Devil's Fruit (21+)

Gavin Mendambakan Wisata di Pattaya



Gavin Mendambakan Wisata di Pattaya

0Fruit 1399: Gavin Mendambakan Wisata di Pattaya     

Thailand, sambutlah dua orang spesial itu!     

Zivena dan Gavin telah sampai di tanah Thailand, tepatnya di Bangkok. Mereka turun dari pesawat dan terlihat wajah Gavin secerah mentari sedangkan Zivena sedingin bulan.     

"Zi, ke mana enaknya, nih?" tanya Gavin sambil mereka berjalan keluar dari bandara.     

"Tentu saja ke rumah sakit. Di sana bisa panen banyak. Kenapa? Apa kau berharap aku akan memilih pantai untuk mencari pasien? Yah, kalau di sana ada pasien koma atau gawat darurat sih tak apa." Zivena melirik disertai kalimat sindiran.     

"Ehem! Iya, iya, ayo kita cari rumah sakit." Gavin tak ingin membuat Zivena kesal. Dia harus menenangkan gadis ini dulu sebelum nanti dia akan membujuk Zivena untuk lebih santai.     

"Kita pakai wujud transparan saja." Zivena langsung mengubah dirinya menjadi tak kasat mata.     

"E-Ehh! Jangan buru-buru begitu, Zi!" Gavin celingak-celinguk dulu untuk memastikan tak ada orang di sekitar mereka dan kemudian mengikuti Zivena terbang.     

Keduanya lekas mencari rumah sakit terdekat dan setelah menemukan, Zivena segera menjalankan aksinya seperti biasa. Karena dia memiliki kekuatan baru sebagai penyembuh yang hampir mirip seperti Shona, maka kekuatan itu sangat bermanfaat jika digunakan di rumah sakit.      

Ada sebanyak 27 pasien yang disembuhkan Zivena di sana. Semuanya adalah penyakit-penyakit berat seperti koma, kanker, dan jantung. Ini membuat bola kristal kebajikan terisi cukup banyak.     

"Ayo ke rumah sakit lainnya." Zivena memimpin dan Gavin mengikuti.      

Selama seharian itu, mereka sudah menyambangi 4 rumah sakit dan mengumpulkan banyak kebajikan sesuai syarat dari malaikat pada waktu itu. Kebajikan yang intinya adalah menolong manusia, apapun cara dan metode yang digunakan.     

Meski sempat adu argumen dengan beberapa grimreaper yang kesal karena dianggap mengganggu tugas mereka, namun Zivena dengan lidah tajamnya selalu bisa memenangkan perdebatan.     

"Aku diberi misi oleh malaikat untuk menolong manusia apapun bentuk dan caranya. Jika kau hendak protes, cepat temui malaikat itu! Lagipula, kalau yang ini aku selamatkan, kau kan bisa cari manusia lainnya di daftarmu. Anggap saja kita adu cepat. Tak perlu meributkan hal sepele begini, kan?" Demikian Zivena memberikan omelan ke grimreaper yang mendebatnya.     

Setelah seharian melakukan banyak penyelamatan, Zivena dan Gavin terbang gontai meninggalkan rumah sakit terakhir untuk hari ini.     

"Lanjut besok saja." Zivena segera mengambil Buah Energi Roh dari tas mungil yang di selempangkan untuk dimakan sebagai pemulih tenaga. Tas itu mirip seperti cincin ruang yang biasa beredar di Underworld untuk menyimpan berbagai barang. Namun, Zivena dibuatkan kakaknya tas mungil alih-alih cincin ruang.     

Zivena tak suka memakai cincin, karenanya Jovano membuatkan ruang penyimpanan dalam bentuk benda yang disukai Zivena, yaitu tas. Meski ilmu penempaan Jovano cukup tinggi, namun dia masih kurang dalam hal ilmu formasi. Benda ajaib seperti ruang penyimpanan membutuhkan kemampuan formasi yang mumpuni. Jika ilmu formasi Jovano sudah mencapai tingkat tinggi, mungkin dia bahkan bisa menempa ruang penyimpanan jiwa yang bisa memasukkan makhluk hidup di dalamnya seperti alam Cosmo.     

Oleh sebab itu, Jovano hanya bisa membuatkan tas penyimpanan yang kapasitasnya hanya seukuran kamar tidur kecil. Namun, bagi Zivena, itu sudah sangat keren dan dia menyukainya.     

Makanya, semenjak menjalankan misi, Zivena memakai tas selempang mungil itu. Sangat memudahkan dia, tak perlu repot membawa-bawa berbagai barang di tangan.     

"Zi, bersantai dulu, yuk!" ajak Gavin setelah petang usai dan berganti malam.     

Menyadari bahwa Gavin mendambakan suasana pelesir, Zivena berbaik hati dan mengangguk.      

"Zi, pakai wujud fisik saja, yah!"     

Zivena mengangguk lagi dan mengganti wujud mereka ke tubuh fisik.     

"Zi, jalan-jalan ke pantai atau sekitarnya, yuk! Atau kita bisa menyewa kamar di penginapan dekat pantai! Gimana? Kau setuju, ya kan? Besok kita akan keliling lagi cari pasien."     

Mata Zivena menatap lekat Gavin tanpa berkedip. Lalu dia berkata, "Hmhh, sepertinya kau sudah tak tahan. Huh! Ya sudah, karena aku ini orang baik dan pengertian, kali ini aku iyakan kemauanmu."     

Betapa gembiranya Gavin mendengar persetujuan dari Zivena. "Makasih, Zi! Kamu emang baik dan keren! Sumpah!" Gavin sampai menggenggam tangan Zivena saking senangnya.     

"Euwh! Jangan pegang-pegang aku! Tanganmu itu biasa pegang perempuan, apalagi di bagian … euwhh! Pokoknya jangan pegang aku!" Zivena sampai tak berminat menyebutkan hal yang bagi dia menjijikkan.     

Gavin terkekeh, tidak tersinggung. Dia sudah terbiasa diberi ucapan pedas. Ahh, mungkin dia telah terlatih sejak dulu oleh Ivy, makanya bisa tahan dengan celotehan pedas Zivena.      

Jangan-jangan Gavin sekarang sudah berubah menjadi sosok masokis.     

Mereka berjalan gontai mencari arah ke pantai terdekat. Tapi, mendadak saja Gavin berkata, "Zi, bagaimana kalau kita ke Pattaya?"     

"Heh?" Zivena berhenti berjalan. Dia tidak bodoh untuk mengetahui seperti apa itu tempat bernama Pattaya. Seketika keningnya berkerut.     

Respon dari Zivena membuat Gavin cemas. "Err … iya sih, di sana dikatakan sebagai kota wisata s3ks. Um, tapi jangan hanya memandang aspek yang itu aja, Zi. Justru di tempat seperti itu pasti ada banyak pasien. Percayalah!"     

"Huft! Ya sudah, ya sudah! Aku ini orang baik, kau harus ingat itu! Lalu, sekarang bagaimana ke sana?" Zivena sudah ingin menyentuh kasur dan lekas beristirahat. Dia sudah bekerja seharian penuh dan butuh memulihkan tenaga. Bagaimana pun, dia masih gadis belia dengan kekuatan belum sepenuhnya sempurna. Ia mudah lelah. Buah roh yang dia makan hanya memberi asupan sedikit energi baginya. Ia sangat membutuhkan tidur untuk pemulihan cepat.     

"A-Aku lihat dulu di internet." Gavin pun mengeluarkan ponsel pintarnya dan mencari cara ke Pattaya. "Wah, dari sini sekitar 3 jam dengan menggunakan kereta, Zi. Itu pun hanya ada di pagi dan siang. Untuk malam, sudah tak ada."     

"Huft! Kalau begitu tid—"     

"Zi, aku bisa menggendongmu terbang dengan sangat cepat!"      

Zivena mematung dengan mata tajam menatap Gavin. "Dipegang tanganmu saja aku tak mau apalagi digendong, Gavin!"     

"A-Aha ha ha … lalu bagaimana? Hanya itu satu-satunya cara ke sana dengan cepat." Gavin menggaruk belakang kepalanya dengan sikap gugup, takut ini batal. Padahal dia sudah mendambakan wisata istimewa di Pattaya.     

"Sewa mobil! Lakukan dengan cepat!" Zivena tak mau tahu.     

"O-Oke! Kau mau ikut atau menunggu di sini?" tanya Gavin sambil melihat ke sekeliling. "Ahh, itu di sana ada kafe 24 jam, kau bisa duduk menunggu di sana sambil aku cari mobil sewaan, yah!"     

"Hmph! Ya sudah! Jam berapa ini?"      

"Ini masih jam setengah 7 malam. Masih sempat untuk menyewa mobil."     

"Ya sudah! Cepatlah!"     

"Siap, Zi!"     

Zivena pun melangkah kesal ke kafe yang ditunjuk Gavin. Lalu dia duduk dan memesan jus buah serta camilan untuk pembunuh waktu saat menunggu Gavin.     

Sementara itu, Gavin berlari cepat mencari tempat persewaan mobil. Dia berulang kali bertanya ke orang di dekatnya, hingga ada salah satu yang mau menunjukkan persewaan mobil yang diketahui bagus.     

Setelah mendapatkan alamat pasti tempat persewaan mobil itu, Gavin bergegas lari ke sana tanpa memerdulikan pandangan heran orang tadi.     

Sesampai di tempat persewaan mobil, Gavin menggunakan kekuatan dia untuk membujuk petugas di meja resepsionis agar diberikan mobil paling bagus dan prima untuk disewa sampai seminggu. Dia dengan percaya diri akan berlibur di Thailand selama itu.     

Petugas itu patuh begitu saja dengan permintaan Gavin dan menerima uang pembayaran penuh. Kemudian, menyerahkan kuncinya ke Gavin.     

Tak sampai setengah jam sejak Zivena menikmati waktu santainya di kafe, Gavin sudah muncul sambil membawa mobil.      

"Yuk, Zi!"     

"Hm, cepat juga kau."     

Lalu, keduanya memulai perjalanan darat mereka menggunakan mobil. Gavin tentu saja menjadi pengemudinya dan Zivena duduk di sebelahnya sambil melandaikan jok agar bisa rebah santai pada 3 jam perjalanan ini.     

Namun, tentu saja Gavin tidak akan membiarkan perjalanan ini berlangsung 3 jam. Dengan kemampuan dia, Gavin memangkas perjalanan hingga menjadi 1,5 jam. Jangan bayangkan seperti apa gilanya dia ketika menyetir.     

"Nah, Zi … selamat datang di Pattaya!" Gavin tersenyum lebar sambil menepuk kemudi dengan rasa bangga dan bahagia.     

Zivena membuka matanya dan tampaklah suasana hiruk pikuk Pattaya. Bahkan mereka sudah berada di area dekat pantai. "Cepat cari penginapan. Urus semuanya karena ini kamu yang ingin."     

"Siap, Zi!" Gavin membuka Gugel untuk mencari penginapan terbaik di Pattaya dan dia pun menemukannya. Dia lajukan mobil ke sana. Ia tak sabar ingin mencicipi 'keindahan' Pattaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.