Devil's Fruit (21+)

Sang Gladiator



Sang Gladiator

0Fruit 1336: Sang Gladiator     

Tangan Alphegor mengayun dan muncul kabut hitam darinya keluar ke jendela. Segera, lahan kosong di bawah sana berubah menjadi sebuah arena. Iblis di ruangan itu pun bersorak riuh.     

Jovano dan Gavin langsung tertegun dan itu kentara jelas di wajah tampan keduanya. Apa tadi yang diserukan oleh Alphegor, pemilik kastil ini? Medan Gladiator? Dan … apakah itu berkaitan dengan Gavin?     

"Ayo, Cambion Muda yang perkasa! Silahkan! Silahkan tunjukkan kehebatanmu di Medan Gladiator!" seru Alphegor dengan mimik bersemangat, membuat keriput di wajahnya bergetar saking dia penuh antusiasnya ketika meminta Gavin untuk pergi ke sebuah lahan di bawah sana yang telah disulap menjadi semacam arena.     

"Ini …." Gavin menatap ke Jovano, bingung dan mengharapkan putra sulung Andrea itu memberikan keputusan untuknya.     

Namun, sebelum Jovano membuka mulutnya untuk bersuara, Alphegor sudah mendekat ke Jovano dengan gerakan cepat dan berkata dengan suara rendah, "Pangeran Muda ini tentunya tidak ingin mengecewakan kami di sini, kan?"     

Jovano sampai memundurkan kepalanya karena terkejut dengan sikap tiba-tiba Alphegor baru saja. Dia menjawab, "A-anu … itu … kenapa—"     

"Sungguh sebuah kehormatan bagi saya sebagai pemilik tempat ini jika Pangeran Muda ke-ra-ja-an Orbth ini sudi menurunkan TEMAN Anda berbagi ilmu mengenai kekuatannya dan kemampuan bertarungnya." Alphegor jelas sedang mengancam Jovano meski dengan cara halus tak kentara.      

Dengan menekankan kata 'kerajaan' dan 'teman', sudah cukup dipahami oleh Jovano bahwa dia tidak diijinkan menolak kemauan Alphegor atau sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka berdua di sini.     

Karena ini merupakan daerah kekuasaan Alphegor, mana mungkin Jovano secara gegabah menentang si iblis keriput ini? Apalagi, dia juga belum mengerti secara jelas apa dan bagaimana kekuatan Alphegor. Belum lagi banyaknya iblis bangsawan yang berkumpul di ruangan tersebut.     

Meski Jovano memiliki kekuatan dahsyat di kedua telapak tangannya, namun bukan berarti dia tidak terkalahkan. Dia juga memiliki keterbatasan di beberapa sisi. Apalagi ada Gavin, itu akan membuat Jovano lebih repot lagi melindungi Gavin jika semua iblis tingkat tinggi di ruangan ini menyerang mereka.     

Oleh sebab pemikiran ini, Jovano menggertakkan giginya untuk menoleh ke Gavin dan mengangguk, lalu dia berkata, "Gav, sepertinya Baginda Alphegor dan yang lainnya begitu ingin tahu akan kehebatanmu. Karenanya, kenapa tidak kau tunjukkan sedikit kekuatanmu di hadapan mereka?"     

Mendengar jawaban dari Jovano, Gavin sempat melongo sejanak untuk mencerna, apakah Jovano sedang sinting? Apakah Jovano memang ingin dirinya bertarung ala gladiator di bawah sana?     

Sekali lagi, Jovano menganggukkan kepala karena melihat Gavin sepertinya masih ragu akan keputusan yang dia buat.      

Melihat anggukan kepala Jovano yang kedua kalinya, akhirnya Gavin paham bahwa dia memang mau tak mau harus dijadikan gladiator dadakan demi menyelamatkan mereka berdua dari situ.     

Meski ini merupakan penghinaan bagi Gavin karena diperlakukan ala gladiator, dimana itu artinya dia dipandang rendah bagaikan budak yang bisa diperintahkan untuk bertarung, namun karena ini adalah sebuah misi bagi dia dan Jovano dan tak boleh gagal, ia pun mengangguk setuju.     

"Baiklah!" Gavin pun berseru tegas. Segera, seluruh iblis dan penyihir di ruangan itu semakin bersorak-sorai heboh.     

Tanpa dikomando lebih jauh, mereka semua segera melesat terbang dan turun ke arena yang sudah disediakan oleh Alphegor di bawah sana.      

Arena itu benar-benar sangat mirip dengan arena gladiator yang memang pernah ada di jaman romawi kuno. Tempat luas berbentuk lingkaran dengan bagian tengah bawahnya digunakan sebagai arena pertarungan 2 belah pihak nantinya.     

"Silahkan, Pangeran Muda … dan kawan kecil." Alphegor sedikit bungkukkan tubuhnya sambil menjulurkan tangan untuk mempersilahkan Jovano dan Gavin turun ke arena di bawah sana.     

Jovano mengangguk kecil meski dia ingin sekali melemparkan api hitam neraka ke iblis keriput itu. Ia harus menahan emosinya dan tetap tenang.      

Akhirnya, Jovano tiba bersama Gavin, Alphegor dan Molof di arena tersebut.      

Gavin dipersilahkan untuk mempersiapkan diri di ruangan khusus.      

"Dengan siapa aku bertarung nantinya?" tanya dia pada iblis yang membantu dia memakaikan zirah khusus untuk bertarung. Tak mungkin Gavin tetap memakai pakaiannya saat ini karena terlalu mengganggu pergerakannya nanti.     

"Tidak tahu. Cukup diam dan terima saja." Betapa ketusnya iblis yang bertugas di ruangan itu kepada Gavin.      

Kalau tidak mengingat ini adalah sebuah misi, Gavin sudah meremukkan kepala iblis kurang ajar itu.      

Menghela napas panjang agar meluaskan samudera kesabarannya, Gavin pun diam dan berharap Alphegor tidak lagi menyusahkan dia dan Jovano setelah ini.     

Setelah semua persiapan Gavin selesai di ruangan itu, dia keluar dari sana dan berjalan di lorong batu dengan beberapa iblis berbaris di sepanjang dinding di sana dan menatap rendah ke Gavin.     

Apakah mereka meremehkan Gavin hanya karena dia terlihat seperti bocah remaja? Mereka terlalu naïf!     

Sesampainya di ujung lorong, salah satu iblis di sana bertanya ke Gavin, "Apakah kau butuh senjata? Silahkan pilih salah satu di sana kalau kau tak punya."     

"Ohh, tidak usah. Kebetulan aku punya sendiri." Gavin menjawab sembari mengeluarkan dua kapak kembar. Segera, aura mencekik dari kapak itu menguar dan membuat para iblis penjaga di sana merasa tak nyaman. Karenanya, mereka mulai menoleh ke Gavin dan bertanya-tanya, siapa bocah itu sampai memiliki kapak semacam itu.     

Gavin pun melanjutkan langkahnya sampai ke ujung lorong dan bertemu dengan jeruji besi yang dijaga iblis. Melihat kedatangan Gavin, iblis itu membukakan pintu besi tersebut.     

Segera, Gavin mendengar hiruk pikuk teriakan dari arah depan sana, menandakan dia sudah di ambang pintu menuju pusat arena. Kira-kira, apa atau siapa yang harus dia lawan nantinya? Gavin terus saja bertanya-tanya mengenai ini.     

Saat Gavin tiba di ambang pintu, penonton semakin riuh berteriak. Dengan pandangan sekilas, Gavin sudah bisa melihat Jovano duduk bersama Alphegor dan Molof di sebuah tempat khusus di bagian penonton. Ia menggertakkan giginya ke arah Alphegor dan Molof. Dua bajingan itu sengaja melakukan ini padanya, entah dengan maksud apa, tapi pasti merendahkan Gavin merupakan salah satu darinya.     

"Lihat! Dia sudah keluar!" jerit salah satu penonton sambil menunjuk ke Gavin.     

"Waahh! Bocah itu ternyata punya nyali!"     

"Kuharap dia tidak mengompol dan minta pulang ke ibunya."     

"Ha ha ha! Hei bocah, jangan kecewakan kami, yah! Aku bertaruh padamu!"     

"Kau bertaruh padanya? Sungguh tolol kau! Dia itu pasti kalah!"     

"Kawan, kau terlalu royal dengan uangmu! Kenapa tidak kau berikan saja padaku daripada untuk memasang taruhan ke bocah ingusan itu?"     

Banyak penonton yang ada di dekat tempat Gavin berdiri mulai berteriak-teriak padanya dan saling berkomentar. Gavin tidak menggubris dan tidak pula menoleh ke mereka.      

Setelah Gavin berdiri di tengah arena, pintu lain di depannya pun dibuka oleh iblis penjaga, dan lawan dari Gavin pun keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.