Devil's Fruit (21+)

Bertemu Alphegor, Si Pemilik Kastil



Bertemu Alphegor, Si Pemilik Kastil

0Fruit 1335: Bertemu Alphegor, Si Pemilik Kastil     

Jovano terpaksa membuka identitas Gavin yang merupakan anak dari panglima kerajaan kakeknya. Ini karena Molof terlalu memandang rendah pada Gavin yang disebut budak rendahan sebelumnya.     

"Tapi … aku seperti mencium bau … manusia di dia?" Molof memiringkan kepalanya. Matanya berbinar sekejap usai mengatakan itu. Apakah dia hendak melahap Gavin?     

Menarik napas panjang, Gavin berusaha bersabar.      

Jovano lekas menyahut untuk Molof agar Gavin tidak perlu menjawab si bangsawan iblis kurang ajar itu. "Dia memang cambion. Sama seperti ibuku."     

Tentu, Jovano sengaja menyertakan identitas ibunya juga di depan Molof. Jika Molof menghormati King Zardakh, maka tentunya dia juga harus menghargai cambion seperti ibunya. Dengan begini, Molof tidak perlu lagi memandang rendah ke Gavin.     

"Ahh! Cambion! Pantas saja!" Mata Molof melotot sehingga kedua alisnya naik secara dramastis. "Sungguh tidak terduga." Lalu mata itu kembali ke bentuk normal disertai senyum lebar yang menakutkan.     

"Jadi, kita akan ke mana?" tanya Jovano saat mereka masih saja menyusuri lorong bagai tak berujung.     

"Sebentar lagi kita sampai, Pangeran Muda." Molof menggunakan suara mengalun merdu dengan pengucapan yang tidak terlalu cepat, namun gaya bicara seperti itu justru mencurigakan dan membuat tengkuk bergidik. Sepertinya itu memang sudah menjadi gaya bicara Molof.     

Akhirnya, ketiganya tiba di sebuah pintu kayu besar yang menjulang tinggi dan terlihat kokoh. "Nah, kita sudah sampai."     

"Tempat apa ini?" tanya Jovano.     

Namun, pertanyaan Jovano tidak dijawab secara verbal oleh Molof, melainkan dengan tindakan saat Molof membuka pintu besar menjulang itu.     

Segera, suasana pesta hiruk pikuk yang gila, penuh akan gelak tawa dan desah erang memenuhi ruangan luas tersebut.     

"Perhatian pada kalian semua!" teriak Molof dan langsung membuat semua yang di ruangan itu terdiam dan menoleh ke 3 orang iblis yang ada di ambang pintu. "Aku perkenalkan ke kalian … cucu kesayangan dari King Zardakh!" Sembari tangan Molof terarah sopan ke Jovano dan dia sedikit membungkuk.     

"Wah! Cucu King Zardakh!"     

"Cucu King Zardakh, kau dengar itu?!"     

"Cucunya Zardakh!"     

Kasak-kusuk dan bisikan mulai terdengar dari berbagai arah bagaikan dengungan lebah.      

"Jadi, kau adalah cucu dari Zardakh!" Salah satu iblis yang rambutnya seluruhnya berwarna putih perak dengan gaya rambut mirip salah satu personifikasi dari Count Dracula di film terkenal. Rambut itu mirip seperti sanggul tinggi yang menyerupai cuping telinga hewan. Matanya merah dengan kulit berkeriput mengerikan.      

Iblis tua berkeriput itu melayang sambil mendekat ke Jovano. Dua pemuda itu saling waspada dan bersiaga jika si iblis keriput menyerang mereka.     

"Perkenalkan, ini adalah Yang Mulia Alphegor." Molof memperkenalkan Alphegor dengan sikap sama seperti ketika dia memperkenalkan Jovano, hanya dia lebih membungkuk lagi, menandakan rasa hormatnya yang tidak ditahan-tahan terhadap Alphegor.     

"Ohh, rupanya ini pemilik kastil luar biasa ini!" Mulut gula-gula Jovano segera bekerja sambil dia membungkukkan badan dengan cepat sebagai rasa hormat kepada yang lebih senior.     

"Khe he he … rupanya ini cucu yang sering dibangga-banggakan oleh Zardakh. Tidak buruk," balas Alphegor. Saat dia diam saja sudah menyeramkan, begitupun ketika sedang terkekeh begitu, tetap menyeramkan meski tidak memiliki tanduk ataupun taring panjang.     

Aura. Aura energi iblis yang dikeluarkan oleh Alphegor itulah yang menyeramkan melebihi penampilannya. Ini membuat Jovano harus lebih waspada dan menjaga sikap.     

Jovano memiliki insting bahwa Alphegor tidak bisa dianggap remeh. Bukan karena penampilan seperti kakek tuanya Alphegor, melainkan aura energinya.     

"Sungguh merupakan suatu kehormatan bagiku bisa mengenal Baginda Alphegor." Jovano membungkukkan badannya sedikit ke Alphegor. Dia sepertinya tak boleh mencari gara-gara secara frontal pada iblis satu itu.     

Mata Alphegor melirik ke Gavin. Segera saja, mengetahui dirinya dilirik, Gavin pun ikut membungkukkan badan, sama seperti yang dilakukan Jovano.     

"Siapa dia? Kenapa dia seperti tidak memiliki aroma iblis seutuhnya?" tanya Alphegor seraya telunjuk berkuku hitam panjangnya terarah ke Gavin di sebelah Jovano.     

"Dia budak Pangeran Muda Jovano." Segera saja Molof menjawab sebelum Jovano menyahut Alphegor.      

Gavin menggertakkan gerahamnya mendengar lagi-lagi dia disebut sebagai budak. Jika nanti pecah pertempuran antar kerajaan, dia akan mengingat Molof sebagai iblis pertama yang harus dia tebas!     

"Dia sebenarnya tidak kuanggap sebagai budak." Jovano harus meluruskan status Gavin agar teman masa kecilnya itu tidak tersinggung. "Dia sudah seperti adik bagiku."     

"Ohh!" Alphegor menaikkan keningnya tanpa kentara di mana alisnya karena wajahnya tidak memiliki bulu satupun kecuali di kepala. Maka dari itu, dia tidak beralis. Hanya sebentuk wajah tua sangat pucat dan keriput dengan ekspresi mengerikan.     

"Dia putra dari salah satu panglima kakekku." Jovano menambahkan agar setidaknya status Gavin bisa lebih naik di mata siapapun yang mendengar di ruangan ini.     

"Gavin memberi hormat pada Baginda Alphegor." Gavin secara khusus memberi salam dengan bungkukkan punggungnya ke Alphegor. Dia paham bahwa dia tidak boleh salah bersikap atau rencana mereka bisa kacau di sini.     

"Ahh … putra dari panglima. Tentunya pribadi yang sangat menarik dan juga kuat, kan?" Alphegor memiringkan kepala disertai nada suara lambat namun seram. Sepertinya Molof terinspirasi dengan gaya bicara Alphegor.     

"Yah, dia memang kuat. Sejak kecil dia sudah ditempa dengan latihan militer." Jovano semakin mendapat angin untuk menaikkan pamor Gavin.     

Di kalangan iblis, yang disebut budak hanyalah ada 2 macam: pelayan yang disuruh-suruh mengerjakan pekerjaan remeh, dan satunya lagi adalah budak s3ks.     

Maka dari itu, Jovano tidak ingin Gavin disalahpahami sebagai budak. Jangankan budak, bahkan Jovano saja tidak menganggap Gavin sebagai pelayan. Gavin adalah teman juga saudara baginya.      

"Wah! Sudah mendapatkan didikan ala militer sejak kecil!" Alphegor kembali menaikkan kening keriputnya sehingga keriput pun berkumpul aneh di bagian atas kepalanya.     

"Benar, Baginda." Gavin yang tidak ingin selalu dianggap budak pun mulai menjawab dengan sopan. "Saya berlatih ala militer bersama dengan Pangeran Muda Jovano."     

"Bagus! Sungguh bagus!" Alphegor mengangguk-anggukkan kepala sambil bertepuk tangan. "Pemuda masa kini memang harus kuat dan tangkas sedari belia!"     

"Terima kasih atas pujian Baginda." Gavin menyahut sopan, masih membungkuk dan kemudian tegakkan tubuhnya.     

"Aku belum sepenuhnya paham mengenai dirimu, anak muda. Kau … apakah kau hybrid?" tanya Alphegor. "Aku tidak mencium aroma iblis murni pada dirimu."     

"Saya seorang cambion, Baginda." Gavin menjawab. Jovano membiarkan saja agar siapapun mengerti bahwa status Gavin memang layak untuk dia bisa bersuara sendiri.      

Jika tadi Jovano yang selalu menjawab mewakili Gavin, itu dikarenakan dia khawatir Gavin tidak bisa mengontrol emosinya dan berpengaruh pada ucapannya.     

Namun kini, sepertinya Gavin mulai belajar dari dirinya bagaimana bertutur manis.      

"Cambion!" seru Alphegor dan seisi ruangan pun mulai dipenuhi kasak-kusuk lagi. "Cambion dan kuat! Ha ha! Sungguh perpaduan yang sangat luar biasa, bukan?"     

Mendengar pujian dari Alphegor, dada Gavin serasa sesak akan gembira dan bangga.     

"Keluarga besar Zardakh memang unik dan dipenuhi makhluk hybrid!" tambah Alphegor, menandakan dia sedikit banyak mengetahui akan keturunan-keturunan King Zardakh yang bertaburan ras hybrid. "Oleh karena putra panglima ini kuat dan hebat, ayo kita buka Medan Gladiator!"     

Tangan Alphegor mengayun dan muncul kabut hitam darinya keluar ke jendela. Segera, lahan kosong di bawah sana berubah menjadi sebuah arena. Iblis di ruangan itu pun bersorak riuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.