Devil's Fruit (21+)

Dibuat Kacau Balau Olehnya



Dibuat Kacau Balau Olehnya

0Fruit 1342: Dibuat Kacau Balau Olehnya     

Gavin telah berhasil mengalahkan lawan keduanya, siluman iblis laba-laba bernama Lyphm yang begitu narsis. Dan karena kenarsisan itulah yang dimanfaatkan Gavin sehingga dia berhasil mengelabui Lyphm dan memusnahkannya.     

Yang paling berduka akan kematian Lyphm adalah Molof karena si siluman itu merupakan gundik kesayangannya. Namun, karena sudah terikat akan konsekuensi dari peraturan arena gladiator, Molof tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong gundiknya dan hanya mampu berteriak-teriak penuh amarah.     

Mata Molof menusuk tajam memandang Gavin di tengah arena, hawa membunuh begitu kental menguar dari dirinya tanpa dia tutupi, mengakibatkan Jovano terus waspada, berulang kali melirik ke Molof agar dia tidak kecolongan jika Molof berbuat nekat terhadap Gavin nantinya.     

Mungkin, setelah ini, Jovano harus lekas membawa pergi Gavin dari tempat ini sebelum dikejar Molof atau siapapun yang memusuhi mereka. Dia sedikit menyesal datang ke tempat ini. Namun, tidak ada pilihan lain bagi dia untuk masuk dan melihat keadaan di kastil tersebut sebelum merangkai rencana pengambilan Kristal di atas kastil.     

Jovano masih bisa merasakan hawa dari Kristal Jiwa milik ibunya dikarenakan hubungan darah antara mereka.      

Saat ini, Gavin masih harus menjalani babak terakhir dari pertarungan arena gladiatornya.      

Lawan ketiganya mulai berjalan keluar dari lorong di depan Gavin. Aura makhluk—yang entah apa itu—terasa menyesakkan bagi pemuda cambion, putra dari iblis Kenz dan manusia Shelly.     

Baunya sungguh busuk, bahkan bagi Gavin yang memiliki cara pengendalian kelima inderanya, tetap saja bau busuk itu masih menerobos masuk ke penciumannya.     

Gavin bertanya-tanya, apakah lawannya kali ini jauh lebih kuat dari siluman Lyphm sebelumnya. Baiklah, karena itu, dia harus jauh lebih waspada, tidak meremehkan sang lawan, seperti nasehat Jovano setiap mereka hendak bertarung melawan siapapun.     

Maka dari itu, Gavin bersiap dengan sikap kuda-kudanya.      

Deng! Deng! Deng!     

Langkah kaki makhluk itu kian mendekat dan kian terasa seakan tanah mulai bergetar akibat injakan kakinya.     

Segera, Gavin menutup mata agar bisa memusatkan perhatiannya akan sosok lawan yang hampir keluar dari lorong. Dia memiliki elemen tanah, maka dari itu, dia mencoba mendeteksi si lawan melalui injakan kaki makhluk misterius itu.     

Zreeeng!     

Gavin membuka mata, sedikit membelalakkan mata karena terkejut. Dia sudah selesai mendeteksi sosok lawannya dan dia menelan ludah.     

"Graaakkhh! Mana kecoak yang sudah membunuh Lyphm?" Makhluk itu pun keluar disertai suara menggelegar.      

"Woaahh! Ternyata itu Gargadon!" teriak riuh para penonton ketika mereka mendengar suara itu.     

Segera, makhluk bernama Gargadon itu pun keluar dari lorong, menampakkan wujudnya.     

Jovano mengernyitkan kening saat Gargadon muncul di arena. Bukankah tadi dia merasakan getaran dari injakan kaki makhluk itu? Kalau memang injakan kakinya saja sudah bisa membuat tanah bergetar, harusnya wujud Gargadon—     

"Ini sungguh tidak kusangka." Jovano lalu terkekeh ringan sambil kembali sandarkan punggung ke kursinya.     

"Fu fu fu … Pangeran Jovano sepertinya sudah terkecoh pada jagoanku yang ini." Alphegor ikut terkekeh sambil melirik singkat ke putra Andrea.     

"Ha ha ha, benar! Dia sungguh pandai melakukan prank." Jovano menyamankan duduknya sambil mata terus terarah ke arena.      

Di sana, Gargadon manatap sengit penuh hawa membunuh pada Gavin. Jika Jovano awalnya mengira sosok Gargadon begitu massif dan laksana raksasa karena tanah bergetar ketika dia berjalan, maka itu salah besar.     

Sosok dari Gargadon justru tidak ada bau raksasa sama sekali. Malahan, tubuhnya seperti kurcaci, alias cebol. Tingginya mungkin sekitar setengah meter saja, masih lebih tinggi Gavin—tentu saja.     

Namun, jika memang tubuh Gargadon sekecil itu, sungguh tidak sesuai dengan injakan kakinya pada tanah. Segera saja, Gavin dan juga Jovano merasakan adanya bahaya mengancam dan mematikan pada sosok Gargadon ini. Keduanya secara bersamaan berpikir sama.     

Menelan ludah sekali lagi, Gavin mempersiapkan dirinya untuk apapun yang terjadi setelah ini.     

"Mulai!" teriak Alpehgor.     

Whuussshh!     

Dhuaakk!     

Tiba-tiba, tanpa Gavin sadari, dia sudah terpental ke belakang cukup jauh hingga nyaris sampai di bibir arena. Bingung atas apa yang terjadi pada dirinya, ia pun bangkit sambil mengusap lelehan darah di ujung bibirnya.     

Swoosshh … DHUAKK!!     

Lagi-lagi, Gavin terpental ke belakang dan menabrak keras dinding formasi yang dibuat Alphegor hingga dinding itu bergetar kencang akibat benturan dari punggung Gavin.     

"Apa yang—"     

Swuusshh … DHAKKK!     

Lagi-lagi, Gavin harus menabrak dinding pembatas buatan Alphegor sehingga mau tak mau, tubuhnya tidak hanya terpental namun juga terpantul ke depan saking kerasnya tumbukan itu. Jika Gavin tidak memiliki ketahanan sebagai iblis, tentu tulang punggung dia sudah remuk sejak awal tadi.     

Jovano menajamkan pengelihatannya sebaik mungkin dan akhirnya dia paham apa yang terjadi pada Gavin. Teman masa kecilnya itu sejak tadi diseruduk oleh Gargadon.      

Ya, makhluk bernama Gargadon itu ternyata memiliki kecepatan di kaki yang begitu fantastis. Sepertinya kekuatan pada kakinya hingga bisa membuat tanah bergetar itu, menjadi sebuah daya lontar yang hebat pada makhluk cebol itu.     

Penonton semakin beringas meneriaki pertarungan itu.     

"Habisi si kecoak itu, Gargadon!"     

"Cabik-cabik dia!"     

"Jadikan dia adonan daging!"     

"Kau memang jagoanku, Gargadon!"     

"Gargadon, aku rela hamil anakmu! Nanti malam, sayank!" Kali ini teriakan dari salah satu penyihir yang tak mau ketinggalan meneriakkan dukungannya ke Gargadon.     

Tidak ada satupun dukungan untuk Gavin meski dia sudah berhasil memenangkan 2 pertarungan sebelumnya. Orang asing, tetaplah orang asing. Mereka lebih suka berpihak pada peliharaan si empunya kastil ini.      

Dalam waktu beberapa menit saja, Gavin sudah menjadi bulan-bulanan Gargadon yang terus menyeruduk Gavin hingga pemuda cambion itu terus terpental dan terpantul ke sana sini di dalam arena. Luka dan darah sudah mulai memenuhi tubuh Gavin.     

Jovano tentu saja sangat cemas melihat kondisi Gavin. Apalagi pemuda itu jelas kalah cepat dari Gargadon. Siapa sebenarnya Gargadon ini? Jovano pun menanyakan itu kepada Alphegor tanpa ragu-ragu. Bebas, ya kan?     

"Ohh, Gargadon merupakan salah satu dari jagoan final saya, Pangeran Muda Jovano." Alphegor menjawab santai. "Dia merupakan iblis kriminal yang saya tebus dari penjara kerajaan lain. Saya begitu terpukau dengan kecepatan dia yang lumayan jarang dimiliki iblis pada umumnya."     

Mendengar penjelasan singkat Alphegor, Jovano terkesiap di hatinya. Iblis kriminal? Ditebus dari penjara kerajaan lain? Ya ampun!      

Ini mengingatkan Jovano pada lawan terakhir tim Blanche ketika berada di alam Schnee kala itu sebelum mereka memerangi vampire di kutub selatan.      

Ya, benar. Iblis kriminal, jenis yang sangat berbahaya, sangat beringas, dan sangat menakutkan. Jovano dan beberapa anggota tim Blanche dulu sudah pernah terluka oleh serangan agresif iblis kriminal. Bahkan nyawa mereka di ujung tanduk kala itu.     

Dan sekarang, salah satu jenis yang mematikan itu sedang dihadapi Gavin, tanpa Gavin terlihat bisa mendeteksi serangannya, apalagi membalas.     

Gav, apakah kau bisa menangani iblis itu? Jovano bertanya di hatinya. Tangannya tanpa sadar meremas di atas sandaran kursi dengan bibir tergigit ketat sambil tidak berkedip menyaksikan apa yang ada di arena.     

Situasi Gavin begitu menyedihkan. Dia dibuat kacau balau oleh Gargadon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.