Devil's Fruit (21+)

Miloz dan Blyn Diadili



Miloz dan Blyn Diadili

0Fruit 1322: Miloz dan Blyn Diadili     

Miloz memetik buah berwarna keunguan yang bentuknya mirip apel di dunia manusia karena permintaan dari Blyn.      

Ketika apel ungu itu berhasil didapatkan dan diberikan kepada Blyn, ternyata ada peri-peri di seberang telaga yang berseru marah pada keduanya.     

Blyn lekas lari dan menyuruh Miloz untuk cepat lari seperti dirinya juga karena para peri sudah mulai terbang untuk mendapatkan mereka.     

Melihat itu, Miloz mau tak mau segera melangkahkan kaki karetnya lebar-lebar sambil meraih Blyn untuk dia gendong agar lebih mudah ketika melarikan diri dari amarah pada peri tadi.     

Sementara itu, Blyn malah tertawa senang dalam gendongan Miloz.     

.     

.     

"Kenapa kalian mencuri buah milik peri-peri itu?" tanya Jovano dengan pandangan heran ke Miloz.      

"I-itu … itu …." Miloz tak mungkin tega mengatakan bahwa itu adalah keinginan Blyn untuk mengambil buah itu.     

"Sungguh kalian makhluk hebat, yah!" sindir Rvna ketika mereka merubungi Miloz dan Blyn yang sedang diadili ketika para peri melaporkan bahwa buah milik mereka dicuri Miloz.     

Sindiran dari Rvna membuat Jovano dan kelompoknya merasa tak nyaman, apalagi Miloz. Dia ingin sekali berlutut di depan Rvna kalau memang dia harus.     

"Untuk apa buah itu, Miloz?" tanya Shona dengan suara lebih tenang. "Apakah kau sungguh menginginkannya hingga kau harus mencuri itu dari mereka?" Ia melirik ke beberapa peri yang memasang wajah sengit, sebagai pemilik dari pohon buah itu.     

"Aku … aku minta maaf. Aku … aku hanya iseng." Miloz tak tahu harus menjawab apa dan terpaksa mengeluarkan alasan seperti itu saja agar semuanya jelas.     

"Terima kasih pada Miloz karena menyampaikan apa yang ada di perasaanku." Tiba-tiba saja, Blyn yang sejak tadi diam, kini bersuara.     

"Maksudmu, Blyn?" tanya Shona ke elf yang dia selamatkan itu.     

"Yah, bukankah tadi kau bertanya pada Miloz kenapa dia mencuri buah itu, ya kan?" Blyn menatap kelompok yang sedang merubunginya. "Nah, jawaban dari Miloz tadi merupakan jawaban dariku. Dia seperti sedang menjadi juru bicaraku."     

Shona menggelengkan kepala dengan wajah bingung. "Blyn, aku tak paham apa yang kau ucapkan."     

"Sho, aku yang menyuruh Miloz mengambil buah itu!" Blyn tak tahan lagi dan mengungkapkan secara gamblang agar semua orang di situ paham tentang apa yang sebenarnya terjadi.      

"Hah?" Shona dan yang lainnya terperangah terkejut mendengar kejujuran Blyn.     

"Blyn!" Miloz menyeru dengan cemas karena khawatir para peri akan memberikan hukuman berat terhadap Blyn. Kenapa gadis elf itu harus mengaku? Padahal dia sendiri menerima hukuman tentunya tak masalah.     

"Ya, aku yang menyuruh dia mengambil buah ungu itu karena aku … yah, aku hanya sekedar iseng saja karena buah itu terlihat sangat cantik di mataku tadi." Blyn mengangkat dua bahunya dengan santai. "Aku akan kembalikan buah itu jika memang kalian tidak ingin buah ini aku miliki." Ia membuka tapak tangannya dan apel ungu itu pun muncul, lalu dia serahkan ke peri pemilik buah.     

"Itu sudah terpetik, sudah tidak berguna lagi untuk kami!" Peri pemilik buah mengernyit kesal ke Blyn. "Apakah kau tak tahu bahwa kami merawat buah itu dengan keringat dan air mata kami selama bertahun-tahun!"     

"Memangnya kenapa kalau ini sudah terpetik? Bukankah buah memang seharusnya dipetik dulu sebelum digunakan, ya kan?" Blyn heran dengan jawaban peri tadi.     

"Buah yang itu berbeda! Itu justru harus dinikmati ketika masih berada di batangnya!" Peri lain yang memiliki kebun buah itu pun ikut bicara dengan kesal ke Blyn. "Kalian para elf mana paham dengan hal semacam ini!" sungutnya.     

"Lalu aku harus bagaimana? Kau ingin aku bagaimana? Menyambung kembali buah ini ke dahannya?" Blyn kini mulai kesal, di sinilah dia kadang berpikir peri adalah makhluk yang merepotkan dan kurang santai.     

"Kau pikir kau bisa melakukan itu, heh?" Peri pemilik buah menjawab kian kesal.     

"E-ehem!" Jovano segera saja berdehem untuk menghentikan perdebatan. "Bagaimana jika aku ganti rugi dengan menggunakan buah ini?" Ia kemudian mengeluarkan Buah Energi Roh, dua buah dan disodorkan ke peri-peri tadi.     

Mata para peri tadi segera terbelalak ketika melihat Buah Energi Roh. "Buah Semangat Pelangi! Kau punya Buah Semangat Pelangi?" ujar salah satunya dan langsung merenggut dua buah itu dari tangan Jovano, seakan khawatir jika Jovano akan berubah pikiran.     

"Buah Semangat Pelangi?" ulang Jovano dengan nada tanya. "Untuk kami, itu disebut Buah Energi Roh."     

"Yah, terserah apa katamu, bocah." Peri itu segera menyerahkan buah itu ke temannya. "Apakah kau masih punya yang lainnya seperti itu tadi?" Rupanya Buah Energi Roh memikat peri-peri itu.     

"Kalian, bukankah kalian terlalu di luar batas?" Ratu Peri Yredis yang sejak tadi menjadi pengamat pun bersuara menegur kedua peri itu.     

Langsung saja, dua peri tadi menjatuhkan lutut mereka dan tersungkur berlutut di tanah ke ratu mereka. "Ampuni kami, Ratu! Ampuni ketamakan kami!"     

"Berdirilah, kau harusnya meminta maaf pada Jovano, bukan padaku." Ratu Yredis mengingatkan dengan suara lembut menenangkan hati.     

Segera, dua peri itu beralih ke Jovano dan meminta maaf.     

"O-ohh, ha ha, tak perlu sesungkan itu. Kebetulan aku memang memiliki buah itu." Jovano sendiri heran kenapa Buah Energi Roh ini menjadi primadona di banyak alam yang dia jelajahi.     

Kasus pencurian Blyn dan Miloz pun terselesaikan begitu saja dengan Jovano memberikan 2 Buah Energi Roh tadi sebagai ganti rugi kepada peri pemilik kebun apel ungu tadi.     

Sepertinya, apel ungu itu nilainya jauh di bawah Buah Energi Roh jika menilik dari reaksi tamak kedua peri tadi.     

Kemudian, dua peri itu pun pamit pergi.      

Lalu, Jovano pun beralih ke Miloz dan Blyn. "Kalian, lain kali, jangan bertindak sembarangan di tempat asing yang bukan tanah kalian. Hormatilah tempat orang."     

"Iya, Kak Jo, maafkan aku." Blyn menunduk dengan wajah menyesal.     

"Maafkan aku, Jo. Ini sebenarnya salahku karena aku sedang pamer kekuatanku ke Blyn."     

"Yah, jadikan ini pelajaran untuk kalian untuk lebih berhati-hati di manapun, jangan sampai merugikan orang lain yang tidak bersalah pada kalian." Jovano menasehati keduanya. Lalu, dia berkata pada Blyn. "Sepertinya rumor bahwa para elf biasanya kaum iseng dan jahil itu ada benarnya juga, yah! He he …."     

Blyn mengangkat wajahnya dan tersenyum simpul sebelum menjawab Jovano, "Kaum kami memang dikenal sebagai kaum iseng dan jahil seperti katamu, tapi kami biasanya melakukan itu kepada orang yang kami tidak sukai saja. Seperti … balas dendam, demikian konsepnya. Kami tidak pernah menyakiti orang yang baik pada kami."     

"Jadi, kau mengatakan bahwa kau tidak menyukai pemilik buah ungu tadi, hm?" Shona memeluk bahu Blyn dan mencubit ringan hidung gadis elf itu.     

"He he, aku tidak benci apapun pada mereka, itu murni karena aku tiba-tiba saja tertarik dengan buah itu. Maafkan keisenganku yang ini, yah!" Blyn memandang Shona dan yang lainnya.     

Kasus pun ditutup.     

-0-0—00—0-0-     

Pada esok harinya, Jovano malah mendapati Gavin sedang berduaan saja dengan Eunika di taman istana. Terlihat, lelaki muda itu sedang berbincang, namun Eunika terlihat kurang nyaman.     

"Ehem!" Jovano berdehem keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.