Devil's Fruit (21+)

Hati-Hati Dengan Si Masa Depanmu, Gavin!



Hati-Hati Dengan Si Masa Depanmu, Gavin!

0Fruit 1323: Hati-Hati Dengan Si Masa Depanmu, Gavin!     

Ternyata, yang namanya kaum elf itu biasanya bersikap jahil dan iseng. Namun, mereka juga bisa berbuat jahat kepada orang yang mereka benci sebagai bentuk pembalasan dendam.     

Jovano sudah pernah mengerti rumor ini, namun mendapatkan konfirmasi tambahan dari Blyn yang adalah elf sejati, maka dia mulai belajar mengenai makhluk supernatural satu itu.     

-0-0—00—0-0-     

Pada esok harinya, Jovano malah mendapati Gavin sedang berduaan saja dengan Eunika di taman istana. Terlihat, lelaki muda itu sedang berbincang, namun Eunika terlihat kurang nyaman.     

"Ehem!" Jovano berdehem keras.     

Mendengar adanya suara dehem keras di belakangnya, segera saja Gavin menoleh dengan tatapan takut karena dia kenal suara deheman itu milik siapa. "Ah, Kak Jo. Aha ha … ha ha …." Dia tertawa dengan gugup, bahkan matanya memancarkan ketakutan.     

"Sedang apa yah kamu di sini bareng adikku, Gav?" tanya Jovano sambil memainkan buah apel ungu milik peri di tangannya yang kemarin menjadi sumber keributan pihak dia dan peri.     

"O-ohh, itu …." Gavin harus menjawab apa?     

Eunika lekas saja berlari ke Jovano dan berlindung di belakang sang kakak.      

Melihat sikap takut Eunika, mata Jovano semakin membara ke Gavin.      

"K-Kak Jo, jangan salah paham dulu!" Gavin sadar apa yang dirasakan Jovano saat ini padanya. Dia ulurkan dua tangan ke depan agar Jovano berhenti merencanakan apapun terhadapnya. "Ini … ini tidak seperti yang Kak Jo bayangkan!"     

"Ohh ya?" Jovano menaikkan alisnya tinggi-tinggi secara dramastis. Lalu dia menoleh sedikit ke belakang. "Eunika, masuk dulu sana, cari ibumu atau Rvna."     

Eunika tidak memerlukan disuruh dua kali dan segera berlari masuk ke dalam. Lalu, Jovano kembali menatap ke Gavin yang kian ketakutan.     

"K-Kak Jo, sumpah Kak! Aku nggak ngelakuin apapun ke dia! Aku berani sumpah demi masa depanku di sini!" Ia menunjuk ke selangkangannya.      

"Lalu, kenapa wajah adik imutku itu ketakutan dan seperti tertekan, yah? Kau nggak kepingin masa depanmu seperti buah ini, kan Gav?" Kini Jovano meremas buah apel ungu itu sehingga daging buah pun mulai berhamburan di tangannya.     

Melihat tindakan Jovano, mana mungkin Gavin tidak makin ciut. Dia membayangkan si masa depan yang menjadi kebanggan dia diremas sampai berhamburan seperti itu oleh Jovano. "Nggak, Kak! Nggak kepingin!" Ia menggeleng cepat berulang kali.     

"Kalo gitu, apa yah tadi yang sekiranya kamu omongin ke adik imutku?" tanya Jovano sambil mengeluarkan buah apel ungu lainnya. Kata peri yang merawat perkebunan apel ungu itu, katanya buah itu untuk melembutkan dan menjaga kekenyalan kulit. Pantas saja para peri murka ketika  buah itu dijahili Blyn.     

Karena buah apel ungu itu harus dinikmati saat masih ditangkainya, maka Jovano hanya memiliki sekitar 30 persen manfaat si buah saja ketika dia memetik buah itu.     

Tentu saja peri pemilik perkebunan buah ungu itu tidak keberatan jika Jovano mengambil buah itu dari mereka karena Jovano akan mengganti dengan Buah Energi Roh.     

Gavin menatap Jovano yang menggigit buah ungu dengan cara kasar, ia pun menelan salivanya, apakah Jovano membayangkan dia sedang mencabik-cabik tubuh Gavin seperti yang dia lakukan pada si buah? "Glek! Kak Jo, aku tadi hanya memuji dia. Sumpah!"     

Ya, dia tadi memang sedang memuji kecantikan dan kemurnian aura Eunika. Namun, itu adalah sebagian kecil dari semua kalimat yang dia berikan ke Eunika.     

"Hanya memuji dia saja?" Mata Jovano menyipit mengungkapkan aura skeptis dan juga sangsi dia terhadap pernyataan Gavin. "Apa aku perlu mengundang Eunika sendiri ke sini dan bertanya ke dia?"     

"Ahh! Nggak perlu, Kak! Nggak usah!" Gavin panik. Celaka saja kalau sampai Eunika sendiri yang disuruh buka mulut menceritakan apa saja yang tadi dia katakan. "Aku … aku menawarkan diri untuk menjadi kekasihnya."     

"Huh?" Jovano memiringkan kepalanya sambil matanya menunjukkan keheranan luar biasa.     

"Aku … aku berkata begini …." Gavin pun bercerita.     

Kilas balik ke saat tadi Gavin menemui Eunika di taman ketika gadis itu sedang di sana sendirian sedang menikmati bunga-bunga cantik di tempat itu.     

"Eunika!" sapa Gavin dengan mata bersinar senang menemukan Eunika, sedang sendirian pula.     

"Ha-halo." Eunika tidak mengira akan bertemu dengan teman kakaknya di taman ini. Sebagai peri yang tidak mudah bergaul dan introvert, tentu saja Eunika gugup berhadapan dengan Gavin.     

Terutama lelaki itu malah menghampiri dia. Ingin sekali Eunika berlari kabur dari Gavin, tapi dia tak enak hati karena Gavin adalah teman dari sang kakak. Bagaimana jika nanti Gavin mengadu pada kakaknya bahwa dia bersikap tak pantas terhadap temannya?     

"Sedang apa di sini, Eunika?"     

"Aku … aku melihat bunga."     

"Kau suka bunga rupanya!"     

"Y-ya, aku … aku peri bunga."     

"Pantas saja kau secantik bunga-bunga ini, Eunika. Apakah sudah pernah ada lelaki yang mengatakan bahwa kau cantik, Eunika?"     

"Aku? Itu … itu … tidak."     

"Tidak? Wah, sayang sekali. Padahal kau secantik ini dan tidak ada yang menyadarinya?"     

Eunika hanya mengangkat bahunya sambil terus menundukkan kepala karena gugup. Dua tangannya saling meremas untuk melampiaskan rasa gugup yang menyerang.     

"Eunika, apakah sudah ada pria yang pernah melamarmu sebelum ini?"     

Mendengar pertanyaan Gavin, tentu saja Eunika bingung. Pria melamar dia? Sedangkan dia saja mengurung diri di istana dan hanya keluar untuk waktu yang singkat. Terlebih lagi, desa mereka ini pun tertutup dari pihak luar, terutama pria.     

Hanya karena Jovano merupakan anak dari ayahnya makanya dia dan kelompoknya diijinkan masuk ke desa peri ini.     

"Ti-tidak." Eunika menggeleng pelan dan masih tak berani menatap wajah Gavin. Dia sangat asing dengan yang namanya laki-laki.     

"Eunika, bagaimana jika aku melamarmu, apakah kau setuju?"     

"Ja-jangan."     

"Jangan? Kenapa? Aku serius padamu, Eunika. Nanti aku akan minta ijin ke ibu dan ayahmu juga kakakmu. Aku benar-benar menyukaimu."     

"Jangan …." Eunika terus menolak Gavin karena ini merupakan sesuatu yang sangat membuat dia syok. Dilamar begitu saja? Secara tiba-tiba pula! Apalagi, kakak kembarnya, Rvna, pernah berkata padanya bahwa kaum lelaki itu berbahaya dan jahat.     

Rvna selalu menasehati dia untuk tidak percaya jika ada lelaki yang memuji dengan cara aneh. Agar dia tidak lekas luluh pada lelaki yang berkata lembut sambil matanya serasa ingin menelanjangi.     

Dan semuanya muncul di diri Gavin! Itulah kenapa Eunika langsung ketakutan. Tapi dia tidak memiliki kekuatan untuk melarikan diri dari sana.     

Setelah Gavin selesai menceritakan kilas balik percakapan dia dengan Eunika, Jovano menarik napas panjang. Gavin sudah merasa ngeri melihat gelagat Jovano.     

"Gav, kita masih bro, kan?"     

"Ya, Kak."     

"Kita masih satu circle, kan?"     

"I-iya, Kak!"     

"Kalau begitu … jangan dekati adikku lagi atau kau bukan bro aku lagi, tapi musuhku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.