Devil's Fruit (21+)

Danau Suci Dibuka



Danau Suci Dibuka

0Fruit 1316:  Danau Suci Dibuka     

"Hm, aku bukan benda yang harus dititip-titipkan segala, Jo. Lagipula, nggak seharusnya aku ganggu kalian, ya kan?" Shona melirik Jovano dan Serafima.     

Mendengar ucapan Shona, Serafima menghentikan Shona dan berkata, "Sho …."     

Shona berhenti dan menatap balik kepada Serafima. Ia berdebar menantikan kalimat apa yang akan diucapkan bibinya yang galak dan cemburuan ini. Apakah dia akan dihujat habis-habisan karena menjadi pelakor di hubungan Jovano dan Serafima?     

"Sho … aku tak masalah jika memang kau menjadi istri Jo juga seperti halnya aku." Demikianlah ucapan Serafima.     

Sontak saja Shona dan Jovano terkesiap kaget. Benarkah kalimat semcam itu muncul dari mulut Serafima yang pemarah dan pencemburu?      

"S-Sis?" Shona sampai harus mengerjap-kerjapkan matanya, khawatir kalau ternyata dia sedang di alam mimpi saja.     

"Tolong jangan ucapkan apa-apa dulu atau aku bisa berubah pikiran!" Serafima lekas memotong Shona yang ingin mengucapkan hal lainnya. Ia memejamkan matanya sejenak dan kemudian membukanya lagi untuk menatap Shona dengan tajam. "Tapi aku memiliki syarat, Sho."     

"U-um, iya, Sis." Shona mengangguk saja.     

"Saat ini, aku harap kalian melakukan ITU di alam mimpi saja dulu sampai aku bisa terbiasa dengan hubungan kita bertiga ini, oke? Yah, kalau sekedar bertingkah mesra biasa di depanku, um, yah … oke, baiklah, aku akan bertahan dan belajar menerimanya. Tapi, untuk melakukan ITU, kau tahu maksudku, kan? Lakukan dulu di alam mimpi saja, jangan di alam nyata. Bisakah?"     

Selesai mendengar ucapan panjang Serafima mengenai syarat untuk Shona, gadis itu lekas menoleh ke Jovano. "Aku … bukan aku yang biasanya mendatangi alam mimpi, tapi … dia." Senyum Shona terkulum melihat raut rumit Jovano ketika dia mengatakan itu.     

Serafima menggeram sambil ikut menoleh ke Jovano. "Grrrhh … sudah kuduga pasti kau yang busuk, Jo!"     

"A-aahh, sayank! Ak-aku kan lelaki! Tentu harus aku yang bergerak lebih dulu, dong, iya kan?" Lalu Jovano lekas menghampiri Serafima untuk merayunya agar kekasihnya tenang kembali. "Adududuh!" Ia berteriak ketika Serafima menarik keras-keras telinganya hingga kepalanya turun merunduk.     

"Humph! Lelaki memang brengsek di mana saja!" Serafima mendengus, lalu dia beralih kembali ke Shona dan berkata, "Satu lagi, Sho yang harus kau setujui, yaitu … aku tetap istri pertama, mengerti?"     

Ohh, ternyata Serafima sedang menegaskan mengenai senioritas dalam status rumah tangga mereka.     

Shona tersenyum. "Tentu saja aku paham itu, Sis. Aku tak mungkin melanggar status Sista sebagai istri pertama."     

"Dan untukmu, hei lelaki brengsek!" Serafima menuding hidung Jovano. "Aku tegaskan padamu bahwa hanya Shona dan aku saja yang boleh kau gauli kau jadikan istri! Tidak boleh ada wanita lainnya lagi!"     

"Nah, Sis, itu yang sudah aku minta dari dia ketika dia merayuku." Shona mengangguk lalu tertawa cekikikan bersama Serafima setelah mereka melakukan toss.     

Jovano tersenyum canggung melihat dua calon istrinya. Sepertinya dia menemukan istri-istri yang kompak untuk menekan dirinya.     

"Ingat, Jo … aku adalah yang terakhir, yah! Kecuali aku dan Sis Sera mati, maka kau boleh mencari wanita lain lagi. Tapi kami harus menjadi mayat lebih dahulu." Shona menekankan ini pada Jovano.     

"Sh-Sho … jangan bicara hal mengerikan seperti itu, ahh!" Jovano meraih tangan Shona dan menggoyangkannya.      

Serafima melihat adegan itu dan hanya diam. Tak apa, dia akan mulai belajar untuk menerima hal-hal semacam itu dari mereka. Toh, itu adalah Shona, saudaranya sendiri, yang tentunya tidak akan membuat dia lebih cemburu dibandingkan jika Jovano dengan wanita lain, seperti Druana misalnya?     

Ughh! Mengingat bagaimana dulu Druana pernah menggoda Jovano meski hanya iseng, itu membuat Serafima luar biasa meledak di hatinya, bergemuruh ingin mencabik-cabik iblis medis itu.     

Namun, dengan Shona, dia tidak begitu marah pada gadis itu, melainkan ingin meledak ke Jovano saja. Terlebih setelah Shona mengatakan sendiri bahwa Jovano lah yang pertama kalinya merayu Shona dan mendatangi di alam mimpi.     

Yah, mau bagaimana lagi, ini sudah terjadi, dia hanya perlu membiasakan diri saja mengenai ini. Toh, dia dan Shona sudah menegaskan pada Jovano bahwa pria itu hanya boleh mengawini dia dan Shona saja.     

"Ehem! Kalian tidak melupakan aku, kan?" tanya elf remaja di dekat mereka bertiga.     

"Ohh!" Jovano dan dua calon istrinya pun segera teringat akan Blyn yang masih ada di sana dan mereka tertawa ringan.     

-0-0—00—0-0-     

Hari yang ditentukan bagi terbukanya danau suci dari segelnya pun tiba. Sudah begitu banyak elf remaja dari berbagai pelosok alam tersebut berkumpul di tepi danau, siap masuk ke sana.     

Borkho sebagai kepala dusun elf timur yang lokasi desanya sangat dekat dengan danau tersebut pun memimpin rombongan elf remaja yang hendak masuk ke danau.     

Di sebelah Borkho ada Jovano dan 2 calon istrinya, Shona dan Serafima. Di sisi Shona ada Blyn yang berbinar tak sabar ingin membangkitkan kekuatannya karena baru kali ini dia memiliki kesempatan untuk ke danau suci seumur hidupnya.     

Di belakang Borkho ada anaknya yang masih remaja yang diserahi tugas oleh Borkho untuk mengambil Kristal di tengah danau milik Jovano untuk diserahkan pada putra si cambion.     

Anak Borkho sudah bersedia menerima tugas dari ayahandanya. Ini karena Borkho berharap dia bisa menjalin hubungan baik dengan Jovano yang dia yakini merupakan pangeran iblis jika dia tidak salah menerjemahkan aura dan bau energi Jovano.     

Alangkah sangat bermanfaatnya apabila Borkho dan desa elf timur dia bisa menjalin hubungan baik dengan salah satu pangeran iblis bangsawan, ya kan?      

Setelah menanti beberapa saat, terdengar suara berdengung lembut dari arah danau dan para elf pun bergegas menceburkan diri ke danau. Mereka mulai mencari spot terbaik untuk memperoleh energi baik dari danau itu.     

Banyak dari mereka yang melepas bajunya, namun Blyn tetap mempertahankan baju dalamnya yang tipis sebelum masuk ke dalam danau.     

Jovano dan yang lainnya hanya bisa menatap dari tepiannya saja karena mereka tetap saja akan ditolak sang danau. Selain karena danau itu tidak bisa dimasuki entitas apapun selain elf dan juga hanya elf berusia remaja yang bisa masuk ke sana.     

Maka, sekuat apapun Jovano mengerahkan tenaganya, tetap saja dia tak akan diterima danau suci itu.     

Oleh karena itu, mereka cukup mengamati saja bagaimana nantinya anak Borkho yang masih remaja bisa mengambilkan Kristal jiwa milik Andrea dan menyerahkan kepada Jovano.     

Bisa dilihat, kristal merah itu masih berada di atas danau, melayang dengan diselubungi kabut tipis putih. Jovano dan dua calon istrinya terus saja menatap ke arah Kristal itu berada.     

Anak remaja Borkho sudah melihat keberadaan Kristal itu dan dia mulai berjalan mendekat ke bawah Kristal. Matanya terus terarah ke Kristal. Dia terpana dengan sinar kemerahan gelap di Kristal itu dan berpikir, pasti di dalam Kristal itu ada kekuatan sangat besar.     

Splasshh!      

Anak Borkho pun melejit ke atas dan meraih Kristal itu untuk kemudian dia telan.     

"Kristalku, hei!" teriak Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.