Devil's Fruit (21+)

Melawan Monster



Melawan Monster

0Fruit 1337: Melawan Monster     

Gavin dijadikan gladiator oleh pemilik kastil megah itu, Alphegor. Iblis keriput itu sepertinya memang sengaja demikian dan sepertinya Jovano merasa si keriput sengaja begitu untuk menargetkan dirinya, bukan Gavin, yah … dengan kata lain, Gavin hanyalah 'perantara' saja.     

Jovano tak tahu apa yang menjadikan dia target dari Alphegor. Namun, bila mengingat karakter iblis yang suka berbuat seenaknya dan tak ingin dilampaui, maka Jovano hanya bisa berasumsi bahwa Alphegor hanya ingin menunjukkan dominasi dia saja di tempat ini.     

Banyak penonton yang ada di dekat tempat Gavin berdiri mulai berteriak-teriak padanya dan saling berkomentar. Gavin tidak menggubris dan tidak pula menoleh ke mereka.      

Setelah Gavin berdiri di tengah arena, pintu lain di depannya pun dibuka oleh iblis penjaga, dan lawan dari Gavin pun keluar.     

"Ruaaarghhh!" Muncul raungan dari arah lorong di depan Gavin. Itu adalah suara dari lawannya. Apakah dia beast? Kenapa raungannya seperti itu?     

Namun, ketika sebuah sosok tinggi besar keluar dari ambang lorong, barulah Gavin mengerti dengan jelas siapa lawannya. Itu merupakan iblis kelas rendah yang jarang memiliki nalar dan hanya bergerak menggunakan insting bagaikan hewan.     

Iblis kelas rendahan biasa juga disebut monster dan banyak mendiami hutan-hutan lebat di Underworld.     

Jovano meremas tangannya, jika memang itu adalah lawan dari Gavin, maka dia bisa merasa lega. Ia percaya akan kekuatan Gavin. Pasti pemuda itu tidak akan mengecewakan dia.     

Gavin yang mengetahui lawannya hanyalah sesosok monster yang biasanya mendiami kedalaman hutan-hutan di Underworld, maka dia bisa tenang.      

Meski begitu, dia teringat ucapan Jovano sejak dulu, "Gav, jangan pernah meremehkan lawanmu, seremeh apapun dia di matamu, karena kau tak akan tahu kekuatan dia sebenarnya hanya dari penampilan dan nama saja."     

Ya, dia memang tidak boleh gegabah, apalagi lengah hanya karena itu merupakan monster biasa. Dia harus memenangkan ini dan lekas kembali ke rumah Egrima. Dia sudah tak sabar ingin mendapatkan kehangatan penyihir seksi itu.     

"Gruaahhh!" Monster itu tingginya 4 meter, jauh melampaui tinggi Gavin yang tak sampai 2 meter. Badan si monster kekar dan penuh bekas luka, menandakan dia sudah lama berada di tempat ini dan mungkin digunakan untuk hiburan para iblis bangsawan yang sedang bosan. Wajah monster itu mirip seperti babi namun taring bawahnya mencuat ke atas dan nampak berbahaya.      

Kuku di tangan dan kakinya sudah tentu tajam dan besar-besar. Monster kepala babi itu memang berdiri seperti manusia, matanya merah menyala ketika melihat Gavin.     

Tanpa menunggu aba-aba dari pihak pemilik kastil, monster itu segera berlari menerjang Gavin, seakan dia seekor banteng yang melihat Gavin bagaikan seuntai kain merah menyala.      

Seiring dengan monster kepala babi berlari ke Gavin, Molof segera mengangkat tangan dan membuat barrier atau perisai penghalang tembus pandang di sekeliling arena. Ini dimaksudkan agar serangan dua pihak di arena tidak akan mengenai penonton.     

Gavin dengan cepat melompat tinggi di udara untuk menghindari terjangan monster itu. Sambil masih berada di udara tadi, Gavin menciptakan pasak kayu tajam dan panjang.      

Keenam pasak itu langsung dia lemparkan ke arah monster tadi.      

Clapp! Claapp!     

Enam pasak kayu sudah menancap di badan si monster, namun sepertinya itu hanya bagaikan tusukan serangga saja di tubuh monster kepala babi. Dibuktikan dengan monster itu secara santai mencabuti pasak tersebut dan kembali menerjang ke Gavin yang telah kembali menjejak di tanah.     

Dua tangan bercakar dari monster kepala babi itu diayunkan ke arah Gavin, dan menimbulkan angin tajam. Gavin melompat ke samping dengan segera. Jika dia tidak gesit, mungkin tubuhnya akan terpotong hanya karena angin dari kibasan tangan bercakar si monster.     

Dari situ, Gavin segera tahu bahwa monster kepala babi tersebut memiliki elemen angin. Celakanya, Gavin belum tahu apakah elemen tanah dan kayu dia bisa melawan elemen angin?     

Yang dia pernah ketahui dari Jovano dulunya saat mereka mempelajari elemen adalah bahwa angin memang melawan petir dan petir menang melawan tanah.     

Jadi … apakah ini artinya elemen dia akan kalah melawan elemen si monster kepala babi? Tidak! Gavin tak sudi kalah dari sosok monster belaka ini! Ups! Tak boleh arogan dan buru-buru meremehkan, Gav! Pasti Jovano akan berseru seperti itu jika tahu apa yang dipikirkan Gavin.     

Maka, tetap waspada sambil menghindari si monster kepala babi dan langsung berikan serangan balasan, Gavin terus berjuang.     

Ternyata, meski tubuh monster itu besar dan tinggi bagaikan gapura, tidak serta-merta gerakannya lamban. Itu dibuktikan dengan kibasan cepat kedua tangan monster itu.     

Kecepatan dari kibasan itu cukup menyulitkan bagi Gavin. Apa yang harus dia lakukan? Gavin berpikir keras sembari dia terus menghindar semua serangan si monster. Dia tidak menggubris teriakan marah atau ejekan para penonton. Peduli apa dengan mereka? Mereka tidak ada di arena ini, maka bullshit saja dengan seluruh cemoohan mereka.     

Gavin ingin sebijaksana Jovano saat ini. Maka, ia berpikir keras, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Jovano dalam kondisi begini? Kira-kira hal pertama yang harus dia lakukan jika dia adalah Jovano, apa? Apa?!     

Lagi-lagi, kedua tangan besar dan penuh otot mengerikan itu secara cepat mengibas ke arah Gavin sambil berlari. Dari sini, Gavin memiliki kesimpulan bahwa lawannya hanya cepat pada tangannya saja, tidak untuk bagian kakinya.     

Ahh! Akhirnya dia menemukan ide. Dan ia yakin, ide ini pasti disetujui Jovano.     

Maka, ketika pisau angin hendak membelah Gavin menjadi dua, pemuda itu segera menerjang ke depan sembari memiringkan tubuh menghindari pisau angin tersebut.     

Sembari merunduk dan 'berselancar' singkat di tanah, Gavin berhasil melewati uluran tangan monster kepala babi. Kesempatan ketika dia berada di area bawah tubuh monster pun diambil Gavin. Dia mengeluarkan kapak kembarnya dan mengayunkan secara horizontal.     

Trasss! Kraass!     

"Groaaarrrkkhhhh!" Raungan memilukan karena sakit luar biasa terdengar dari monster kepala babi ketika dua kakinya ditebas kapak Gavin dan tanpa ampun dua kaki itu harus mengucapkan salam perpisahan dari tubuhnya.     

Mendapatkan kesempatan selanjutnya saat monster itu sedang kesakitan dan limbung karena kedua kakinya dibuat buntung oleh Gavin dari batas betis, kapak ganda Gavin kembali diayunkan, kali ini secara vertical dan segera saja menebas dagu monster kepala babi.     

Kepala monster itu mulai terbelah. Walau begitu, monster belum menyerah dan masih hidup.     

Tidak menyia-nyiakan waktu, Gavin berikan tebasan terakhir ke leher monster kepala babi yang mengakibatkan bagian itu pun turut menyatakan perpisahannya dengan tubuh utama.     

Darah hitam segera membanjiri tanah arena. Penonton senyap seketika saat menonton serangan bertubi-tubi Gavin yang ganas dan cepat dimulai dari kaki, dagu dan leher.     

Semuanya begitu cepat bagai mereka tidak diberi kesempatan untuk mencerna dengan detil apa yang terjadi. Tiba-tiba saja monster itu sudah terkulai tanpa nyawa di tanah dan bersimbah darah hitam.     

"H-Hei, kau curang!" teriak salah satu penonton iblis. "Kau menggunakan senjata!" Lalu, penonton lainnya ikut berteriak hal sama, mengatakan Gavin bermain curang.     

"Oi! Tidak ada peraturan yang melarang menggunakan senjata, ya kan?" balas Gavin dengan suara lantang namun pandangan santai ke iblis yang mencemoohnya. "Bahkan tadi sebelum keluar, aku ditawari memilih senjata, kok!" Ia menyeringai remeh ke penonton.     

"Tidak ada pelanggaran." Alphegor berseru meredakan kecaman penonton ke Gavin. "Nah, karena Ksatria Gavin berhasil mengalahkan monster, maka silahkan melanjutkan dengan lawan keduamu!"     

"Hah?!" Gavin dan Jovano sama-sama kaget. Lawan kedua?!      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.