Devil's Fruit (21+)

Tamat Riwayatmu



Tamat Riwayatmu

0Fruit 1341: Tamat Riwayatmu     

Lyphm merasa dirinya sudah menang saat dia berhasil membungkus Gavin seluruhnya dari atas hingga bawah hingga pemuda itu mirip dengan mumi, bahkan siluman iblis laba-laba itu pun telah menggigit setengah dari tubuh mumi Gavin diiringi sorakan para penonton yang menyemangatinya.     

Namun, ketika Lyphm sudah merasa di atas angin, mendadak saja muncul badai debu yang menutupi seluruh arena sehingga penonton tidak bisa melihat apa yang terjadi di dalam arena.     

Hanya terdengar jeritan-jeritan dari Lyphm tanpa mereka mengetahui apa yang menimpa siluman iblis itu.     

Sementara semua penonton terus berteriak meminta debu di arena dihilangkan karena mereka sangat penasaran, Jovano di tribun khusus hanya duduk sambil senyum seringai tipis melengkung di wajah tampannya. Dua tangannya terlipat dan ia menunjukkan raut santai bagai di pantai seraya mata menatap ringan ke arah arena di bawah sana.     

"Apa yang terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi?!" seru Molof dengan panik. "Baginda Alphegor, tolong nonaktifkan formasi Anda."     

"Apa kau gila?" Alphegor menegur Molof dengan mata menyala sengit. "Kalau aku nonaktifkan arena, itu akan mengacaukan jalannya pertarungan!"     

"Tapi, tapi tadi Lyphm—" Molof terdengar cemas.     

"Biarkan saja." Kali ini, nada suara Alphegor sudah sesantai biasanya dengan muka kembali tenang dan senyum menoreh pada wajah keriputnya. "Lebih baik kita nikmati ini."     

"Bagaimana kalau Lyphm kalah, Baginda?" Molof masih terdengar gusar dari suaranya. Namun, Alphegor tidak menanggapi sama sekali dan hanya sunggingkan senyum. Tidak bisa tidak menoleh ke Jovano, dia bertanya, "Pangeran Jovano, katakan, apa yang dilakukan temanmu?" Rasanya dia ingin mencabik wajah Jovano yang terlihat seperti meremehkan dia.     

"Aku tak tahu pasti apa yang dilakukan Gavin. Seperti Yang Mulia Alphegor katakan barusan, lebih baik kita nikmati saja apa yang tersaji di hadapan mata kita." Jovano secara sengaja menukil ucapan Alphegor untuk diberikan ke Molof.      

Sudah pasti Molof hendak mendidih. Apalagi ketika terdengar lagi jeritan menyayat hati dari arah arena, dan itu jelas-jelas bukan suara Gavin.     

Melihat kepanikan Molof, Alphegor bertanya dengan suara mendayunya, "Molof, kenapa kau segusar itu? Jangan katakan kau memiliki sesuatu dengan Lyphm?"     

"A-Aku … Baginda … itu …." Bagai ditusuk pada bagian paling krusial, Molof pun gugup ketika ditodong pertanyaan demikian oleh Alphegor.     

Dari kegugupan Molof, langsung jelas alasan kenapa iblis itu panik ketika nasib Lyphm seakan di ujung tanduk tanpa dia bisa berbuat apa-apa.     

"Hn, Molof … kau cukup nakal juga, yah!" Alphegor lalu terkikik usai menggoda orang kepercayaannya.     

"Dia … dia salah satu gundikku, Baginda." Molof tak punya kemampuan untuk mengelak lagi jika iblis junjungannya sudah mendesak seperti itu. Kepalanya tertunduk.      

"Semoga bukan gundik kesayanganmu, Molof." Alphegor berkata santai dibarengi mulai surutnya pusaran badai debu di dalam arena.     

Mata semua orang langsung fokus tertuju ke arena, bertanya-tanya ingin mengetahui apa yang sudah terjadi di dalam sana.      

Ketika angin debu semakin menghilang, kini nampak sudah bagaimana tubuh Lyphm tertebas kapak ganda Gavin di beberapa tempat. Punggung, paha kanan, dan lengan kirinya putus, bahkan ada goresan cukup panjang di area dada montoknya. Kondisi Lyphm sungguh terlihat kacau dan menyedihkan.     

"Lyphm! Lyphm!" teriak Molof keras-keras ketika sudah melihat kondisi gundiknya di arena sana. Dia sampai condongkan jauh-jauh tubuhnya ke depan di tembok pembatas tribun.     

Rupanya Gavin menyerang gila-gilaan dengan memanfaatkan pusaran badai debu tadi. Ia melakukan serangan secepat mungkin pada Lyphm sehingga siluman iblis itu tidak memiliki kemampuan untuk membalas, apalagi mendeteksi keberadaan Gavin dengan pasti.     

Pertamanya, ketika Lyphm merasa sudah menang dan memakan setengah tubuh Gavin, siluman itu tak tahu bahwa dia sebenarnya tidak mengunyah Gavin, namun 'pengganti' Gavin, karena pemuda itu sudah lebih dahulu menyusup ke dalam tanah saat dia semakin dibelit benang Lyphm.     

Tidak disangka-sangka, Gavin memiliki kemampuan membuat kloning dengan elemen miliknya. Maka, bisa dikatakan, yang digigit dan dikunyah oleh Lyphm sebenarnya adalah tanah semata, bukan Gavin.     

Lalu, hal kedua berikutnya, saat Lyphm sedang bersuka cita, Gavin di dalam tanah pun bergegas menciptakan badai debu untuk mengaburkan pandangan Lyphm dan semua orang, sekaligus agar dia bisa menyembunyikan kemampuan barunya itu dari semua orang.     

Gavin sendiri juga tidak percaya dia tiba-tiba memiliki kemampuan tersebut. Sepertinya, jika dia tidak salah mengingat, kemampuan itu muncul saat dia sudah di ambang putus asa.     

Selain kemampuan unik tersebut, Gavin juga memunculkan elemen baru dia, elemen angin. Itulah kenapa dia bisa membuat badai debu. Memang, seseorang terkadang bisa melakukan hal di luar kemampuannya ketika sedang sangat terdesak antara hidup dan mati.      

Dan yang ketiga, Gavin bergegas keluar dari dalam tanah dan menyerang gila-gilaan ke Lyphm tanpa memberi kesempatan Lyphm mendeteksi keberadaannya.     

Karena Lyphm berhasil dirayu dan dibuat tetap berada dalam bentuk humanoid dikarenakan kebanggaannya akan kemolekan dirinya, itu sungguh memudahkan Gavin untuk melukai siluman itu. Yah, yang memperparah kondisi Lyphm sebenarnya adalah kesombongan dia akan penampilan dirinya.     

Kalau tadi Lyphm kembali ke wujud silumannya, mungkin Gavin akan sedikit kerepotan. Tapi, rupanya Lyphm malah memberikan akses kemudahan bagi lawannya sendiri untuk bisa melukai dirinya.     

"Kau … Kau!" Lyphm berteriak penuh akan kebencian pada Gavin yang telah mengacaukan dirinya. Tubuh indah yang kerap dia banggakan, kini terlihat menyedihkan. Punggung robek parah, lengan kiri putus, paha kanan robek juga, bahkan dadanya terkena sabetan kapak Gavin meski tidak terlalu dalam, namun tetap saja itu sebuah luka, sakit dan akan menimbulkan bekas.     

Gavin menyeringai santai seakan meledek Lyphm. "Sepertinya kau sangat menyukai tanah." Dia mengejek siluman yang tadi begitu lahap memakan 'penggantinya'.     

Betapa murkanya Lyphm diejek begitu. Siluman iblis itu berteriak keras seraya kembali ke wujud siluman laba-laba raksasa dan hendak melesat ke Gavin untuk membalas dendam.     

Namun, baru saja dua langkah besar ke depan, mendadak Lyphm kembali melolong kesakitan sebelum perutnya meledak dan darah hitam berceceran di tanah.     

Tersisa kepala dan area dada atas saja, Lyphm rubuh ke tanah, sekarat. Dia masih tak mengerti kenapa perutnya bisa meledak begitu.     

"Kau bingung?" tanya Gavin. "Baiklah, agar kau tidak jadi roh gentayangan yang menghantui aku nantinya, aku beritahu. Kau tadi memakan tanah berwujud aku, kan? Nah, itulah bahan peledak dariku yang kau masukkan sendiri ke tubuhmu, he he …."     

Mata Lyphm melotot dengan wajah menunjukkan ekspresi tidak terima. Sangat tidak terima. Betapa dia dibodohi Gavin sedemikian rupa.      

Lyphm sepertinya lupa bahwa Gavin memiliki elemen kekuatan tanah sehingga ketika Lyphm makan tanah yang dia kira adalah Gavin, maka dengan leluasa tanah di dalam perutnya dijadikan Gavin sebagai senjata yang menyerang dari dalam Lyphm.     

Sadar dirinya tak bisa selamat, Lyphm tidak berkata apa-apa lagi dan hanya mengarahkan pandangannya ke arah tribun sambil melirih memanggil sebuah nama, "Tuan Mo…lof … maaf … mengece…wa…kanmu …." Lalu siluman sombong itu pun tamat riwayatnya.      

"Lyphm!" teriak Molof sekencang mungkin. Matanya menatap sedih ke gundiknya yang mati, dan beralih tajam penuh akan hawa membunuh ke arah Gavin.     

"Molof, kendalikan dirimu," sahut Alphegor. "Tentunya kau sudah tahu konsekuensi dari pejuang arenaku, kan? Mereka hanya akan tetap hidup jika mereka kuat."     

Molof tundukkan kepala dengan geraham beradu ketat.     

"Baiklah, pemenangnya adalah Gavin." Alphegor menyeru dan berkata lagi, "Selanjutnya, babak terakhir! Keluarkan lawannya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.