Devil's Fruit (21+)

Mereka Ingin Dilayani



Mereka Ingin Dilayani

0Fruit 1330: Mereka Ingin Dilayani     

Tak terasa sudah hampir seminggu mereka berdiam diri di rumah Egrima.     

"Bagaimana dengan informasi yang aku inginkan?" tanya Jovano pada Egrima.     

"Arah tempat Tuan Muda katakan itu merupakan daerah bangsawan iblis berkumpul. Aku tidak bisa leluasa pergi ke sana, karena hanya penyihir spesial saja yang bisa memasuki kawasan itu." Egrima menjelaskan.     

Jovano diam merenung. Kristal ibunya berada di kawasan tempat para bangsawan iblis berkumpul. Hm, dia harus menyusun strategi agar bisa menyusup ke sana tanpa menimbulkan kehebohan.      

Wajar saja jika Jovano berpikir demikian. Dia datang ke alam ini semata-mata hanya ingin mengambil kristal jiwa milik ibunya. Jika dia harus bertarung atau ribut dengan iblis lainnya, jikalau itu adalah iblis remeh, tentu dia tak masalah, tapi jika itu merupakan iblis bangsawan, dia khawatir jika nantinya keributan mereka bisa berpengaruh pada kestabilan kerajaan-kerajaan iblis di Underworld.     

Sudah umum diketahui bahwa para iblis bangsawan merupakan sosok yang sangat arogan dan penuh akan harga diri. Jika sampai daerah kekuasaan mereka diganggu, Jovano khawatir itu akan berimbas pada kerajaan milik kakeknya.     

Meski iblis senang bertarung dan berperang, namun Jovano tidak seberingas itu walaupun dia memiliki darah iblis. Mungkin karena dia masih memiliki sedikit darah manusia dan juga aura angel yang bisa lumayan meredam keberingasan jiwa iblis dia.      

Dikarenakan Jovano terus saja berpikir mengenai cara untuk menyelinap masuk ke daerah para bangsawan iblis di alam ini, mengakibatkan dia sedikit mengabaikan kedua wanitanya.     

"Jo, sebenarnya kau kenapa?" tanya Serafima ketika melihat Jovano kadang seperti sedang melamun lama ataupun tidak fokus ketika diajak berbincang biasa.     

"Hm? Ohh, aku hanya sedang berpikir, sayank." Jovano menoleh ke wanita pertamanya yang duduk menyebelahi dia.     

"Berpikir tentang apa?" Tiba-tiba, muncul Shona dan duduk di sisi lain Jovano.     

"Tentang tempat yang dikatakan Egrima." Kemudian, Jovano pun menceritakan pemikiran dia, berikut juga dengan kecemasan-kecemasan dia.     

Melihat Jovano sepertinya sudah terlalu dilahap dengan kecemasannya, Shona pun mengambil tangan Jovano dan sembari tersenyum lembut, dia berkata, "Aku yakin kau pasti menemukan sebuah cara. Namun begitu, alangkah tidak baik jika kau melupakan kami sepanjang hari sejak kemarin. Lihat, Sis Sera jadi uring-uringan karena kau abaikan." Ia melirik ke Serafima.     

Sedangkan Serafima, dia mendengus kecil sambil wajahnya merona malu.     

Jovano mengalihkan pandangan ke Serafima dan bertanya, "Kau uring-uringan? Kenapa harus begitu, sayank?"     

"Ti-tidak kenapa-kenapa!" Serafima menyangkal. "Itu … itu Sho hanya mengada-ada!"     

Shona malah terkikik pelan.     

Jovano tersenyum sembari berkata ke Serafima, "Apakah kau sudah saking kangennya padaku, hm?" Tangannya mengelus pipi wanita pertamanya.     

"Si-siapa bilang aku kangen kamu!" sangkal Serafima dengan wajah merah padam.     

"Aku loh yang bilang, baru saja, ya kan?" balas Jovano dengan seringai nakalnya.     

"Jo, mungkin Sis Sera sudah kangen ingin disayang-sayang. Hi hi!" Shona makin memprovokasi.     

"S-Sho!" Serafima sampai bingung harus berkata apa. Jika pipinya bisa diperas, mungkin akan keluar darah karena saking merahnya di sana.     

"Ha ha ha …." Jovano tergelak geli melihat interaksi manis kedua wanitanya. "Baiklah, baiklah, aku minta maaf karena beberapa hari ini malah mengabaikan kalian. Tentu kalian sudah tidak sabar ingin disayang-sayang, yah!" Dengan nakalnya, tangan Jovano memeluk kedua wanita di kanan dan kirinya sambil meremas payudara mereka.     

"Ahh, Jo! Kau genit!" Shona menepuk lembut punggung tangan Jovano yang meremas payudaranya.     

"Jo sialan! Apa-apaan pakai meremas segala begini!" Serafima menepuk keras tangan Jovano di payudaranya.     

Namun, Jovano masih saja tertawa dan dia segera membangun sebuah formasi di sekeliling kamarnya sehingga siapapun tak akan bisa menerobos masuk kecuali orang itu lebih ahli di bidang formasi ketimbang dia.     

"Ayo kita tidur." Jovano mengganti kursi sofa tempat mereka duduk saat ini dengan kasur menggunakan tenaga sihirnya. "Atau … kalian ingin ini dilakukan di dunia nyata begini saja, hm?"     

"A-alam mimpi!" seru Serafima. Dia belum berhasil mengatasi rasa cemburunya jika Jovano harus menyentuh Shona secara nyata.     

"Oke, oke, alam mimpi, yah! Tapi … kalian tak boleh nakal, yah!" Jovano mengerling jenaka.     

"Tak boleh nakal?" Serafima mengerutkan kening.     

"Apa maksudnya itu, Jo?" Shona juga bertanya, namun Jovano hanya tersenyum simpul.     

Ketiganya pun berkonsentrasi untuk bisa segera tertidur. Ketika mereka sudah berhasil lelap, Jovano pun menarik jiwa mereka ke alam mimpinya.     

Namun, kali ini, Jovano memberikan sihir sehingga kedua wanitanya masih memakai pakaian meski transparan, bagai keduanya hanya mengenakan kain tisu yang lebar dan besar.     

"Sempurna." Jovano terkekeh ketika melihat penampilan keduanya. Shona berkain biru transparan dan Serafima berkain oranye transparan.     

Biru adalah simbol elemen terkuat milik Shona, sedangkan oranye merupakan warna rambut asli dari Serafima yang saat ini disembunyikan oleh empunya agar tidak terlalu menarik perhatian.     

Warna rambut Serafima sejak dia bergabung secara resmi dengan kelompok Blanche adalah coklat. Dia lebih baik menyembunyikan warna rambut aslinya seperti saran dari Revka.     

"Aku merasa seperti putri Olympus, hi hi!" Shona menatap penampilannya. Dia memang nampak bagaikan wanita Yunani kuno dengan pakaian ala dewi di mitologi Yunani.     

Serafima menatap penampilannya dan bergumam, "Hm … ya, ini memang mirip seperti dewi-dewi Olympus. Jo, ada apa dengan penampilan kami yang kau buat jadi begini?"     

"Yah, karena aku saat ini ingin menjadi penguasa Olympus, ha ha ha!" Jovano pun segera mengubah penampilannya menjadi bagaikan dewa mitologi Yunani dengan mahkota daun emasnya pada kepala.     

"Csk! Narsis!" ejek Serafima sambil melipat dua lengan di depan dada.     

"Ha ha, sebagai seorang dewa penguasa, tentu aku harus percaya diri, dong!" Jovano mengedipkan satu mata ke Serafima. "Nah, sekarang, aku ingin kalian sebagai dewi-dewi tercintaku … melayani aku dengan baik."     

"Hei, bukankah harusnya kami yang kamu layani, Jo?" Shona mendekat ke Jovano sambil mengelus dada Jovano.     

"Ho ho ho … jadi, kalian ingin aku layani?" tanya Jovano sembari menaik-turunkan kedua alisnya dengan kerlingan nakal.     

"Tentu. Kau yang sudah mengabaikan kami beberapa hari ini, dan juga membuat Sis Sera kesal. Tentu kau harus melayani kami." Shona bertingkah genit tanpa meninggalkan kesan lembutnya.     

"Ya, benar!" Serafima menyetujui ucapan Shona. "Kau yang seharusnya meladeni kami! Huh! Ayo, sekarang … lakukan tugasmu." Ia menaikkan dagunya seakan berubah menjadi dewi Hera yang galak.      

Jovano lagi-lagi tertawa santai dan kemudian dia tersenyum sebelum mulai menjawab kedua wanitanya, "Baiklah, baiklah, jadi kalian maunya aku kali ini yang harus melayani dan juga meladeni kalian, iya kan?" Kedua wanita itu mengangguk. Ia pun melanjutkan, "Kalau begitu, tentu saja ini harus dikabulkan dengan baik dan benar, ya kan?"     

Usai berkata demikian, mendadak saja tubuh Jovano berguncang dan satu sosok keluar dari tubuh sampingnya. Itu adalah Jovano yang lain.     

"Hah?"     

"Kok … ada dua Jo?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.