Devil's Fruit (21+)

Miloz Ingin Membekap Mulut Jovano dan Gavin



Miloz Ingin Membekap Mulut Jovano dan Gavin

0Fruit 1318: Miloz Ingin Membekap Mulut Jovano dan Gavin     

Kristal jiwa milik Andrea akhirnya berhasil direbut kembali dari anak Borkho oleh Blyn yang merasa hutang budi pada Jovano dan kelompoknya melalui perebutan sengit dan gadis elf itu juga harus menderita dipukuli oleh anak Borkho sebelum akhirnya dia keluar dari danau dan ditolong Shona menggunakan Healer.     

Jovano sangat berterima kasih atas upaya nekat Blyn yang berani melawan elf yang lebih tua dan kuat darinya. Untung saja luka-luka Blyn bisa dengan cepat dipulihkan menggunakan kekuatan healing Shona.     

Dan ketika Blyn merasa risih serta malu karena dia keluar dari danau dengan hanya pakaian tipis yang kini sudah mencetakkan lekuk tubuhnya, serta-merta, Miloz pun melepas mantel yang dia pakai ke Blyn.     

Gadis elf itu menerima mantel tersebut dan memakai untuk menutupi tubuh yang bagaikan telanjang dengan pakaian tipis terkena air seluruhnya.      

Ada pandangan kikuk dari Miloz ke Blyn, dan itu sempat dipergoki Jovano. Dia tersenyum singkat melihat adegan itu.      

Kemudian, setelah menerima berulang kali ucapan maaf dari Borkho atas tindakan gila anaknya tadi, Jovano hanya tersenyum ke Borkho, memberikan isyarat dia tidak ingin melakukan apapun pada anak remaja itu dan menyerahkan saja pada Borkho, yang penting, kristalnya kini sudah aman di cincin ruang bersama potongan Kristal jiwa lainnya.     

"Ayo kita kembali ke desa peri ibu tiriku saja." Jovano memberikan usul. Semuanya pun mengangguk setuju. Tak ada gunanya lagi mereka tetap berdiam di desa elf ketika Kristal telah didapatkan.     

Gavin yang masih bingung dengan ucapan Jovano mengenai ibu tiri pun lekas mendapatkan cerita singkat dari Serafima mengenai sosok yang disebut sebagai ibu tiri oleh Jovano. Pemuda itu pun mengangguk-angguk paham.      

Sementara itu, Blyn ikut rombongan Jovano kembali ke desa peri milik Ratu Peri Yredis. Tak mungkin dia dibiarkan begitu saja oleh Shona. Blyn sudah disayangi Shona bagaikan adik sendiri.     

Miloz beberapa kali melirik ke arah Blyn yang berselimutkan mantel panjang milik dia. Lelaki itu gugup, berharap mantel bau itu tidak mengganggu hidung Blyn. Jika dia tahu mantel itu akan dipakai gadis elf secantik Blyn, tentu dia akan mencucinya lebih dulu.     

Tapi, ya sudahlah, tak apa.     

Jovano sudah pamit kepada Borkho dan mengucapkan terima kasih atas pelayanan Borkho selama beberapa hari dan kelompoknya benar-benar melangkah pergi ke arah desa milik Ratu Yredis.     

"Omong-omong, Gav, kenapa kau menyusulku ke desa elf?" tanya Jovano, teringat akan hal yang belum dijelaskan Gavin mengenai alasan remaja itu pergi menyusul dia. "Kau dan Miloz sudah bosan menjadi raja harem di desa peri itu?"     

Jovano memang nakal, dia sengaja menyebut Miloz juga sambil melirik cepat ke Blyn. Nampaknya Blyn tidak paham maksud ucapan Jovano, padahal Miloz sudah gemetar panas dingin, khawatir ucapan Jovano akan memengaruhi Blyn.     

Sepertinya Blyn masih begitu polos dan tak paham apa itu harem.     

"Tsk, aku dan Miloz menghadapi kecemburuan beberapa ras makhluk yang datang bertubi-tubi ke desa itu, Kak!" Gavin mulai bercerita sambil mereka berjalan santai ke desa Ratu Peri Yredis.     

"Maksudmu?" Jovano belum paham arah omongan Gavin.     

"Selama beberapa hari ini aku dan Miloz kan dilayani para peri siang dan malam, ya kan Kak … ternyata ada banyak lelaki dari ras lainnya yang cemburu dan tak suka jika semua peri melayani kami terus berhari-hari." Gavin bercerita sambil menatap ke tanah.     

Gavin tidak melihat wajah pucat Miloz ketika dia menceritakan secara gamblang mengenai petualangan mereka di desa peri. Padahal ada Blyn di situ!      

"Ternyata, Kak," lanjut Gavin lagi, "para peri di desa itu sering melayani para lelaki ras lain! Huh! Di sana sudah seperti tempat prostitusi, Kak!"      

Jovano terkekeh dan menyahut, "Tapi berkat mereka, kau dan Miloz kan sudah bisa menjadi lelaki sesungguhnya sekarang, ya kan? Kalian sudah tahu rasanya bercinta dan bersenggama."      

Miloz rasanya ingin membekap mulut Jovano dan Gavin sejak tadi. Atau mungkin dia harusnya menyumpal telinga Blyn saja? Bagaimana jika Blyn mengira dia adalah lelaki mesum dan maniak seks?     

Ketika Miloz melirik ke arah Blyn, gadis itu tertunduk, susah diketahui apakah Blyn benar-benar menyimak pembicaraan Gavin dengan Jovano atau tidak. Ya ampun, bisakah dua pria itu berbincang nanti saja ketika jauh dari Blyn?! Rasanya kini dia menyesal telah mengikuti Gavin.     

"Ras apa saja yang mendatangi kalian?" Jovano ingin tahu.     

"Ada ras ghoul, ras ogre, ras elf, ras troll, ras goblin, ras dwarf … pokoknya banyak yang datang ke sana untuk protes ke kami, Kak!" Gavin masih merasa kesal mengenai itu. "Karena aku sudah janji ke Kak Jo untuk jauhi masalah, makanya aku dan Miloz memutuskan pergi saja dari sana. Toh, kami sudah mendapatkan nikmat berhari-hari."     

  "Yah, kalau memang begitu faktanya, aku setuju dengan keputusanmu, Gav. Memang lebih baik segera tinggalkan apapun yang menimbulkan masalah. Kita tidak membutuhkan tambahan masalah apapun di sini." Jovano menepuk pundak Gavin.     

"Ingat, Gav, jangan pernah memiliki masalah apapun yang berkaitan dengan perempuan atau kau akan sial!" Serafima menimpali dari belakang Gavin.      

Shona yang paham sindiran bibinya hanya terkikik kecil. Sedangkan Jovano hanya terkekeh canggung saja sambil melirik ke belakang.     

Sedangkan Gavin, dia teringat akan Ivy dan memang dia membawa masalah pada dirinya sendiri ketika dia terus mengejar Ivy, sampai mengakibatkan kematian adiknya.      

Lain kali, dia harus memilih perempuan yang sungguh tidak akan membawa masalah padanya di kemudian hari.      

Tak berapa lama, rombongan itu pun tiba di desa Ratu Peri Yredis. Karena Shona dibekali dengan pendant peri dari Liliac, ia bisa menghubungi si peri mungil itu agar diperbolehkan masuk ke desa.     

Ketika rombongan masuk ke desa peri tersebut, mata Gavin menatap takjub ke para peri yang berseliweran di dekatnya.     

"Gav, tahan pandanganmu, mereka tidak sejalang peri di desa satunya." Serafima lekas memperingatkan Gavin agar tidak menggila di desa ini.      

Memang benar kata Serafima, itu diakui oleh Gavin. Peri di desa Ratu Yredis ini memang tak kalah cantik dan mempesona dengan yang di desa satunya, namun sikap mereka sama sekali tidak genit dan malah mengangguk hormat pada Jovano dan kelompoknya yang berjalan ke arah istana peri.     

"Bagaimana keadaan Ratu Yredis?" tanya Jovano ketika hendak masuk ke istana pohon raksasa.      

"Yang Mulia setiap waktu ditemani oleh Tuan Dante." Liliac berkata.     

"Hah? Tuan Dante?" Gavin melongo. "Uncle … Uncle sudah bangkit? Sudah sembuh?"     

Jovano kemudian menceritakan mengenai upaya penyembuhan dan pembangkitan Dante. Gavin takjub mendengarnya.      

"Kita sungguh berhutang budi pada Ratu Yredis, ya kan Kak?" Gavin sambil menatap sekelilingnya. Tadi padahal mereka masuk ke sebuah pohon yang dia pikir istananya akan sempit dan pengap, namun ternyata, begitu kaki menjejak di dalam pohon, suasana langsung berubah lapang dan sejuk bagai tidak di dalam pohon.     

"Ya, tentu." Jovano mengangguk. Lalu datanglah dua half sisters dia, mendekat. Dia berkata, "Gav, kenalin nih, adik-adikku, Rvna dan Eunika."     

Mata Gavin mengerling takjub pada dua peri remaja di depannya. Bahkan dia mendadak merasa gemas pada Eunika yang terlihat manis dan malu-malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.