Devil's Fruit (21+)

Beralih ke Negara Berikutnya



Beralih ke Negara Berikutnya

0Fruit 1408: Beralih ke Negara Berikutnya     

Hari-hari berikutnya Zivena dan Gavin di Pattaya memang cukup sibuk, karena di sana ada banyak orang yang bertingkah gila dan konyol. Dari yang bermain-main dengan hal supernatural Thailand hingga kecelakaan lalu lintas akibat mabuk.     

Dua hal itu yang paling menyita waktu Zivena tapi dia senang mendapatkan banyak 'kasus' karena dengan begitu dia dengan mudah mengumpulkan cairan keemasan untuk mengisi bola kristalnya.     

Dia jadi punya pengalaman baru bertarung dengan makhluk astral dari Thailand seperti hantu Pret yang merupakan perwujudan dari jiwa-jiwa orang yang saat hidupnya terlalu materialistis dan tak tahu terima kasih, wujudnya setinggi pohon kelapa dan punya napsu makan sangat tinggi meski mulutnya kecil.     

Kemudian ada hantu Phi Lang Kluang yang sering menyamar menjadi wisatawan dan berbaur dengan turis lainnya hingga saatnya ketika berada di tempat sepi, dia akan meminta orang yang dia ajak berjalan untuk menggarukkan punggungnya dan ternyata punggungnya berisi luka menganga dan penuh akan nanah, belatung, cacing atau serangga menjijikkan lainnya.     

Lalu, keduanya juga sempat bertemu beberapa Nang Tani meski tidak sampai bentrok karena sejatinya merupakan jin baik yang tidak banyak berulah ke manusia, kecuali manusia terlebih dahulu memprovokasinya.     

Selanjutnya, ada juga hantu Phi Am yang sering mengakibatkan orang mengalami ketindihan saat tidur. Hantu wanita ini biasa menyerang pria, tak pernah menyerang wanita. Ada beberapa Phi Am yang sempat dimusnahkan Zivena karena memang menimbulkan keresahan di banyak tempat dengan jumlah turis asing yang tinggi karena mereka biasanya tidak paham bagaimana terhindar dari serangan Phi Am, tidak seperti penduduk lokal yang sudah mengerti bagaimana agar terhindar dari hantu satu ini, yaitu memakai lipstick sebelum tidur agar dikira wanita.     

Kemudian, ada juga hantu Krasue yang mirip dengan kuyang di Indonesia. Sama-sama kerap mencari mangsa pada malam hari, terutama mengincar ibu hamil atau bayi baru lahir, sehingga dia menjadi momok menakutkan bagi para ibu hamil yang akan melahirkan.     

Zivena dan Gavin cukup kerepotan ketika menghadapi jin wanita Krasue ini karena ternyata mereka lagi-lagi dikuasai oleh iblis murni. Banyak jin jahat yang bekerja untuk iblis, mempersembahkan mangsa dan hal kotor lainnya kepada iblis yang bertindak bagaikan bos mereka.     

Suatu hari pun keduanya menemukan jin pria yang diberi sebutan sebagai hantu Krahang. Dia seperti Krasue, bahkan dianggap merupakan versi pria dari Krasue namun menyerang wanita. Pada siang akan menyamar menjadi manusia biasa dan malam hari berubah wujud ke sosok asli, yaitu seperti pria bertelanjang dada yang hanya memakai cawat saja dan memakai keranjang beras (tampah) sebagai sayapnya.     

Selain itu, Zivena dan Gavin juga bertemu dengan Phi Kong Koi, jin berkaki satu yang banyak tinggal di hutan, namun kini mereka juga sudah ditemui di pemukiman padat penduduk. Jin yang dibilang hantu itu akan melompat-lompat menggunakan satu kakinya sambil mengeluarkan kata "Koi, koi, koi!" dalam tiap lompatannya.     

Kata penduduk lokal yang ditemui Zivena dan Gavin, hantu Phi Kong Koi senang menghisap darah dari jari kaki para wisatawan yang berkemah di tenda yang sedang tidur. Maka, agar terhindar dari serangannya, mereka harus menyilangkan kaki saat tidur atau menaruh benda-benda di kaki.     

Pernah sekali, Zivena dan Gavin bertemu dengan hantu yang mengaku bernama Mae Nak di sebuah kuil khusus ketika keduanya sedang iseng berjalan-jalan.     

Yang paling banyak adalah Phi Tai Hong (kuntilanak ala Thailand) yang kerap bergentayangan mencari mangsa lelaki cabul yang bisa mereka celakai. Dan seperti kebanyakan Phi Tai Hong sebelumnya yang ditemui Zivena dan Gavin, jin-jin wanita itu memiliki bos sesosok iblis yang akhirnya dimusnahkan Zivena dan Gavin kebagian memberantas gerombolan Phi Tai Hong.     

Selain berurusan dengan para hantu di Thailand, keduanya juga tentu saja beberapa kali harus bersitegang dengan para grimreaper, saling berlomba mendapatkan jiwa yang keluar dari raganya dan Zivena harus bisa menahan para roh itu agar tidak disambar sabit besar grimreaper.     

Sungguh sebuah perlombaan yang aneh.     

Mereka berada di Thailand setengah bulan lamanya, merupakan kurun waktu paling lama dari semua perjalanan yang sudah mereka jalani sedari pertama melakukan misi.     

Hingga akhirnya Zivena memutuskan untuk berpindah negara. "Aku sudah dapat banyak mendapatkan cairan emas di Thailand."     

"Ingin ke mana lagi, Zi?" Gavin menyahut, hatinya sedikit enggan harus meninggalkan Thailand. Dia sudah merasa nyaman di tempat macam Pattaya seakan itu adalah habitat yang tepat untuknya.     

"Aku ingin ke tetangga Thailand, Myanmar." Zivena sudah menetapkan pilihan.     

"Myanmar? Kenapa ke sana?" Gavin hanya ingin tahu saja apa yang mendasari keputusan Zivena.     

"Hm, kudengar dari berita di sana ada konflik militer yang berat sampai-sampai turis dilarang ke sana." Zivena menjelaskan singkat alasan yang dia miliki berdasarkan berita yang dia tonton di televisi.     

"Lho, kalau turis saja dilarang pergi ke sana, bukannya seharusnya kita menghindari negara itu, Zi?" Gavin sedikit kebingungan mengenai pilihan Zivena kali ini. Negara yang tengah dilanda konflik berat? Itu artinya dia tidak bisa bersenang-senang dengan wanita cantik di sana.     

"Tsk, kau ini … apakah otakmu sudah beku dipenuhi cairan menjijikkan dari para wanita di Pattaya?" Zivena mulai mengeluarkan jurus lidah tajam menghujamnya. "Bukankah itu artinya akan ada banyak pasien untukku?"     

"Oh iya, astaga!" Gavin menepuk keningnya. "Tapi, Zi, bukannya tadi kau bilang turis dilarang pergi ke sana?"     

"Gav, sungguh, sepertinya aku harus memukul kepalamu agar otakmu bisa bekerja dengan benar. Apakah otakmu itu hanya kau gunakan untuk memikirkan rayuan ke para perempuan saja?" Zivena memutar bola matanya dengan jengah dan mulai melesat pergi meninggalkan Gavin.     

"Z-Zi! Tunggu dulu, jangan buru-buru begitu!" Gavin mengejar Zivena menggunakan wujud transparan dia karena Zivena juga sudah mengganti wujud ke sosok tak kasat mata.     

Zivena terus terbang melaju ke arah di mana Myanmar berada tanpa memerdulikan teriakan Gavin di belakangnya. Semakin Gavin mengejarnya, semakin dia mempercepat laju terbangnya.     

Hingga akhirnya mereka pun tiba di tanah yang ternyata sudah merupakan wilayah Myanmar.     

Sejenak, Gavin mulai paham kenapa Zivena lekas terbang menggunakan wujud transparan mereka. Itulah gunanya wujud tersebut ketika turis dinyatakan tidak boleh masuk ke sebuah negara. Maka, wujud begini ini yang lebih berguna.     

"Zi! Jangan terlalu cepat, astaga!" Gavin buru-buru berhenti ketika akhirnya mereka tiba di sebuah daerah yang sepertinya merupakan daerah konflik. Ada beberapa mobil yang ditumpangi oleh orang-orang berpakaian ala tentara dengan senjata di tangan di area tersebut.      

Wilayah itu terkesan mengenaskan dengan beberapa area seperti bekas pembakaran.      

"Apakah ini sebuah desa?" Gavin memandang area sekelilingnya.     

"Lebih tepatnya ... bekas desa." Zivena menyahut. Namun, tiba-tiba saja anting komunikasinya berdenyut di telinga dan tak lama kemudian, dia lekas menjawab, "Ya, Kak Jo?" Rupanya sang kakak menghubungi dia.     

"Zizi sayankku, bagaimana kabarmu di sana? Ohh, sekarang kau di mana? Masih di Thailand?" tanya Jovano melalui anting komunikasi.     

"Aku sudah pindah ke Myanmar, Kak."     

"Myanmar? Bukannya itu daerah konflik? Ohh, aku tahu! Banyak pasien dan kasus yang bisa kau tangani di sana, ya kan?"      

"Kak Jo cerdas seperti biasa. Tidak seperti yang satu ini." Zivena melirik ke Gavin.     

"Ehh? Siapa? Gavin? Khe khe khe ... kau bersabarlah padanya. Kasihani Gavin, jangan terlalu keras padanya, oke Zizi cantik?"     

"Tsk! Kak Jo selalu saja memanjakan dia."     

"Ya sudah, nanti Kak Jo hubungi lagi, yah! Kau harus jaga diri dengan baik di sana, oke! Salam saja untuk Gavin."     

"Oke, Kak."     

"Wah, ternyata itu Kak Jo yang telepon." Gavin menyahut setelah Zivena mengakhiri teleponnya. "Zi, katamu ini bekas desa, yah! Sepertinya baru beberapa hari dibumihanguskan."     

"Ayo cari pasien." Zivena melaju lebih dulu membiarkan Gavin tertinggal di belakang.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.