Devil's Fruit (21+)

Rencana Dimatangkan



Rencana Dimatangkan

0Fruit 1332: Rencana Dimatangkan     

Saat semua anggota kelompoknya berkumpul di ruang makan rumah Egrima, Jovano menempatkan diri di tengah kedua wanitanya. "Aku barusan mengobrol dengan Gavin mengenai rencana penyusupan ke tempat para bangsawan iblis itu."     

Ketiga wanita di sana pun menatap ke Jovano, menunggu kalimat selanjutnya dari dia.     

"Jadi begini, tempat yang ditunjukkan oleh Om Ver itu kan di daerah dimana di sana biasa berkumpul para bangsawan iblis di alam ini," ucap Jovano memulai.     

"Ohh! Jadi itu memang benar kawasan para iblis tinggi, yah Jo?" Serafima memotong.     

"Benar." Jovano mengangguk seraya menoleh ke wanita pertamanya. "Di sana tempat berkumpul para iblis tinggi atau bangsawan iblis. Nah, itu kan sebuah bangunan besar yang menjulang tinggi. Kita setidaknya harus masuk ke dalam untuk mencapai bagian puncaknya, atau terbang hingga ke puncaknya."     

"Apakah kita akan berbaur dengan mereka, atau menyelinap?" tanya Shona dengan wajah serius.     

"Nah, itu tadi yang sempat aku pikirkan bareng Gavin. Membaur atau menyelinap. Kira-kira mana resiko terkecil. Karena, aku tidak mau ada keributan dan huru-hara. Yah, tau sendiri, kan … kita sering memancing keributan di setiap alam yang kita singgahi."     

Semua anggota kelompoknya mengangguk-angguk mengiyakan ucapan Jovano. Perkataan itu benar, mereka memang seakan menjadi biang keributan di sebuah alam, sampai-sampai Semesta memperingatkan mereka mengenai itu.     

"Karena ini alam bukanlah milik Semesta, dan merupakan milik seorang iblis bangsawan di Underworld, maka jika terjadi keributan, ditakutkan akan menyeret nama kerajaan kita nantinya." Jovano melanjutkan.     

"Kalau begitu, Kak Jo, bukankah kita bisa mengatakan kepada mereka bahwa kita iblis pengembara dari kerajaan antah berantah? Kita bisa mengarangnya, kan?" Gavin memberi ide, siapa tahu itu berguna.     

"Saranmu memang bagus, Gav, tapi jika salah satu dari mereka mengenali kita dan kita ketahuan berbohong, bukankah itu memancing kecurigaan mereka akan motif kita?" Jovano menatap Gavin di depannya.     

"Ahh, iya, benar juga." Gavin mengangguk sekali, menyadari ucapan Jovano memang benar. Mereka berasal dari 2 kerajaan besar di Underworld, bahkan sejak peperangan antar kerajaan yang terakhir kali di Underworld, nama dan penampilan mereka sudah terkenal di banyak kerajaan. Rasanya mustahil jika tidak ada iblis bangsawan yang tidak mengenali mereka.     

"Jadi … kita membaur ke mereka dengan identitas asli kita, Jo?" tanya Shona.     

Jovano mengangguk. "Itu satu-satunya cara agar tidak dicurigai."     

"Tapi, Jo, kenapa kita tidak menyamar saja? Mengubah penampilan kita, misalnya?" Serafima memberikan sanggahan atas usul Jovano.     

"Banyak dari kaum iblis bangsawan tidak bisa dikelabui dengan penyamaran penampilan, sayank. Karena kaum iblis membaca penampilan tidak hanya dengan penampilan tapi juga dengan bau." Jovano menjelaskan.     

"Tapi, bukannya kita berhasil menyamar saat insiden dengan para makhluk asap hitam dulu itu, kan Kak Jo?" Gavin mengingat mengenai itu.     

"Iblis berbeda dengan makhluk asap hitam, Gav. Makhluk asap hitam tidak memiliki kemampuan deteksi energi seperti halnya para iblis. Kemampuan mereka jauh di bawah iblis, oleh karena itu kita dulu bisa menyamar untuk membasmi makhluk asap hitam." Jovano mengemukakan pemikirannya.     

Jovano mengetahui hal tersebut setelah dia bertanya ke kakeknya pada suatu waktu mengenai kenapa makhluk asap hitam mudah dikelabui. Bagaimana pun juga, iblis merupakan entitas tingkat tinggi yang setara dengan malaikat, kekuatannya begitu besar melebihi entitas lainnya di jagat raya. Hanya malaikat saja yang bisa sejajar bila bertarung dengan iblis.     

Gavin dan yang lainnya pun manggut-manggut paham. Ini memang masuk akal, Jovano benar, makhluk asap hitam berasal dari makhluk hidup seperti manusia atau hewan, sehingga tingkatan kemampuannya sangat jauh dibandingkan iblis.     

"Berarti, ini benar bahwa kita akan membaur, nih?" tanya Shona setelah mendengar penjelasan Jovano.     

"Ya, aku dan Gavin akan membaur di sana untuk mengecek ombak dulu, gimana situasi di sana, dan sekalian mencari celah agar kita bisa menyelinap di waktu lainnya." Jovano menjawab wanita keduanya.     

"Aku dan Sho tidak ikut?" tanya Serafima.     

"Tidak, kalian menunggu di sini saja. Aku tak mau kalian kena bahaya jika nanti ikut." Jovano menoleh ke wanita pertamanya.     

Wajar jika Jovano berkata demikian. Kaum iblis yang datang ke alam ini merupakan kaum yang mencari kesenangan dari aspek libido. Jovano khawatir, jika Shona dan Serafima ikut, mereka akan menjadi target para iblis mesum yang melihat mereka.     

Jika Jovano harus menghadapi satu atau dua iblis tingkat tinggi saja, mungkin dia masih sanggup. Tetapi apabila dia harus menghadapi puluhan hingga ratusan, bohong kalau dia berkata dia sanggup.     

Meskipun dia memiliki kekuatan dahsyat di kedua tapak tangannya, namun itu bukan berarti dia tidak terkalahkan … saat ini. Jovano menyadari bahwa kekuatannya masih di level rendah, dan dia tidak boleh meremehkan kaum bangsawan iblis yang tentu saja kekuatannya sungguh tak terbayangkan.     

"Baiklah, aku dan Sis Sera akan menunggu di sini, kalau begitu." Shona pun paham maksud Jovano. Kaum iblis memang kaum brutal yang terkadang bisa nekat melakukan apapun asalkan keinginannya tercapai. Jika di tempat itu ada begitu banyak iblis bangsawan, tentu akan sulit bagi Jovano dan mereka untuk melawan.     

Jika dulu perang antar kerajaan di Underworld berhasil dimenangkan pihak Andrea, itu karena mereka melawan keroco iblis saja, bukan kaum bangsawannya.     

Menyadari itu, Shona tidak lagi banyak mengejar mengenai keikutsertaan dia dan Serafima nantinya.     

"Bagaimana kalau aku menyamar jadi pria dan ikut kamu, Jo?" tanya Serafima. Dia tidak ingin berdiam diri dan menunggu saja. Dia bukan jenis yang seperti itu.     

Jovano menggeleng sambil tersenyum meraih tangan Serafima untuk dia remas lembut, berkata, "Tidak usah, sayank. Jangan, itu justru berbahaya. Sudah aku bilang, kan? Bahwa kemampuan mereka melacak energi itu melebihi pelacakan mata dan bau. Mereka akan tahu kalau kau nephilim, dan itu semakin berbahaya untuk kamu jika energi nephilim kamu diendus."     

"Kak Sera, santai-santai saja di sini, biarkan kami para pejantan yang bekerja, oke?" Gavin menimpali sambil kedipkan satu mata ke Serafima.     

"Hm, ya sudah kalau memang begitu. Asalkan kalian tidak macam-macam saja di sana." Serafima mengerling tajam ke arah lain.     

"Tentu saja tidak, sayank." Jovano menjawab sembari tertawa ringan, menyadari kecemburuan tinggi dari wanita pertamanya. "Yah, itu untukku, yah, entah kalau Gavin, ha ha ha!" Ia melirik ke Gavin.     

Disindir halus oleh Jovano, Gavin terkekeh sambil menggaruk belakang kepalanya, merasa malu akan dirinya yang belakangan ini suka mengumbar napsunya.     

"Aahh … tidak boleh …." Mendadak, Egrima ikut bicara sambil meremas lengan Gavin dan bersandar di sana dengan gaya manja. "Tuan Muda Gavin tak boleh macam-macam juga di sana. Nanti aku sedih karena aku tentu akan kalah jika harus bersaing dengan penyihir penghibur di sana." Wajahnya merajuk manja.     

Jovano dan kedua wanitanya hampir tersedak saliva mereka sendiri, bahkan Jovano sampai terbatuk-batuk.     

"Ehh?" Gavin tertegun melihat keengganan Egrima jika Gavin mengumbar napsunya ke penyihir lainnya. "He he, kamu mulai posesif, yah Egrima." Dijepitnya dagu si penyihir itu dengan dua jarinya sambil menyeringai nakal.     

"Egrima tak mau kalah saing dan nantinya diabaikan Tuan Muda Gavin." Egrima menunduk sambil bersikap manja di lengan Gavin.     

"He he, baiklah, baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan macam-macam, kalau begitu." Gavin berjanji.     

"Betul, yah Tuan Muda! Janji?" Mata Egrima menyala akan senang.     

"Ya, aku janji." Gavin mengangguk sambil mengelus pipi Egrima.     

"Ehem! Oke, kalau begitu, aku dan Gavin akan pergi ke sana besok. Gav, persiapkan dirimu, yah!"      

"Baik, Kak Jo!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.