Devil's Fruit (21+)

Siluman Iblis Lyphm



Siluman Iblis Lyphm

0Fruit 1340: Siluman Iblis Lyphm     

Jovano hanya bisa tertunduk lesu sambil topang keningnya menggunakan satu tangan, dan hal ini sungguh membuat Alphegor dan Molof menyeringai senang.     

Gavin di arena sana sudah mulai dimakan oleh monster laba-laba yang saat ini masih bertahan dalam wujud humanoid-nya. Mungkin dia masih terkesan atas pujian Gavin mengenai dirinya yang dibilang cantik berulang kali oleh pemuda mesum itu.     

Monster berwujud perempuan molek itu sudah memutuskan benang hitamnya dari mulut sehingga dia bisa mengunyah Gavin dengan lebih leluasa.     

"Arghmm! Nyam nyam nyam .... harkhmm! Nyam nyam ...." Monster laba-laba menggigit lalu memakan tubuh Gavin yang telah dibelit benang hitam miliknya bagaikan mumi. Wajahnya begitu berhasrat dengan senyum lebar pada mulutnya yang rakus melahap Gavin.     

Jovano melirik sedikit ke bawah sana dan kemudian mendesah. Melihat itu, mata merah Alphegor berbinar menandakan dia sangat gembira saat ini. Katanya, "Pangeran Muda Jovano, karena temanmu sudah kalah dan dimakan oleh peliharaanku, maka itu akan dinyatakan sebagai kekalahan teman Anda."     

Mengangkat kepalanya untuk memandang Alphegor, Jovano menampilkan wajah putus asa. "Tidak bisakah menunggu sedikit lebih lama lagi?"     

"Pangeran Jovano, apa lagi yang hendak ditunggu? Sudah jelas temanmu itu kalah telak. Apa kau masih ingin menonton dia dikunyah sampai tak bersisa oleh Lyphm?" Kali ini Molof tak tahan untuk tidak berkomentar, dia tidak menyembunyikan senyum seringai lebarnya.     

Menahan geramnya, Jovano membalas, "Yah, anggap saja begitu. Ohh ya, jadi monster laba-laba betina itu bernama Lyphm?"     

"Benar." Molof menjawab.     

"Makhluk jenis apa dia sebenarnya?" tanya Jovano dengan wajah sebodoh mungkin yang dia bisa.     

"Dia siluman level iblis." Molof tidak ragu-ragu mengatakannya.     

"Siluman?" Jovano mengulang perkataan Molof dengan nada tanya. "Ohh, pantas saja dia tadi berkata dia pernah menjadi manusia!" Kini semuanya jelas bagi Jovano.     

"Benar, Pangeran Muda Jovano." Kali ini Alphegor yang menjawab. "Dia adalah manusia yang bersedia menyerahkan jiwa raganya pada perjanjian dengan kaum kami, iblis. Maka dari itu, dia berbeda dengan monster yang sebelumnya dibunuh teman Anda. Siluman masih memiliki pemikiran seperti manusia dan bisa bicara."     

Mendengar Alphegor menyebut kata 'kami' dan bukan 'kita', membuat Jovano berasumsi bahwa iblis keriput itu tidak menganggap dia iblis murni hanya karena ibunya seorang cambion. Tapi, biarlah! Jovano tidak ingin mendebat mengenai hal remeh ini. Terserah mereka saja hendak mengakui dia iblis atau bukan, asalkan itu tidak merepotkan, silahkan saja. "Ohh, ternyata begitu. Jadi, sebenarnya dia sudah mati di dunia manusia? Ini hanya jiwanya saja?"     

"Benar, ini adalah jiwa dia yang sudah menjadi milikku." Alphegor menjawab.      

"Milikmu?" Jovano memiringkan kepala karena bingung. "Ohh! Jadi, dia mengadakan perjanjian denganmu?"     

"Pangeran Muda sungguh cerdas," puji basa-basi Alphegor. "Dia dulunya manusia yang buruk rupa dan datang memohon padaku agar diberikan wajah menawan yang bisa memikat pria manapun. Lalu, dukun antekku menyampaikan keinginan gadis itu dan kuminta dia datang langsung padaku."     

"Lalu ... dia kau berikan kecantikan dan kemolekan, tentunya." Jovano sudah bisa mengira alur ceritanya. Di dunia yang penuh persaingan, bahkan kecantikan pun terus diperlombakan oleh sebagian wanita agar mereka diakui sebagai yang terbaik dari yang lain.     

"Benar sekali. Aku memberinya kecantikan dan kemolekan yang tidak tertandingi gadis manapun di dusunnya kala itu," jawab Alphegor.     

"Dan tentunya dia tidak mungkin mendapatkan kecantikan selamanya, kan?" Jovano mulai bisa merangkai apa yang terjadi pada Lyphm. Pasti Alphegor sudah memperdaya gadis serakah itu dan hanya memberikan wujud cantik molek beberapa tahun saja, dan setelah itu ....     

"Hi hi hi ... sekali lagi Pangeran Muda benar. Dia hanya kuberikan waktu dua tahun untuk menikmati kemolekan yang dia idamkan beserta segala akses kemudahan untuk menjangkau lelaki manapun yang dia mau."     

"Aku tebak, setelah 2 tahun, tubuhnya berubah menjadi monster seperti itu tadi, kan?"     

"Fu fu fu ... saya memuji kecerdasan Pangeran Muda."      

Jovano pun menghela napas. Yah, memang begitulah cara kerja iblis ketika ingin menghancurkan manusia yang tamak. Iblis memang tidak akan bisa membunuh manusia secara langsung karena akan mendapatkan pemusnahan segera oleh Bos Besar, namun alih-alih membunuh langsung, iblis malah menggunakan cara terbaik, yaitu menggoda hati manusia sehingga manusia menjadi menyimpang dan mulai tamak.     

Dari situlah iblis akan mendapatkan pengaruh dan kekuatan. Dari situlah iblis memperoleh kepuasan tiada tara ketika mereka berhasil membuat manusia sesat dan menyimpang ke arah yang tidak seharusnya.      

Bagi iblis, membunuh langsung manusia itu tidak asyik. Lebih menyenangkan jika bisa menjadikan manusia sebagai boneka mereka. Itu merupakan kepuasan yang jauh lebih nikmat bagi iblis.     

Meski begitu, Jovano pernah membaca sebuah literatur kuno di perpustakan kakeknya di Underworld, bahwa ada golongan iblis yang menentang cara semacam itu, dan memilih untuk hidup damai bersama makhluk lainnya saja. Bahkan, ada pula golongan iblis yang masih bekerja pada Bos Besar, meski jumlahnya kalah jauh dari iblis jahat.     

Jika ada Malaikat Jatuh (Fallen Angel), kenapa tidak dengan adanya Iblis Tercerahkan (Enlightened Devil)? Tentunya saja ada! Di alam jagat raya yang maha luas ini, tidak ada yang tidak mungkin.     

Jadi ... Alphegor ini jenis iblis yang bisa dipanggil untuk membuat perjanjian mengenai kecantikan. Jovano menatap Alphegor. Cih! Padahal tampang dia sendiri keriput begitu! Jovano bergumam demikian di hatinya.      

Sementara Jovano sedang menilai Alphegor, penonton di colosseum buatan ini sudah bersorak dan riuh saat melihat betapa Lyphm menikmati kunyahan demi kunyahannya pada Gavin.      

"Terus cabik dia!"     

"Bagus! Gigit dan robek-robek daging pemuda sombong itu!"     

"Ohh, bisakah kau sisakan untukku?"     

"Hei, betina! Apakah rasanya memang seenak itu? Wajahmu terus menyeringai lebar!"     

"Betina cantik, datanglah ke ranjangku nanti malam, oke!"     

Berbagai ucapan dari penonton terus bergema memekakkan telinga. Mereka seakan sedang menyemangati Lyphm. Tidak ada yang membela atau pun bersedih untuk Gavin. Yah, itu wajar saja karena mereka adalah orang-orang yang tunduk pada Alphegor. Mereka menjilat pada Alphegor dan menjadi pelanggan tetap di kastil ini, mana mungkin membela iblis asing seperti Jovano dan Gavin.     

Sementara Lyphm sedang asyik mengunyah mumi Gavin, mendadak saja muncul pusaran debu angin yang muncul di belakang Lyphm, kian lama kian besar hingga dalam hitungan detik saja, debu itu membentuk pusaran badai menutupi seluruh arena.     

Penonton bingung dan mereka berteriak karena merasa kesulitan melihat apa yang sedang terjadi di dalam arena. Formasi penghalang yang mengurung arena pertarungan buatan Alphegor menjadikan pandangan mereka terhalang.     

Bukan hanya penonton yang heran dengan munculnya badai debu yang begitu tiba-tiba datang melingkupi seluruh arena pertempuran, monster Lyphm juga tak kalah heran. Ia menatap ke sekeliling, mengabaikan mumi Gavin yang tinggal setengah badan saja.     

Saat sedang kebingungan itulah, penonton tiba-tiba dikejutkan dengan teriakan dari Lyphm. "Arrgghh!"     

"Ehh?! Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?!" Penonton mulai penasaran luar biasa.     

"Tidak bisakah debu itu dihilangkan dulu dari tabung formasi?"     

"Hei, katakan padaku, apa yang terjadi di dalam sana!"     

"Bajingan! Aku tak bisa melihat apapun di dalam itu!"     

Penonton mulai berteriak-teriak meminta pandangan mereka bisa melihat jelas apa yang terjadi di dalam arena sana.      

"Arrghh!" jeritan Lyphm terdengar lagi.     

"Yang Mulia!" Molof menoleh ke Alphegor. Namun, tangan iblis keriput itu terangkat menghentikan Molof. Sementara, Jovano mulai memunculkan seringai tipisnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.