Devil's Fruit (21+)

Bertemu Setan Wanita



Bertemu Setan Wanita

0Fruit 1401: Bertemu Setan Wanita     
0

Gavin sangat menikmati kehidupan malam di Pattaya. Dia mempergunakan kesempatan yang diberikan Zivena dengan sebaik mungkin. Berulang kali dia melampiaskan hasratnya ke beberapa wanita muda secara beruntun seakan tak kenal rasa lelah.     

Mana mungkin pemenang arena gladiator iblis seperti dia merasa mudah lelah?     

Seperti saat ini ketika seorang wanita muda Thailand yang cantik membawa dia ke sebuah motel, Gavin patuh dengan menahan air liurnya karena kecantikan paripurna wanita itu.     

Dalam hatinya, Gavin bertanya-tanya, jangan-jangan wanita ini seorang artis di Thailand. Ahh, tapi itu mustahil. Mana ada artis yang bekerja sebagai prostitusi terang-terangan begini? Mereka biasanya melakukannya secara sembunyi-sembunyi, ya kan? Banyak yang seperti itu di seluruh penjuru dunia, tak perlu munafik mengenai itu.     

Tidak perlu membuang banyak waktu untuk basa-basi, Gavin dan wanita yang mengaku bernama Minzi itu bergumul liar di atas ranjang.      

Namun, karena Gavin ingin menggunakan kemampuan incubus dia, maka dia lebih banyak mengambil kendali dengan sebanyak mungkin menyesap cairan dari organ intim Minzi.     

Minzi berulang kali menjerit puas ketika lidah dan tangan Gavin tidak berjeda memberikan layanan memuaskan pada organ intimnya, sampai-sampai dia hampir pingsan saking banyaknya mendapatkan orgasme melalui cara itu.     

Saat Minzi nyaris pingsan, mendadak saja Gavin menjejalkan batang jantan dia ke liang basah kuyup Minzi sebelum menghentakkannya kuat-kuat dan cepat.     

"Arghh! Tuan! Arrghh!" Minzi sampai terlonjak-lonjak akibat hentakan kuat Gavin. Dia berpegangan pada kepala ranjang agar bisa menahan kuatnya hentakan yang diterima. Meski begitu, Minzi puas, sangat puas atas permainan Gavin. Bahkan, dia tidak keberatan jika dijadikan pacar sementara Gavin andai lelaki itu mau.     

Gavin menggila di atas tubuh  Minzi dan menganggap wanita muda itu bagaikan mainannya yang bisa mudah dia bolak-balik sesukanya, hingga Minzi pun terus mengalami orgasme dan pingsan.     

Melihat Minzi pingsan, Gavin terkekeh dan tetap melanjutkan aksinya di tubuh Minzi hingga puas. Setelah itu, dia menaruh berlembar-lembar dolar pecahan terbesar di atas meja nakas lalu pergi.     

Meski dua jam lebih menggumuli Minzi, namun Gavin sama sekali belum merasa lelah. Dia masih ingin mencari mangsa berikutnya. Sudah berapa lama semenjak terakhir dia merasakan nikmatnya senggama? Terakhir adalah dengan Egrima.     

Menepis kesedihan ketika mengingat Egrima, Gavin pun melangkah gontai hendak keluar dari motel itu. Dua tangan dimasukkan ke saku, berjalan menuruni tangga untuk menuju ke lobi motel.     

Namun, baru setengah perjalanan menuruni tangga dilantai 3, terdengar suara minta tolong dari sebuah kamar. Tadinya Gavin tidak ingin menggubris itu karena bukan tugasnya untuk mencampuri urusan manusia dan manusia.     

Tetapi, langkah Gavin segera berhenti ketika dia mencium bau pekat makhluk supernatural. Dia mengernyitkan kening dan segera mencari kamar mana yang menebarkan aroma itu.     

Ternyata itu berasal dari kamar yang tadi terdengar jeritan minta tolong seorang lelaki.      

Segera saja Gavin mendobrak pintu hingga terbuka paksa. Dua makhluk beda ras itu pun menoleh bersama-sama ke arah pintu.     

Di sana, Gavin melihat ada sosok perempuan yang menyeramkan sedang menindih turis lelaki di bawah kakinya. Mata putih dari sosok itu menatap Gavin dan mulut berdarahnya membuka menunjukkan taring yang mengintimidasi.      

Lekas saja Gavin melesat cepat untuk mendorong sosok itu hingga sosok perempuan menyeramkan itu terhempas di dinding dan menghilang.     

Gavin melirik ke turis yang dadanya sudah berdarah-darah, bertanya, "Apa kau masih bisa bertahan?"     

Turis itu mengangguk lemah. Gavin pun menghubungi nomor ambulans agar lelaki itu bisa segera ditangani medis.      

"Aku tinggal, tak apa kan?" Gavin bertanya lagi ke lelaki itu.     

"Iya, tak apa. Aku … aku masih kuat." Turis itu menjawab dengan suara pelan karena masih syok usai diserang sosok menyeramkan tadi. Dia sudah telanjang dan kini menutupi tubuhnya dengan selimut.     

Gavin pun berlari keluar dari kamar itu untuk memanggil orang di meja resepsionis. "Ada yang terluka di kamar 6 lantai 2. Dia berdarah, aku sudah memanggil ambulans. Aku sekarang akan mengejar pelakunya!" Lalu dia berlari cepat mengejar sosok seram tadi.     

Orang di meja resepsionis hanya termangu, namun tersadar dan segera berlari ke kamar yang disebutkan Gavin, mendapati seperti apa yang dikatakan Gavin tadi.     

Sementara itu, Gavin mengejar sosok tadi menggunakan aroma yang sudah dia kenali. Melacak ke sana kemari hingga akhirnya dia bertemu dengan sosok itu di sebuah area pinggiran yang memiliki vegetasi rimbun dan tinggi.     

"Kenapa kau mengikuti dan menggangguku?" Sosok itu melototkan mata putih berbintik hitam kecilnya ke Gavin, terlihat seram dan mengintimidasi.     

"Aku tak bisa menerima tindakanmu tadi ke manusia itu." Gavin menyahut. Suasana di sekitarnya cukup sepi.     

"Itu sudah menjadi kebiasaanku! Jangan ikut campur!" Sosok tadi menjerit keras membuka mulut berdarah-darahnya.     

"Tidak bisa kalau ada aku di sini." Lalu, Gavin melesat menerjang sosok itu.     

Namun, mendadak sosok itu berubah menjadi wanita sangat cantik memukau untuk mengganggu tindakan Gavin. "Tuan tampan, kenapa kita tidak berdamai dan bersenang-senang saja?"     

Gavin hampir mengurungkan niatnya ketika melihat kemolekan wanita di depannya. Dia menghentikan gerakannya namun kemudian lekas sadar bahwa ternyata dia hendak dihipnotis menggunakan kecantikan setan wanita itu. "Kau setan sialan!"     

Karena gagal menghipnotis Gavin menggunakan kecantikannya, maka sosok seram itu pun kembali ke wujud semula dan mengubah dirinya menjadi sosok tak kasat mata.     

Namun, itu tidak mempan untuk Gavin. Dia dengan cepat ikut menjadi sosok tak kasat mata pula untuk mengejar setan wanita yang hendak kabur.      

Setan wanita itu terkejut luar biasa ketika melihat Gavin ternyata bisa mengubah wujud seperti dirinya. Baru di sinilah dia menyadari bahwa Gavin bukan manusia biasa. "Kau! Kau ini apa?!" teriak setan itu.     

"Silahkan tebak sendiri." Gavin dengan cepat menghantamkan kepalan tinjunya ke setan itu sehingga setan wanita pun terhempas hingga menabrak pohon besar di belakangnya.     

Tak lama dari itu, muncul sosok serupa sejenis setan wanita itu. Mereka semua bergaun putih panjang dengan rambut panjang berantakan dan wajah menyeramkan.     

Rupanya area itu termasuk markas setan wanita sejenis dari yang tadi ditinju Gavin.     

"Siapa kau? Kenapa mengacau di wilayah kami?" Setan wanita lain menghardik Gavin.      

"Aku adalah leluhurmu!" teriak Gavin sambil melayangkan tinju ke beberapa setan wanita di dekatnya. Dia sudah dikepung belasan setan sejenis itu.      

"Dia … sepertinya dia tak bisa diremehkan!" Salah satu setan wanita berteriak usai menerima hantaman tinju Gavin yang sangat menyakitkan.      

Mereka hendak berhamburan kabur, namun Gavin lekas mengeluarkan kapak kembar dia dan melesat cepat ke berbagai arah untuk menebas semua setan wanita itu.     

"Hi hi hi … rupanya ada iblis palsu sedang bermain-main di sini." Seketika, muncul sosok iblis di sana usai menyaksikan Gavin menebas beberapa setan wanita.      

"Se-Setengah iblis?" Salah satu setan wanita berteriak kaget, katanya, "Apa maksudnya itu?"     

"Dia anak incubus dengan manusia, benar?" Iblis itu tertawa kecil sambil menunjuk ke Gavin menggunakan jari panjang kurus berkuku tajam.     

"Sepertinya aku sudah ketahuan, yah!" Gavin terkekeh.     

"Yang Mulia, lindungi kami!" Setan wanita yang berhasil menghindari serangan Gavin mengiba ke iblis tadi.     

"Ohh, rupanya mereka anak buahmu." Gavin kini paham.     

"Sepertinya aku sudah ketahuan, yah!" Iblis itu membalas Gavin. Ia menyeringai sebelum melesat menerjang Gavin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.