Devil's Fruit (21+)

Miloz Sedang Berupaya



Miloz Sedang Berupaya

Fruit 1321: Miloz Sedang Berupaya     

Ratu Peri Yredis terdiam mendengar usul dari Shona yang didukung kuat oleh Jovano.     

Usul itu adalah … dia dan semua rakyat perinya bisa pindah ke alam Cosmo milik Jovano.     

Sang ratu menimbang ini dan itu mengenai usul itu. Beliau menatap kedua putrinya, Rvna dan Eunika secara bergantian. Di mata mereka terdapat binar, seakan mereka pun menyetujui usul dari Shona.     

Ketika Ratu Peri Yredis menoleh ke Dante, pria itu juga memberikan pandangan memohon agar dia menyetujui usul tersebut. Orang-orang di sekeliling Beliau juga seakan memberikan pandangan dukungan atas usul tadi.     

"Sepertinya tidak, maafkan aku." Demikianlah keputusan Ratu Peri Yredis.      

Mendengar jawaban dari Ratu Peri Yredis, Jovano dan yang lainnya terlihat mendesah kecewa.     

"Ibu Ratu, kenapa tidak?" Jovano tidak bisa menahan keinginannya bertanya mengenai penolakan dari Ratu Peri Yredis.     

"Aku tetap tak sanggup meninggalkan tanah airku ini, maafkan aku." Ratu Peri Yredis memandang lembut ke semua orang yang mengelilinginya. "Aku sungguh minta maaf apabila mengecewakan kalian semua. Aku benar-benar tak sanggup pergi dari alam ini." Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali dengan wajah menyesal.     

"Kalau itu sudah menjadi keputusan Ibu, maka aku akan mendukung!" Rvna berkomentar lebih dahulu. "Memang sebaiknya kita tetap di sini saja, karena ini adalah alam sejati milik kita, ya kan Bu?"     

Jovano dan kelompoknya hanya bisa merasa kecewa karena tak berhasil membujuk Ratu Peri Yredis, apapun kalimat yang sudah dikeluarkan.     

Namun, akhirnya, mereka pun menghargai pilihan Ratu Peri Yredis untuk tidak pergi dari tanah airnya ini.      

-0-0—00—0-0-     

Jovano dan kelompoknya masih tinggal di desa peri milik Ratu Peri Yredis untuk beberapa hari lagi. Mereka tidak tergesa-gesa. Sepertinya tinggal 2 hingga 3 hari tak masalah.     

Selain agar Jovano bisa lebih mengakrabkan diri dengan ibu tiri dan half sisters dia, ia juga sedang menunggu Hong Wang datang. Biasanya, burung api satu itu akan menemui mereka ketika Kristal sudah didapatkan, namun sampai hari ini, Hong Wang belum juga muncul.     

Hm, mungkin burung api itu sendiri sedang menikmati alam peri ini. Tak apa, yang penting, Jovano sudah memberikan kabar melalui telepati kepada Hong Wang bahwa Kristal sudah didapat dan mereka ada di sebuah desa peri.     

Hong Wang tentunya tidak akan kesulitan mencari mereka.     

Menghabiskan hari-hari terakhir di desa peri, Blyn yang sedianya akan mengikuti Shona dan kelompoknya pun ingin menikmati momen terakhir dia di alam tersebut. Setelah ini, elf remaja itu akan masuk ke alam Cosmo, dan mungkin saja ikut berpetualang bersama Shona ke banyak dunia yang belum pernah dia ketahui.     

Dan tak bisa terhindarkan, dimana ada Blyn, di dekatnya juga ada Miloz. Lelaki mutan itu memang menyukai Blyn, dia terpikat dengan Blyn. Meski mereka berbeda ras, itu tidak menyurutkan tekad Miloz untuk mendapatkan perhatian Blyn.     

Meski begitu, Miloz tetap saja pemuda kikuk yang masih canggung dalam mendekati wanita yang dia sukai. Jika di desa peri sebelumnya, dia bisa menjadi raja harem karena itu sangat mudah baginya. Cukup berbaring saja dan para peri genit itu mengerubungi dirinya tanpa dia perlu bersusah payah berdialog atau memikat salah satunya.     

Namun, kini dengan Blyn, dia harus memikat dan berupaya agar Blyn mau menoleh ke arahnya.     

"A-anu … Blyn, apakah kau sudah memiliki tenaga sihir?" tanya Miloz secara mendadak ketika dia berhasil menemukan Blyn hanya sendirian saja di tepi telaga di desa itu.     

"Ohh? Yah, begitulah!" Blyn yang mengetahui bahwa Miloz termasuk kelompok Shona, merasa baik-baik saja ketika Miloz mendekati dia di tepi telaga.     

"Um, sihir seperti apa?" Miloz memberanikan diri duduk di sebelah Blyn, hatinya berdebar tak karuan.     

"Sihir … seperti ini?" Blyn menggerakkan tangannya secara ringan dan dari tangan itu muncul daun-daun kecil menyembur dengan cepat bagai sedang menggunakan mesin blower saja.     

"Wah, itu hebat!" Mata Miloz menatap takjub akan apa yang dilakukan Blyn.     

"Atau ini?" Kali ini, dari telapak tangan Blyn menyembur kelopak bunga berwarna-warni secara dramastis. Lalu, kelopak tadi mulai berputar di udara dan mengelompok sendiri-sendiri menjadi sebuah bunga utuh dan dedaunan yang sebelumnya muncul pun mulai menempel di bagian bawah bunga itu.     

"Hebat! Sungguh menakjubkan!" Miloz tercengang dengan sihir Blyn.     

"Hanya sihir seperti itu saja, tidak istimewa, kok!" Blyn mengangkat dua bahu dengan senyum kecut, seolah-olah dia kecewa hanya bisa melakukan sihir semacam itu saja. "Oh ya, kalau kau, kau bisa sihir apa? Kau makhluk supernatural juga, kan? Kau non-human, kan?"     

Ditatap lekat oleh Blyn, debaran jantung Miloz semakin kencang. "Aku … iya, aku termasuk non-human, tapi entah apakah aku bisa dikategorikan makhluk supernatural."     

"Memangnya kau ras apa? Jenis apa?" Blyn belum sempat mengetahui jati diri Miloz selama bersama.     

"Aku disebut kaum mutan."     

"Mutan? Apa itu?"     

"Mutan itu … konon adalah manusia yang diinjeksi dengan kekuatan iblis. Tapi entahlah, mungkin itu hanya rumor yang dibesar-besarkan."     

"Tapi kau tentunya punya kekuatan, kan?"     

"Ya, punya. Hanya satu saja, dan entah apakah ini layak dibanggakan."     

"Tunjukkan padaku!" Blyn menatap Miloz dengan pandangan berbinar.      

Perlahan, Miloz mulai mengulurkan tangan ke depan, terus dan terus hingga sepanjang lebar telaga.     

Mata Blyn membelalak lebar melihat tangan luar biasa panjang Miloz. "Kau seperti karet!"     

"Ya, he he … aku memang disebut manusia karet oleh beberapa kaumku, karena kekuatanku memang seperti ini." Miloz mengembalikan panjang tangannya ke bentuk normal.     

"Apakah hanya tanganmu saja yang bisa memanjang seperti karet begitu?" Blyn ingin tahu.     

"Semua anggota tubuhku bisa kupanjangkan."     

"Sampai sepanjang apa? Apakah bisa memutari alam ini?"     

Miloz menggeleng sembari terkekeh. "Tentu saja tidak sampai sepanjang itu. Hanya sekitar puluhan meter saja. Tidak sampai seratus meter."     

"Hanya sepanjang itu saja? Tidak bisa lebih?"     

"Yah, mungkin nanti bisa bertambah jika usiaku juga bertambah. Itu yang aku rasakan."     

"Berarti kalau kau menjadi kakek-kakek, kau bisa memeluk bumi dengan dua tanganmu saja, kan?"     

"Ha ha ha, sepertinya tidak sampai sefantastis itu." Miloz menggaruk rambut belakangnya.     

"Tapi, itu tetaplah kekuatan yang hebat!" Blyn rupanya terkesan dan kagum dengan kekuatan miliki Miloz. "Apa kau bisa mengambilkan buah di seberang telaga sana?" Ia sambil menunjuk ke sebuah pohon yang memiliki buah seperti apel namun berwarna ungu.     

"Tentu bisa." Miloz segera memanjangkan tangannya dan menjangkau buah itu dengan mudahnya, lalu memetik untuk diserahkan kepada Blyn. "Ini."     

"Terima ka—"     

"Hei! Kenapa kau mencuri buahku!" Terdengar suara geram dari seberang telaga. Terlihat beberapa peri menatap Miloz dan Blyn dengan tatapan sengit.     

"Lari!" Blyn pun segera menghambur menjauh dari telaga. "Hei, ayo lari! Sebelum mereka menangkapmu!" teriak Blyn sambil berlari.     

Mau tak mau, Miloz pun berlari mengikuti Blyn. Karena dia memiliki kaki karet, dia segera menggunakan kekuatan itu, melangkah lebar-lebar sekali sambil menggendong Blyn.     

Si elf remaja itu pun tertawa senang dalam gendongan Miloz dengan beberapa peri terbang mengejar mereka di belakang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.