Devil's Fruit (21+)

Tiba di Alam Penyihir



Tiba di Alam Penyihir

0Fruit 1325: Tiba di Alam Penyihir     

Sudah ditetapkan oleh Hong Wang, bahwa alam berikutnya tempat mereka mencari pecahan Kristal jiwa milik Andrea, adalah Alam Penyihir.      

Mendengar itu, Jovano dan kelompoknya membawa keyakinan sendiri di batin mereka bahwa alam yang akan mereka tuju setelah ini pastinya bukan alam yang mudah, namun karena itu adalah alam penyihir, maka diharapkan sihir bisa digunakan dengan bebas di sana.     

Dalam arti, kelompok Jovano berharap mereka tidak lagi mendapatkan pengekangan energi dan kemampuan sihir di alam tersebut.     

"Ayo!" seru Jovano kepada kelompoknya. Ia pamit kepada Ratu Peri Yredis dan Rvna, membawa kelompoknya keluar dari kamar sang ratu peri dan bergegas ke halaman luas istana untuk memulai perjalanan mereka.     

Dante, Eunika, Blyn dan Miloz sudah dikembalikan ke alam Cosmo. Saat ini, hanya anggota kelompok Jovano saja yang membentuk lingkaran untuk pergi ke alam penyihir.     

Semua saling berpegangan tangan dengan salah satu tangan Jovano menggenggam Kristal teleportasi dan Hong Wang berada di tengah-tengah lingkaran kecil itu.     

Seketika, usai Jovano mengucapkan mantra perpindahan alam, cahaya muncul dari tanah di bawah kaki mereka dan mulai merambat naik dan naik dan melahap seluruh tubuh mereka dalam cahaya, sebelum akhirnya menghilang bersama kelompok Jovano.     

Rvna yang menyaksikan dari jendela kamar ibunya, hanya termangu melihat itu. Entah kapan dia akan bisa bertemu dengan kakaknya lagi. Meski dia membenci ayahnya, namun dia senang memiliki seorang kakak seperti Jovano.     

"Ibu, mereka sudah pergi." Rvna bertutur pelan sambil balik badan dari jendela, menghadap ke ibunya yang terbaring di ranjang leluhur peri.     

"Ya, memang sudah seharusnya begitu, agar mereka lekas menuntaskan misinya." Ratu Yredis menyahut putri sulungnya. Ada genangan air mata di pelupuk matanya. Dia sebenarnya sedih berpisah dari putri bungsunya, tapi dia harus tegas untuk kebaikan Eunika. "Mulai besok, bersiaplah dengan pelatihanmu menjadi calon ratu, Rvna."     

"Baik, Bu." Suara Rvna tedengar lesu. Ia masih belum merelakan adiknya jauh darinya.     

-0-0—00—0-0-     

Lingkaran cahaya muncul di sebuah padang rumput di tepi hutan. Kemudian, muncul pula kelompok Jovano setelahnya.      

Begitu cahaya menghilang, Jovano dan kelompoknya pun bisa melihat lagi sekeliling mereka.     

"Inikah Alam Penyihir?" tanya Gavin setelah dia membuka matanya dan menatap sekeliling.     

"Skriii! Tentu saja, bodoh!" Hong Wang menyahut sambil terbang berputar rendah di dekat kelompok Jovano.     

"Om Ver, arah kristalnya sebelah mana?" tanya Jovano seperti biasanya jika mereka sudah tiba di alam yang dituju.     

Hong Wang menutup mata untuk merasakan energi jiwa Andrea. Lalu saat mata merah terangnya terbuka lagi, dia menjawab, "Di sana!" Ia juga menunjuk ke sebuah arah. Jovano lekas menghafalkannya.     

"Ayo, kita langsung saja ke sana." Jovano mulai memimpin rombongan kecilnya dan Hong Wang—seperti biasanya—mulai terbang sendiri untuk berkelana bebas sesuka hati.     

Arah yang ditunjuk oleh Hong Wang sama sekali berlawanan arah dengan hutan, sehingga mereka pun mulai menjauh dari area hutan tersebut dan tiba di sebuah pemukiman yang terlihat suram.     

"Apakah alam penyihir memang sesuram ini?" tanya Serafima sambil menatap sekelilingnya. Di kanan kiri hanya ada suasana suram bagai mendung yang sangat tebal tapi tidak seperti malam.     

Langit alam penyihir ini juga berwarna kelabu keunguan tua, sehingga nyaris seperti malam hari, namun bukan.      

Saat kelompok Jovano berjalan sambil menatap sekeliling, mulai nampak beberapa rumah di depan mereka. Rumah-rumah itu benar-benar mengingatkan mereka akan rumah penyihir di buku dongeng, seakan ini adalah live action ataupun realisasi dari cerita dongeng.     

Warna-warna rumahnya didominasi warna hijau lumut tua dan juga warna kayu yang lusuh. Ada yang bertingkat, ada yang tidak.     

Sesekali, terdengar tawa cekikikan dari rumah-rumah itu seakan penghuninya sedang melakukan sesuatu yang menyenangkan.      

"Lihat saja kalian, aku akan laporkan kalian!" Mendadak, ada seorang perempuan keluar dari salah satu rumah itu. Dandanannya tidak cukup mencolok, hanya gaun gadis pedesaan Eropa jaman dulu, panjang dan memiliki rompi di dadanya.      

Ketika perempuan itu menatap ke samping, dia terkejut karena mendapati kelompok Jovano. "Heh? Siapa kalian? Sepertinya aku tidak pernah melihat kalian di daerah sini!" Ia menatap kelompok Jovano dengan kening berkerut.     

Sudah bisa dipastikan perempuan itu adalah penyihir. Dia cantik dengan rambut pirangnya yang bergelombang dan tubuh sintal menggiurkan bagi mata lelaki.     

Tentu saja, Gavin yang pertama kali terpana dan tergiur dengan segera. "Wah! Cantiknya!" Dia tidak bisa menahan mulutnya untuk melontarkan pujian. Jovano dan yang lainnya hanya bisa memutar mata mereka mendengar ucapan Gavin.     

Mendengar pujian dari Gavin, penyihir itu tersenyum senang seketika dan mendekat ke Gavin. "Hai, halo, apa kabar. Siapa sebenarnya kalian?"      

Namun, ketika penyihir itu mendekat ke Gavin, dia lekas mengendus bau Gavin dan matanya bersinar seketika. "Kalian iblis! Kalian benar iblis, ya kan?" Wajahnya terlihat sumringah ketika berhasil mengidentifikasi ras Gavin.     

"Errr … iya, Nona cantik. Kami memang tergolong iblis." Gavin tidak menyangkal dan memberikan senyum terbaiknya. Jika memang perempuan penyihir di alam ini semolek ini, dia tidak merasa rugi ditolak oleh Eunika.     

"Ohh, baguslah!" Perempuan penyihir itu makin senang karena dugaannya benar. "Ayo, mampirlah ke tempatku! Kalian adalah iblis terhormat, harus aku jamu dengan baik dan benar!" Ia segera melingkarkan lengannya ke lengan Gavin dengan sikap provokatif.     

Gavin melirik ke Jovano, meminta ijin dahulu daripada salah. Ternyata Jovano mengangguk paham. Maka, dia pun mulai berjalan di depan bersama penyihir itu menuju ke rumah si penyihir.     

Serafima menggumam lirih di belakang Gavin, agak jauh darinya. "Jo, kenapa kau mengiyakan saja perempuan itu mengajak kita ke huniannya? Kau tidak bermaksud macam-macam, kan Jo?"     

Jovano tertawa canggung melihat tatapan tajam dari kekasihnya. "He he … he he … tentu tidak, sayank. Aku tidak ingin macam-macam padanya. Palingan Gavin yang akan macam-macam dengan perempuan itu, percayalah!"     

Usai Jovano meyakinkan dirinya, Serafima menoleh ke Shona dan berkata, "Sho, sepertinya alam ini sama bejatnya dengan peri di dusun yang itu. Lebih baik kita jaga baik-baik lelaki kita ini!"     

"Jangan khawatir, Sis! Aku tak akan lengah begitu saja, hi hi!" Shona terkikik sambil mengacungkan ibu jarinya ke Serafima.      

Sementara itu, Jovano menghela napas. Memang susah kalau dua wanitanya bersatu untuk memberikan dominasi pada dia.      

Di rumah penyihir perempuan itu, ternyata dia tinggal sendirian di rumah cukup kecil berwarna hijau lumut. Dengan ayunan tangannya, semua perabot langsung beres dan tidak berantakan seperti sebelumnya. "Nah, silahkan duduk." Dia melambaikan tangan dan muncul meja serta kursi di ruangan yang sudah beres secara instan tadi.     

"Terima kasih." Jovano dan kelompoknya pun duduk di kursi-kursi nyaman yang diberikan ke mereka.     

Lalu, muncul hidangan memenuhi meja bundar di depan Jovano. Tak ketinggalan juga anggur berbau wangi.     

"Wah, tidak perlu repot-repot begini, Nona." Jovano berkata ke penyihir itu.     

"Jangan sungkan-sungkan, Tuan Muda! Ini sudah sepantasnya bagi kami menyambut tamu para iblis di sini." Penyihir itu berkata.     

"Apakah, di sini sering kedatangan iblis?" tanya Shona.     

"Bisa dibilang begitu. Dunia ini sering disinggahi para iblis. Entah untuk sekedar bersenang-senang, ataupun hanya ingin mengunjungi anak keturunannya saja." Penyihir itu menjelaskan sedikit.     

Jovano dan kelompoknya cukup terkejut juga. Sering disinggahi para iblis?!     

Apakah misi ini akan menjadi lebih sulit serta menantang dibandingkan alam lainnya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.