Devil's Fruit (21+)

Karma Instan?



Karma Instan?

0Fruit 1404: Karma Instan?     

Baru saja Alan hendak beranjak ke kamar mandi karena Doug sempat muntah di celana Alan, dia mendengar jeritan Doug. Dia segera berlari ke Doug dan melihat temannya sudah terkapar di lantai dan darah keluar dari mulutnya.     

"Doug! Doug!" Alan segera menggapai Doug yang tergeletak di tanah.     

Bukannya memberikan sahutan, Doug malah batuk darah. Ini tentu saja mengakibatkan kepanikan pada Alan ketika melihat situasi yang terjadi pada temannya.     

Bergegas, Alan membangkitkan Doug untuk direbahkan ke kasur lagi. Namun, baru saja Doug rebah, dia terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah kembali.     

Alan meraih telepon hotel untuk menanyakan cara memanggil ambulans. Dia sangat panik. Akan menjadi hal buruk jika sampai Doug kenapa-kenapa. Dia sudah dipercaya oleh keluarga Doug untuk menjaganya ketika berlibur ke Thailand. Ia tak mau dimurkai ayah dan ibu Doug. Apalagi keluarga Doug sudah membiayai segala keperluan Alan selama berlibur bersama Doug.     

Tak berapa lama, pintu kamar diketuk dan Alan membukanya. Itu adalah petugas hotel yang datang untuk melihat kondisi Doug. Pihak hotel pastinya akan mengusahakan datangnya ambulans supaya Doug tidak mati di hotel mereka. Itu akan menjadi preseden buruk jika terjadi.     

Kematian seorang turis di hotel tentunya bukan hal yang diharapkan hotel manapun. Mereka tidak ingin hal demikian memengaruhi rating hotel mereka.     

Setelah ambulans datang, orang mulai berkerumun karena hiruk-pikuk tak terhindarkan oleh pegawai hotel yang sibuk lalu-lalang di sepanjang lorong lantai tersebut.     

"Ada apa? Ada apa?"     

"Sepertinya ada yang sakit."     

"Wah, dia sampai muntah darah! Mengerikan!"     

"Wow, apa dia membawa penyakit serius ke sini?"     

"Ughh, mengerikan sekali melihat baju orang itu sampai basah kuyup oleh muntahan darahnya sendiri. Sumpah, itu menyeramkan!"     

Sementara para penghuni hotel mulai keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi, petugas hotel sibuk meminta agar para penghuni untuk tidak memotret ataupun merekam kejadian itu.     

Hingga akhirnya ambulans pun meraung-raung ketika tiba di depan hotel tersebut.      

Gavin baru saja menyelesaikan ronde kedua dan mendengar sirene ambulans. Ternyata secara kebetulan, hotel tempat dia membawa Wind dan Cherry sama dengan yang ditempati Alan dan Doug. Hanya beda lantai saja.     

"Sebentar, cantik-cantikku. Aku ingin keluar untuk melihat apa yang terjadi. Kalian santai saja di sini, nanti aku kembali." Gavin meraih kepala kedua gadis untuk dikecup sebelum dia pergi keluar mencari tahu ada apa gerangan.      

Ketika dia tiba di lobi, ambulans sudah membawa Doug turun ke lobi dan lekas memasukkannya ke mobil mereka. Gavin hanya sempat melihat Alan yang berlari menyusul petugas ambulans dan lalu ikut naik ke mobil.     

"Loh? Bukannya itu yang tadi?" Gavin bertanya-tanya sendiri. Karena bingung, dia pun bertanya ke salah satu wanita muda di dekatnya. "Apa ada sesuatu yang terjadi?"     

Wanita itu menoleh dan menjawab Gavin, "Aku tak tahu pastinya, tapi aku melihat ada turis lelaki yang dibawa ke mobil ambulans dan dia muntah darah terus."     

"Muntah darah?" Gavin mengerutkan kening. "Apakah dia berambut merah?"     

"Ya, dia berambut merah." Wanita itu menjawab.      

Segera, pikiran Gavin melayang ke Doug. Di hatinya, dia bertanya-tanya, apakah Doug langsung mendapatkan karma karena merusak dan mengencingi rumah roh sebelum ini? Wow, karma instan kah?     

Mata Gavin tidak bisa tidak menatap wanita muda di sebelahnya, tinggi semampai dan berdada penuh, tercetak dari kaos putih tipis tanpa lengan yang dipakai. Berikut celana jins pendek ketat yang memperlihatkan bongkahan pantat kencang sangat memikat minatnya.     

Jakun Gavin bergerak naik-turun. Ia mencoba peruntungannya. "Apakah … Nona turis juga?"     

"Ohh, ya, aku turis dari Singapura." Wanita itu menjawab. Wajahnya memang cantik dengan rambut cokelat yang dicepol sembarangan, mungkin dia tergesa-gesa keluar dari kamar untuk melihat keributan apa yang ada di hotel ini.     

"Aku dari Jepang. Namaku Gavin." Dia menjulurkan tangan untuk mengajak berkenalan.     

"Ohh, aku Livenia." Gadis asal Singapura bernama Livenia menyambut uluran tangan Gavin dan tersenyum, sangat manis. Wajahnya perpaduan oriental dan juga memiliki fitur orang barat. Mungkin dia blasteran.     

"Kau ke sini dengan pacarmu?" tanya Gavin.     

"Ahh, bukan. Dengan teman, kok!"     

Mendengar jawaban Livenia, Gavin langsung paham bahwa Livenia sedang memberikan sinyal lampu hijau padanya.     

Tapi, ketika Gavin hendak bicara lagi, Livenia sudah bertanya lebih dulu, "Kau sendiri, apakah sedang dengan pacarmu?"     

"Ohh? Tidak, tentu tidak. Aku berlibur sendirian saja ke sini." Gavin tentu harus berbohong untuk tujuan terselubungnya.     

"Wah, kau lelaki pemberani," puji Livenia.     

"Ohh, itu hal biasa untukku." Gavin semakin meninggikan diri. "Saat ini kau menginap di sini dengan temanmu?"     

"Ya. Tapi dia sedang berada di luar. Mungkin mencari pasangan instan di luar." Livenia mengangkat cepat bahunya.     

"Bagaimana kalau aku menemanimu sebentar daripada kau bosan menunggu temanmu?" tawar Gavin.      

"Hm, sepertinya itu tidak terdengar buruk. Baiklah. Ke kamarku?" tanya Livenia sekedar memastikan.     

"Boleh saja." Gavin tersenyum. Sebagai keturunan iblis Incubus, mana mungkin wanita bisa menolak feromon pesona dia? Bahkan perawan lugu pun pasti akan jatuh dalam perangkap birahi Gavin.     

Livenia sudah membawa Gavin ke kamarnya, dan tidak menunggu waktu lama bagi mereka untuk saling 'mengakrabkan diri' dengan cara bergumul dan mendesah.     

Malam sudah beranjak ke dini hari ketika Gavin usai memuaskan hasrat dengan Livenia sampai 3 ronde. Kemudian, dia mengecup kening Livenia saat gadis itu tertidur lemas dan Gavin pun keluar dari sana untuk kembali ke kamarnya sendiri. Wind dan Cherry pasti sedang menunggunya.     

Selanjutnya, sisa waktu sebelum matahari terbit pun digunakan Gavin untuk melanjutkan permainan panasnya bersama Wind dan Cherry.      

Tepat ketika jam menunjukkan pukul 3 pagi, Gavin sudah menyelesaikan misi spesialnya pada Wind dan Cherry dan membuat kedua gadis itu terkapar di ranjang.     

Ia memutuskan akan pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Doug. Tak lupa, dia menaruh tumpukan uang dolar di meja nakas agar besok bisa dilihat Wind dan Cherry. Bagaimanapun, kedua gadis manis itu sudah memuaskan dia, maka harus diapresiasi.     

Sedangkan terhadap Livenia, Gavin tidak memberikan uang karena dia yakin itu tidak dibutuhkan Livenia dari pergumulan intim mereka. Pastinya Livenia tidak kekurangan uang dan hanya butuh teman 'mengobrol' daripada bosan.     

Gavin bergegas mengganti wujudnya menjadi tak kasat mata dan melesat melacak Doug. Berbekal informasi dari petugas hotel sebelum ini, akhirnya Gavin menemukan Doug di sebuah rumah sakit tak jauh dari hotel tersebut.     

Ia melihat Doug masih saja muntah darah dan petugas medis sibuk menangani dia. Sedangkan Alan duduk dengan kepala tertunduk di ruang tunggu IGD, berharap temannya bisa lekas pulih.     

Gavin beralih lagi ke Doug dan setelah dia mengerutkan kening untuk lebih fokus, dia melihat sosok samar seperti perempuan berbaju tradisional Thailand berwarna hijau. Sosok bergaun hijau itu berdiri tak jauh dari Doug.     

Wajah sosok itu cukup menyeramkan meski tidak seperti Phi Tai Hong. Namun, tetap saja fitur yang ditampilkan sosok tersebut termasuk seram, matanya melotot ganas ke Doug dan di wajahnya terdapat guratan-guratan seperti luka sayatan berdarah. Matanya merah terang dengan tangan bercakar panjang terarah ke Doug tanpa berniat menyentuh Doug.     

Namun, meski tangan itu tidak menyentuh Doug, sepertinya itu yang mengakibatkan Doug muntah darah berulang kali. Apakah kekuatan sosok itu keluar dari cakar itu?     

Akhirnya, Gavin pun mendekati sosok itu karena dia memiliki firasat bahwa sosok itu adalah pelaku dari apa yang terjadi pada Doug sekarang ini.     

"Halo." Gavin menyapa sosok itu.      

Seketika, sosok tersebut berpaling ke Gavin dan memasang sikap waspada tinggi, bersiap menyerang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.