menerima jika Shona dijadikan calon istri juga.     

Malam ini, Jovano dan Serafima tidur di rumah besar sang kepala dusun desa elf timur, Borkho.      

Sebelum tidur, Serafima menatap tajam ke Jovano. "Apa kau hendak menemui dia di alam mimpi?"     

Bagaimana cara menjawab agar kekasihnya tidak mengamuk? "Anu … itu …." Baru kali ini Jovano benar-benar keok tak bisa berkata-kata. Baginya, masih lebih baik berdebat dengan para monster seperti Sphinx ketimbang menjelaskan mengenai gadis lain pada sang kekasih.     

"Katakan, Jo! Kau akan mendatangi dia nanti?" Tatapan Serafima semakin tajam dan menuntut.     

"Itu … bolehkah?" Jovano merasa dirinya mendadak tolol dalam urusan berwanita dua. Suaranya mencicit pelan dengan wajah canggung.     

"Huh! Ya sudah! Kalau kau memang ingin melakukan itu di alam mimpi, terserah!" Serafima lekas berbaring memunggungi Jovano. Ia mencoba menurunkan egonya dan membiarkan Jovano mendatangi Shona di alam mimpi ketimbang di alam nyata. "Untuk saat ini, aku ijinkan kau dengannya di alam mimpi saja!"     

Sepertinya Serafima belum siap jika lelakinya menyetubuhi wanita lain di alam nyata.      

Jovano tertegun, benarkah yang diucapkan kekasihnya? Namun, untuk memberikan rasa nyaman pada Serafima dan sekaligus terima kasih, Jovano memesrai Serafima terlebih dahulu.     

"Kau ini kenapa rakus sekali, huh? Bukankah kau hendak bermesraan dengannya nanti? Kenapa ingin mencumbui aku?" Serafima cemberut sambil kebingungan ketika Jovano membalikkan tubuhnya dan menindih dia dengan wajah mesum.     

"Aku ingin memanjakan dirimu terlebih dahulu sebagai calon istri pertamaku, he he …." Hanya ini saja gombalan yang bisa dikatakan Jovano.      

"Jo! Kau menyebalkan!" Serafima memekik protes namun suaranya perlahan meredup dan berganti dengan erangan dan desahan ketika Jovano kian beraksi di atas tubuhnya.     

Setelah memastikan Serafima tidur dengan nyenyak usai disetubuhi, Jovano mulai memejamkan mata juga dan dia mencari alam mimpi Shona.     

Ketemu!     

Lekas saja Jovano masuk ke alam mimpi itu.      

"Jo!" Shona terkejut mendapati Jovano ada di alam mimpinya.     

"Sho …." Jovano segera melesat dan menarik Shona ke pelukannya. Janda cantik itu tidak menolak, membiarkan Jovano merengkuh erat tubuhnya. "Kemana saja kau, hm? Kenapa malah kabur dariku?"     

"Aku …." Shona memunculkan wajah cantiknya dari balik pelukan Jovano dan berkata, "Aku tak enak dengan Sis Sera, makanya aku lebih memilih pergi saja ketimbang mengganggu kalian."     

"Kau pikir itu hal terbaik, hm? Kau sangat membuatku cemas, Sho. Aku bahkan sudah mencarimu kemana-mana."     

"Bohong, kau penggombal buruk."     

"Iya kah? Ha ha ha, kalau begitu, aku akan menunjukkan rasa cintaku dengan tindakanku saja, bagaimana?"     

"Tak mau!"     

"Sungguh tak mau? Meski di sini sepertinya sudah basah karena menanti aku?"     

"Jo, kau … bahasamu menjijikkan, ha ha ha, ungghh … Jo, tanganmu … mmghh …." Shona mendadak saja berhenti tertawa ketika pusat kewanitaan dia sudah disentuh Jovano dan payudaranya mulai diremas pelan dan lembut oleh si pemuda.      

Malam itu di alam mimpi, Shona takluk menyerah pada libido Jovano. Ia takluk berulang kali hingga akhirnya pagi pun menjelang di alam itu dan mereka harus berpisah di alam mimpi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.