Devil's Fruit (21+)

Menyamar Menjadi perawat ICRC dan Super Hero



Menyamar Menjadi perawat ICRC dan Super Hero

0Fruit 1409: Menyamar Menjadi perawat ICRC dan Super Hero     

Gavin dan Zivena sudah berpindah dari Thailand ke negara tetangganya, Myanmar.      

Memang, negara itu masih dihinggapi berbagai konflik internal, konflik dalam negeri sejak bertahun-tahun lamanya, bahkan sepertinya kian tahun kian berat saja konfliknya.     

Namun, situasi seperti itu justru menguntungkan bagi Zivena, karena dia bisa memiliki banyak kesempatan mendapatkan 'pasien' untuk dia sembuhkan dan itu artinya dia memiliki banyak cairan keemasan untuk mengisi bola kristalnya.     

Maka, tanpa banyak memerdulikan ini dan itu yang berkaitan dengan politik di daerah itu, Zivena dan Gavin bergegas mencari korban yang masih bisa diselamatkan.     

Ketika mereka tiba di daerah yang baru saja diserang oleh pihak militer, sudah banyak grimreaper di sana seperti burung vulture (burung hering atau burung nasar atau burung pemakan bangkai) sedang terbang berputar di atas tumpukan bangkai. Sebenarnya itu pemandangan mengerikan untuk dilihat.     

Tapi, Zivena dengan berani masuk ke area itu untuk memeriksa mana yang bisa dia sembuhkan atau dia tarik kembali sebelum direnggut sabit grimreaper.     

Meski begitu, mereka berusaha agar tidak perlu memiliki pertarungan dengan grimreaper. Kedua belah pihak akan saling tahu sama tahu mana yang patut mereka raih dan mana yang harus mereka relakan.      

Terkadang Zivena yang mengalah membiarkan grimreaper mengambil roh yang memang sudah terlalu susah diselamatkan. Kadang juga grimreaper akan membiarkan Zivena beraksi membujuk jiwa untuk kembali ke raganya jika memang orang yang sekarat koma itu masih memiliki kesempatan untuk tetap hidup.     

Namun, karena Zivena tidak ingin membuat bingung manusia di sana jika dia memberikan penyembuhan tanpa terlihat mata manusia, maka dia dan Gavin sepakat menunjukkan wujud humanoid mereka dan berlagak seakan keduanya adalah petugas dari palang merah dunia.     

Ini karena rambut pirang Zivena yang terlalu mencolok. Tak mungkin dia mengaku tenaga medis setempat. Dia dan Gavin sudah mempelajari garis besar penampilan tim medis di palang merah sehingga tidak terlalu mencurigakan. Hanya, Zivena masih bersikeras menggunakan topi ala perawat jaman lampau karena menurutnya itu unik dan apik di kepalanya.     

"Siapa kalian?" tanya seorang korban yang lukanya tidak terlalu parah.     

"Kami … dari ICRC, International Committee of the Red Cross," jawab Zivena.     

"Palang merah dunia?" tanya orang itu lagi untuk memastikan.     

"Ya, begitulah." Zivena mengangguk saja dan menghampiri korban yang terluka parah.     

"Mereka dari palang merah internasional!" bisik orang di dekat Zivena.     

"Anu, kalian bisa memahami bahasa kami?" tanya yang lain.     

"Bisa. Kami sudah mempelajarinya sebelum ke sini," alasan Zivena sambil berlagak membuka tas medisnya.     

"Kenapa kalian hanya berdua saja? Mana yang lainnya?" Masih ada yang meragukan.     

"Tim kami harus berpencar ke berbagai daerah karena ada banyak titik konflik. Apakah aku dan rekanku masih diragukan?" tanya Zivena sambil menatap orang yang bertanya tadi.     

"A-Ahh, tidak, kami tidak meragukan. Silahkan mengerjakan tugas kalian dan tolong bantu kami menyembuhkan teman dan kerabat kami."     

Pekerjaan Zivena cukup melelahkan saat dia melakukan healing dari satu korban ke korban lainnya. Dia mengusap keningnya dan sesekali akan membenarkan letak topi ala perawat yang berwarna putih kecil dan memiliki logo palang merah di bagian depan.     

Zivena tak mungkin menggunakan cara healing dia yang biasanya karena dia mengaku menjadi petugas medis palang merah. Maka dari itu, dia harus berlagak seperti perawat yang akan membersihkan luka, lalu mengoleskan obat ke luka, padahal dia menyelipkan energi healing dia di perban yang akan dibelitkan ke luka.     

Jikalau korban terlalu parah, Zivena akan meminta ruangan khusus yang memungkinkan agar dia bisa melakukan operasi darurat dan meminta orang di sekitarnya untuk keluar, tidak boleh mengganggunya dengan alasan agar dia bisa berkonsentrasi melakukan tindakan operasi.     

Padahal, ketika korban sekarat sudah tak sadarkan diri, Zivena bisa dengan mudah menyalurkan energi healing dia ke orang itu tanpa terlihat orang lain, menutup semua luka-lukanya dan memberikan jahitan palsu di atas kulit seakan benar-benar ada tindakan operasi.     

Semuanya berlangsung mulus-mulus saja.     

Seharian ini, Zivena sungguh bekerja keras menangani pasien-pasiennya sementara Gavin berjaga di luar atau membantu membawa masuk pasien gawat darurat ke ruang khusus untuk mendapatkan healing ajaib Zivena.      

Ada luka tembak, luka sayat, luka bakar, luka tusuk, dan luka pukulan di tubuh pasien-pasiennya. Semuanya ditangani Zivena seakan itu sungguh seorang perawat yang mengurus mereka.     

Pada malam harinya, para korban sudah mulai membaik dan mereka cukup heran mengenai itu.     

"Sepertinya luka tusukku sudah pulih!"     

"Luka tembakku juga sudah mendingan!"     

"Luka bakarku sudah tidak begitu menyakitkan lagi."     

"Wah, patah tulang rusukku sepertinya mulai membaik!"     

"Sepertinya penanganan perawat pirang itu sungguh luar biasa!"     

"Dia pasti dikirim oleh dewa!"     

"Ya, ini pasti karena dewa menyayangi kita sehingga kita bertemu dengan perawat hebat seperti nona itu!"     

Maka, orang-orang yang mulai membaik pun segera mendatangi Zivena yang masih bersantai meminum secangkir teh hangat di dalam salah satu rumah yang cukup utuh.     

"Terima kasih atas perawatanmu yang luar biasa, nona perawat." Mereka bergantian mengucapkan terima kasih mereka ke Zivena.     

"Ohh, tidak masalah. Ini sudah tugasku." Zivena menjawab enteng.     

Karena sebagian besar dari korban sudah diselamatkan Zivena, maka dia pamit pergi dari sana. "Aku harus mencari titik konflik lainnya dan melihat apakah bisa membantu korban di sana." Demikian alasannya.     

Penduduk desa itu pun sekali lagi mengucapkan terima kasih pada Zivena dan Gavin.     

Lalu, Zivena dan Gavin berjalan keluar dari desa itu menuju tempat lain. "Aku ingin terbang dan melihat dari atas kira-kira di mana lagi daerah konflik lainnya." Zivena mengubah wujudnya saat dia yakin lingkungan sekitar sudah sepi tanpa manusia. Dia melesat ke angkasa untuk mengamati situasi sekeliling dalam radius beberapa kilometer. Gavin mengikuti.     

"Di sana." Zivena menunjuk ke sebuah kawasan yang sebenarnya cukup jauh tapi dia bisa melihatnya dengan mudah berkat adanya letusan api dan telinganya mendengar bunyi rentetan adu senjata di sana. "Ayo!"     

Gavin mengikuti di belakang Zivena, terbang ke kawasan yang dimaksud, berada puluhan kilometer dari mereka tadi berada. "Zi, akan pakai wujud apa nanti di sana?"     

"Lihat situasi dulu." Zivena terus melesat terbang, tak ingin kehabisan kesempatan.     

Setibanya di kawasan itu, ternyata benar-benar sedang ada baku tembak antara militer dengan kelompok bersenjata lainnya.      

"Kali ini militer tidak menyerang warga sipil tapi kelompok bersenjata, Gav." Zivena langsung bisa memberi kesimpulan. "Pakai penyamaran saja!"     

Gavin belum sempat mencerna ucapan Zivena ketika gadis belia itu berubah menjadi sosok dewasa dan berpenampilan aneh menggunakan topeng dan kostum ala super hero, namun entah ini Zivena sedang meniru super hero yang mana, dia tak tahu.     

Karena Zivena sudah melakukan itu, maka Gavin juga turut serta. Dia membungkus dirinya dengan kostum ketat khas super hero dan wajahnya sama sekali tidak terekspos, sama seperti Zivena.     

Dua pihak yang sedang baku tembak pun terkejut karena tiba-tiba saja muncul 2 orang dengan kostum aneh di antara mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.