Devil's Fruit (21+)

Kemasukan Roh



Kemasukan Roh

0Fruit 1395: Kemasukan Roh     

Tugas kebajikan yang dijalani Zivena untuk menambah cairan keemasan yang mengisi bola kristal dari malaikat baru usai di sebuah rumah sakit.     

"Zi, emangnya kamu udah ngapain aja sampai bisa membuat para pelaku perundungan Mai bisa dihukum?" tanya Gavin sembari mereka melayang terbang. Dia menggunakan bahasa gaul seperti yang biasa dia lakukan ke Jovano.     

"Hm … pokoknya ada." Zivena malas menjelaskan bahwa dia berakting seperti hantu mengerikan di film-film horor Asia. Ia tak mau ditertawakan Gavin karena itu. Padahal, belum tentu Gavin akan menertawakannya. Siapa tahu Gavin justru terkagum-kagum dengan metode cepat Zivena, kan? Tapi … yah, gadis itu memiliki pemikiran tersendiri.     

"Ohh, gitu." Gavin tidak berani memaksa.     

"Kau tak perlu tahu." Sayangnya, Zivena kurang suka memakai bahasa gaul dan tetap menggunakan kata baku. Mungkin beda jika itu dilakukan kakaknya, Jovano.      

Padahal Gavin hanya mencoba untuk bersikap santai di antara mereka agar tidak kaku selama perjalanan misi ini.     

Zivena dan Gavin terus melayang terbang untuk menemukan apakah ada manusia yang sedang sakit parah yang bisa diselamatkan menggunakan kekuatan unik gadis itu.     

Ketika melewati area yang cukup sepi, Gavin bertanya ke Zivena, "Ehh, Zi, gimana kalau kita munculkan wujud fisik kita?"     

"Hm?" Zivena menoleh ke Gavin di sebelahnya.     

"Yah, sesekali pakai wujud fisik dan jalan kayak manusia biasa, gak apa-apa, kan?" Gavin sedikit menyesal sudah memberi saran demikian. Dia khawatir bila Zivena akan kesal atau semacam itu pada permintaannya.     

"Hghh, ya sudah." Tidak disangka-sangka, ternyata Zivena mengiyakan dan karena daerah itu sepi, dia segera mengubah wujudnya ke bentuk fisik nyata.     

Gavin tidak mau berlama-lama kaget dan mengikuti Zivena dan mengubah wujudnya ke fisik nyata juga. Kemudian, mereka mulai berjalan, menggunakan kaki, tidak lagi terbang.     

Sebenarnya, Gavin hanya ingin merasakan berjalan-jalan seperti sedang berwisata. Rasanya akan terlalu melelahkan hati jika misi berat seperti itu harus dijalani dengan sikap kaku dan tidak bersantai sedikit sebagai hiburan.     

Mereka berjalan sampai menemukan sebuah perkampungan cukup padat.     

Baru saja mereka masuk ke sana, sudah ada ribut-ribut terdengar langsung.     

"Berikan dia air kelapa muda!"     

"Tidak, tidak, biar aku tekan keras-keras saja jempol kakinya begini!"     

"Carikan kertas jimat!"     

"Aku ambil dulu sapu lidi!"     

Teriakan orang-orang bercampur aduk dengan teriakan seorang wanita muda. Suasana juga cukup heboh. Ada banyak orang mengelilingi seseorang.     

Zivena segera merasa bahwa ini adalah misinya. Ia pun berlari ke kerumunan itu dan bertanya dengan bahasa mereka. "Ada apa?" tanyanya kepada seorang ibu paruh baya di depannya.     

Ibu yang ditepuk pundaknya oleh Zivena segera menoleh ke belakang. Dia tampak heran bukan main karena ada orang asing berambut pirang yang fasih berbahasa Vietnam.     

"Ada yang kesurupan." Malah seorang lelaki muda yang menjawab Zivena karena si ibu paruh baya tadi masih saja termangu menatap Zivena.     

"Kesurupan?" Zivena cukup asing dengan kosa kata tersebut.     

"Kemasukan roh jahat." Lelaki muda itu menjelaskan.     

"Ohh." Barulah Zivena mengangguk dan dia makin menyibak kerumunan untuk melihat orang yang dimaksud sedang mengalami kesurupan tadi.     

Ketika Zivena dan Gavin berhasil tiba di barisan depan kerumunan, keduanya mendapati ada beberapa orang yang sedang repot memegangi seorang wanita muda yang meronta di tanah. Kakinya dipegangi dua pria dan ada yang memijit kuat-kuat jempol kakinya. Selain itu, dua tangannya juga dipegangi kanan dan kiri.     

"Arrghh! Lepaskan aku, dasar kalian biadab! Manusia biadab!" teriak wanita muda itu.     

"Ya ampun, ini sudah lebih dari 7 jam tapi kenapa roh yang merasukinya tidak juga keluar? Padahal penari Hau Dong kita sudah tersadar sejak kemarin!" Seorang wanita tua terdengar berkeluh-kesah memperlihatkan iba dia terhadap wanita muda itu.     

"Ya! Batasnya adalah 7 jam, tidak lebih! Ini sungguh tidak normal! Pasti ada yang salah!"     

"Aku tak yakin dia gadis yang dipilih untuk Hau Dong kita. Aneh saja. Kita sudah ada cenayang tersendiri. Ini artinya gadis itu bukan yang ditakdirkan untuk Hau Dong ini." Wanita tua lainnya menanggapi.     

"Kasihan Nha Linh. Dia kemarin hanya menonton dan tiba-tiba malah dirasuki pada pagi ini."     

"Jangan-jangan Nha Linh sudah membuat marah roh yang kita undang kemarin!"     

"Entahlah. Padahal biasanya kalau kita mengadakan Hau Dong, tidak ada kejadian seperti ini."     

Zivena dan Gavin terus mendengarkan obrolan di dekat mereka seakan sedang mengumpulkan informasi sebanyak mungkin.     

"Apa itu Hau Dong?" tanya Gavin ke Zivena.     

"Nanti saja ditanyakan. Sekarang, yang terpenting, selamatkan dulu wanita itu." Zivena yakin bahwa ini memang sudah ditakdirkan untuk menjadi misi dia selanjutnya. "Apalagi dia sampai dicambuki begitu dengan sapu lidi, kasihan."     

Zivena maju lebih ke depan hingga mendekat ke orang-orang yang memegangi wanita itu. "Gav! Sini, pegangi dia!" seru Zivena.     

Orang-orang yang di sana terkejut pada teriakan Zivena. Mereka saling bertanya-tanya dan bunyi dengungan segera terdengar ketika Gavin maju untuk mematuhi perintah Zivena.     

"Ehh! Tunggu dulu! Kau hendak apa, gadis manis?" tanya seorang lelaki tua, berusaha mencegah Zivena lebih bergerak maju.     

"Aku ingin menyelamatkan dia." Zivena menunjuk ke wanita yang masih meronta dan berteriak kalap sambil memaki.     

"Jangan sembarangan bertindak, Nak! Dia itu sedang kemasukan roh. Aku masih mengupayakan agar cenayang Minh Thuy bisa datang secepatnya. Biar dia saja yang menangani Nha Linh." Lelaki tua berusaha mencegah Zivena karena khawatir akan keselamatan Zivena.     

"Tolong yakin pada saya saja, Pak." Zivena menatap lelaki itu dengan pandangan tajam untuk menunjukkan keseriusannya. Kemudian, dia menoleh ke belakang mencari Gavin. "Ayo, cepat pegangi dia!"     

"Siap!" Gavin memberi sikap hormat sebelum maju ke dekat wanita bernama Nha Linh yang kesurupan. "Permisi Bapak dan Ibu, percaya saja pada kami, semua bisa ditangani. Tolong serahkan dia ke kami."     

Karena cenayang yang dipanggil belum juga datang, maka tak ada pilihan bagi warga di situ untuk bersikeras. Meski tidak sepenuhnya memercayai Zivena dan Gavin yang terlihat seperti anak remaja, apalagi tampang Zivena sangat asing, sangat bule, itu membangkitkan sikap skeptis mereka.     

Namun, Gavin tak perduli dan lekas mengambil alih tubuh Nha Linh. Dia mengangkangi tubuh Nha Linh d tanah agar bisa mencekal dua tangan wanita muda itu.     

Yang tidak disangka-sangka, Nha Linh tiba-tiba saja meraung sambil melotot dan mendorong Gavin dengan tenaga yang besar, tenaga yang tak masuk akal dimiliki manusia biasa. Gavin sampai nyaris terpental.     

Nha Linh yang terbebas dari kungkungan Gavin hendak kabur dari sana. Tapi, sebelum niat itu terlaksana, Gavin sudah meraih pinggang Nha Linh dan lekas mengunci dua lengan wanita itu dari belakang      

Gerakan ini menyebabkan Nha Linh agar kesulitan bergerak melawan karena Gavin memegangi dia dari belakang. Dia mencoba berontak tapi kuncian Gavin lebih erat semakin dia memberontak.     

Zivena mulai maju berhadapan dengan Nha Linh yang mulai pucat dan penuh dengan peluh di sekujur tubuhnya. Dia tidak malu atau gentar di tengah tatapan orang-orang yang mengerumuninya. "Masih tidak ingin keluar? Harus kupaksa, heh?" Zivena berbicara dengan bahasa yang sama sekali tak dipahami orang Vietnam.     

Mendengar kalimat Zivena, tiba-tiba saja mata Nha Linh melotot kaget. "Siapa kau?! Kenapa kau bisa bicara bahasa iblis?!" serunya menggunakan suara berat dan besar, sungguh bukan suara Nha Linh biasanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.