Devil's Fruit (21+)

Masalah Kloning Terselesaikan



Masalah Kloning Terselesaikan

0Fruit 1331: Masalah Kloning Terselesaikan     

Shona dan Serafima bersikeras ingin agar Jovano yang melayani mereka lebih banyak saat bermesraan di alam mimpi karena sejak kemarin, Jovano mengabaikan mereka dikarenakan fokus berpikir tentang hal lainnya.      

Karena tidak ingin mengecewakan kedua wanita tersayangnya, mendadak saja tubuh Jovano berguncang dan satu sosok keluar dari tubuh sampingnya. Itu adalah Jovano yang lain.     

"Hah?"     

"Kok … ada dua Jo?"     

Shona dan Serafima sama-sama terbelalak terkejut ketika melihat bahwa kini ada 2 Jovano di hadapan mereka.      

"Ini … sungguhan?" Shona tak begitu yakin.     

Namun, jawaban yang diterima oleh Shona justru renggutan di pinggangnya oleh Jovano dan bibirnya segera dilumat penuh gelora hasrat dari sang pemuda.     

"Jo! Sebenenarnya apa yang—ummfhh!" Kini, giliran Serafima yang menerima 'serangan' dari Jovano. Gadis nephilim itu direbahkan pada ranjang sembari dicumbu.     

Ketika lumatan pada Shona diakhiri Jovano, pemuda itu terkekeh nakal menatap Shona sambil berkata, "Apakah menurutmu ini palsu? Atau kau kurang aku puaskan sehingga kamu kurang mengenali ciumanku, Sho?"     

Kalimat itu mengindikasikan bahwa Jovano sedang meyakinkan Shona bahwa dia adalah Jovano, bukan yang lainnya.      

"Tapi kamu …." Shona tidak berhasil menemukan kalimat berikutnya. Dia terlalu bingung akan hal ini.     

"Sshh … sudah, sudah, biarkan aja ini jadi misteri, aku cuma cukup memberikan pembuktian melalui aksiku, sayank …," bisik Jovano sambil membelai rambut wanita keduanya sebelum Shona juga direbahkan di ranjang, tak jauh dari Serafima.     

Sementara itu, Serafima sudah mulai disentuh secara intim hingga si nephilim terus melenguh saat sentuhan-sentuhan Jovano mencapai titik-titik erogenous dia.     

Perempuan nephilim itu bahkan tidak sadar pakaian tipis ala dewi Yunani dia sudah mulai dilucuti Jovano. "Anghh … Jo … mmghh … ANGHH!" Serafima memekik kaget saat dia merasakan benda besar dan tegang menerobos masuk seenaknya di liang intim dia.     

Jovano menjawab dengan kekehan nakal dia sembari mulai menggerakkan pinggulnya, menenggelamkan miliknya dalam-dalam ke liang Serafima. "Aku langsung ke inti dulu, yah sayank, nanti setelah ini, aku akan berikan foreplay lama yang akan membuatmu … lemaaassss …." Dia berbisik di akhir kalimat.     

Pipi Serafima memerah mendengar bisikan nakal sang kekasih. Ia pun berpasrah diri saat Jovano bergerak agresif di atas tubuhnya.     

Sedangkan di dekat Serafima, ada Shona yang sedang sibuk mengerang lirih ketika area sensitif dia terus distimulasi Jovano. Ia memejamkan mata sambil meremas seprei ketika mulut dan lidah Jovano terus bekerja sama untuk memberikan kenikmatan terhadapnya.     

Apakah ini berarti Jovano telah berhasil dengan metode kloningnya? Bukankah kemarin dia masih terus mengeluh karena gagal saat berlatih mengenai penggandaan diri?     

Rupanya, setelah Jovano berpikir dengan pelan-pelan dan seksama, dia yakin bahwa dimensi alam mimpi sangat berbeda dengan dimensi alam nyata.     

Di alam mimpi, semuanya tidak berwujud meski bisa terlihat dan terdengar juga bisa menyentuh. Meski begitu, alam mimpi tidak memiliki komposisi dan molekul fisik seperti di alam nyata.     

Meskipun Jovano belum berhasil menggandakan diri di alam nyata, namun sangat berbeda ceritanya ketika itu adalah alam mimpi. Ini adalah hal yang benar-benar luput dari pemikirannya kemarin.     

Andai dia teringat bahwa di alam mimpi tidak memerlukan fisik dan tidak berkaitan dengan hukum molekul ataupun atom, maka tentunya dia tak perlu pusing serta frustrasi ketika dia berlatih di alam Cosmo.     

Jika mengingat ini kembali, Jovano merasa tolol.     

Saat ini, seluruh aktivitas intim dikuasai oleh Jovano. Bahkan dia tidak mengijinkan kedua wanitanya untuk mengambil alih permainan, menyuruh mereka untuk fokus bergerak seirama dengannya dan menyibukkan diri dengan erangan dan lenguhan saja sambil menerima kenikmatan darinya.     

Dengan ini, satu permasalahan pun sudah terselesaikan. Meski pelatihan penggandaan diri harus tetap dia jalankan ketika memiliki waktu luang, karena jika dia bisa melakukannya, itu pun bisa berguna pada saat di medan perang.     

Bayangkan saja jika dia bisa memunculkan seratus dari dirinya, bukankah itu akan mempersingkat pertempuran?     

-0-0—00—0-0-     

"Sepertinya kalian bangun hari ini dengan muka merah cerah, apakah ada hal baik terjadi tadi malam?" tanya Egrima kepada Shona dan Serafima yang berada di dapur menikmati semangkuk kecil sup hangat.     

Mendengar sindiran halus Egrima, pipi dua wanita itu kian memerah.      

Egrima tak bisa menahan tawa kecilnya dan berkata, "Sepertinya tidak perlu aku tunggu jawabannya, karena itu sudah terpampang terang di wajah kalian."     

"Egrima, jangan menggoda kami terus." Shona menangkup mangkuk kecilnya menggunakan dua tangan sambil dia putar-putar di atas meja. "Bagaimana dengan kamu sendiri? Sepertinya kau semakin susah dipisahkan dari Gavin."     

"Ohh? Ha ha, yah begitulah. Pemuda itu begitu manis dan sangat clingy." Egrima terkekeh sambil menuang sup untuk dirinya sendiri di sebuah mangkuk gerabah kecil.     

"Gavin pemuda yang baik, meski akhir-akhir ini dia sedikit … senang mengumbar napsunya." Shona menuturkan. "Yah, mungkin itu karena dulunya dia gagal beberapa kali mendapatkan cinta dari gadis idamannya dan juga dia terlalu sering menonton kami-kami ini bermesraan dengan pasangan kami, jadi kini dia … seperti sedang mengejar ketinggalannya, hi hi hi!"     

"Ohh! Rupanya dia pernah gagal mendapatkan gadis idamannya?" Wajah Egrima segera menampilkan ketertarikan dan penasaran. Oleh karena itu, dia lekas mendekat ke Shona untuk menanyakannya lebih jauh. "Kasihan sekali sampai lelaki setampan itu pernah ditolak perempuan! Siapa perempuan bodoh itu?"     

"Hi hi … aku tak mau menyebutkan siapa orangnya, karena itu bukan wewenangku. Kau bisa menanyakan sendiri ke Gavin." Shona mengerling jenaka ke Egrima.     

"Arrghh … Nona Muda … kau ini curang sekali. Kau memancingku dengan sepotong cerita saja namun tidak mau menuntaskan. Kau sungguh tidak bertanggung jawab pada jiwa penasaranku ini, Nona Muda." Egrima mengerang tak berdaya.     

Shona terkikik.      

Di saat itu, masuklah Jovano dan Gavin berbarengan ke dapur.     

"Kalian sedang mengobrol apa?" tanya Jovano.     

"Ohh, biasanya … obrolan cewek. Kalian tak akan paham," sahut Shona santai.     

"Ada apa kalian ke sini? Lapar?" tanya Serafima ke Jovano dan Gavin.     

"Tuan Muda Gavin!" Segera saja Egrima mengambilkan semangkuk sup untuk Gavin dan menyodorkannya ke pemuda itu. "Mumpung ini masih hangat, akan nyaman di perutmu."     

"O-ohh? He he, iya, terima kasih, Egrima." Gavin menerima mangkuk sup itu dan mulai duduk di salah satu kursi di sana.     

Lalu, Egrima menoleh ke Jovano, bertanya, "Tuan Muda pasti lapar juga, kan?"     

Tangan Jovano bergoyang-goyang menandakan penolakan. "Tidak, tidak usah, Egrima. Aku belum lapar." Jovano ikut duduk. Dia menempatkan diri di tengah kedua wanitanya. "Aku barusan mengobrol dengan Gavin mengenai rencana penyusupan ke tempat para bangsawan iblis itu."     

Ketiga wanita di sana pun menatap ke Jovano, menunggu kalimat selanjutnya dari dia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.