Devil's Fruit (21+)

Nang Tani si Penghuni Pohon Pisang



Nang Tani si Penghuni Pohon Pisang

0Fruit 1405: Nang Tani si Penghuni Pohon Pisang     

Gavin mendekati sosok itu karena dia memiliki firasat bahwa sosok itu adalah pelaku dari apa yang terjadi pada Doug sekarang ini.     

"Halo." Gavin menyapa sosok itu.      

Seketika, sosok tersebut berpaling ke Gavin dan memasang sikap waspada tinggi, bersiap menyerang.     

"Tunggu, jangan salah paham dulu. Aku hanya ingin tahu, apakah kau yang membuat pria itu muntah darah?" Gavin buru-buru mengulurkan tangan untuk mencegah sosok baju hijau itu menyerang dirinya. Dia tak boleh sembarangan memukul iblis atau roh atau jin sebelum mengetahui dengan pasti perbuatan dan alasan mereka.     

Itu karena dia sendiri juga memiliki darah iblis. Bayangkan jika dia sedang berada di suatu tempat dan dipergoki manusia yang bisa bertarung secara supernatural, lalu dia diserang begitu saja hanya karena fitur energi dia adalah iblis. Tentu itu menyebalkan, bukan?     

Berkaca dari itu, Gavin tak ingin sembarangan menyerang suatu makhluk tanpa alasan.     

Sosok baju hijau itu melotot ke Gavin dan menjawab, "Ya, aku memang yang membuat dia muntah darah, lalu kenapa?"     

"Kenapa melakukan itu padanya?"     

"Sudah jelas, dia bersalah!"     

"Apakah karena dia merusak rumah roh tempat tinggalmu?" Mau tak mau, Gavin mengaitkan ini dengan perusakan rumah roh oleh Doug sebelumnya. Tidak bisa disangkal, pasti itu alasan kuat kenapa sosok itu marah pada Doug dan berusaha mencelakai turis itu.     

"Itu hanya alasan kesekian saja untukku membuat dia muntah darah!" Jawaban tegas dari sosok hijau itu bergulir disertai nada sentakan seakan menyiratkan emosinya.     

"Ehh? Kesekian? Apakah Doug sudah banyak melakukan perusakan rumah roh?" Yang tadi dinyatakan oleh sosok baju hijau itu tentu membuat Gavin berasumsi demikian. Kalau memang Doug telah banyak membuat kerusakan pada sesuatu yang dianggap sakral atau tradisi, wajar saja jika ada roh atau jin yang marah.     

"Ya, dia berulang kali merusak pohon-pohon pisang di daerah ini. Selain itu, dia juga berbuat kasar dan jahat pada perempuan bangsaku! Dan yang terakhir kuketahui, dia merusak sebuah rumah roh dan mengencingi pisang di sana." Sosok itu sudi menjelaskan cukup rinci semua kejahatan Doug.     

"Astaga, separah itukah perbuatan Doug? Hmm …." Gavin mengerutkan kening untuk berpikir.     

Selagi berbincang dengan Gavin, sosok itu menghentikan serangan jarak jauhnya terhadap Doug sehingga turis lelaki itu tidak lagi muntah darah dan memudahkan para medis untuk menanganinya.     

Memerhatikan itu, Gavin pun memiliki ide. Dia harus mengajak bicara makhluk itu selama mungkin untuk membuat Doug bisa bernapas tanpa memuntahkan darah.      

"Ya, dia lelaki jahat! Aku tak suka lelaki jahat! Terutama lelaki yang menyakiti perempuan!" Sosok itu menyentakkan suaranya menandakan dia geram.     

"Seperti apa perbuatan dia pada perempuan?" Gavin malah makin penasaran dan tertarik ingin tahu apa saja dosa-dosa Doug.     

"Dia menyewa perempuan bangsaku untuk diikat di tempat tidur dan dicambuki sampai mereka menangis kesakitan, lalu menuang cairan lilin panas ke tubuh telanjang para perempuan yang sudah berdarah sebelum menyetubuhi mereka dengan kasar! Bahkan ada yang pingsan karena saking tak tahan akan rasa sakitnya."      

"Errmm … bolehkah aku tahu namamu? Agar lebih nyaman saja ketika kita bicara. Oh ya, aku Gavin. Aku setengah iblis." Gavin memiliki perasaan bahwa jin perempuan di depannya bukanlah makhluk jahat seperti Phi Tai Hong sebelumnya.     

"Aku biasanya disebut masyarakat Thailand dengan nama Nang Tani." Sosok itu menjawab jujur.     

"Nang Tani? Apakah kau satu jenis dengan Phi … Phi Tai … Hong?" Gavin sampai nyaris kesusahan menyebut nama setan wanita sebelumnya.     

Nang Tani melotot kesal dan menjawab, "Tentu saja berbeda! Aku bukan jenis Phi Tai Hong! Aku Nang Tani! Rumahku biasanya di pohon pisang!" Sepertinya dia benar-benar tak suka disamakan dengan Phi Tai Hong.     

"O-Ohh, pantas saja pakaianmu berwarna hijau. Maaf, maaf, maaf kalau aku salah, he he …." Gavin lekas meminta maaf daripada mengacau. Bagaimana pun, saat ini Nang Tani fokus pada dirinya dan tidak mengganggu Doug lagi.     

"Hmph! Apa kau hendak membela lelaki jahat itu?"     

"Ohh, jangan terburu-buru menyimpulkan demikian. Aku ke sini hanya ingin tahu apa yang menyebabkan Doug sampai dalam kondisi mengenaskan seperti itu."     

"Kau … kau tadi mengatakan kau setengah iblis?" Nang Tani menyipitkan mata merahnya.     

"Ya, aku setengah iblis dan setengah manusia. Yah, pokoknya begitu lah, he he …."     

"Ternyata ada makhluk unik sepertimu." Entah apakah ini pujian atau bukan dari Nang Tani.     

"Ohh, terima kasih bila dikata unik, tapi sejujurnya di dunia ini ada banyak yang seperti aku, loh! Sungguh!"      

"Lalu kenapa kau berada di sini? Lekas pergi! Jangan ganggu urusanku!" Nang Tani mendadak meninggikan suaranya dan dia menoleh ke Doug yang mulai ditangani serius.     

"Nang Tani, jangan perdulikan lelaki itu lagi, oke? Aku yakin dia sudah kapok berbuat jahat."     

"Aku tidak yakin. Manusia tidak pernah bertobat dari dosa-dosanya dan selalu saja merusak alam!"     

"Tapi bukan berarti kau berhak memberikan penghakiman pada mereka, kan?"     

"Apa aku harus diam saja ketika manusia merusak alam atau menyakiti manusia lain yang lebih lemah?" Mata merah Nang Tani melotot lagi seakan menantang ucapan Gavin.     

"Setidaknya kau bukan pencipta alam semesta ini, ya kan?" balas Gavin, membuat Nang Tani terdiam seketika. "Kita memang terkadang geram melihat perbuatan buruk orang lain di depan kita. Tapi jikalau kita memberikan pelajaran pada orang itu, silahkan saja, namun jangan berlebihan, jangan kelewat batas atau nanti pencipta akan murka."     

Sebenarnya Gavin hanya sedang sok berkata bijaksana saja agar Nang Tani meredakan emosinya. Padahal, Gavin sendiri dan kelompoknya terkadang memberikan hukuman dan balasan yang tidak main-main terhadap lawan mereka yang jahat.     

Namun, biarlah semua dosa mereka akan mereka tanggung sendiri nantinya. Yang Gavin dengar dari ibu dan bibi Andrea, bahwa sang pencipta semesta ini adalah sosok yang sangat penyayang dan penuh kasih, mudah mengampuni semua makhluk yang bersedia bertobat dan yang mau berbuat kebaikan pada alam dan isinya.      

"Lalu … kau meminta aku melepaskan dia?" Nang Tani bertanya.     

"Yah, kuharap kau mau, karena aku memiliki keyakinan kau makhluk yang baik, kau bukan jin jahat ataupun siluman jahat. Lagipula, lihat saja, dia sudah terkapar sekarat begitu, untuk apa kau teruskan menyiksa dia? Kalau dia sampai mati, kau justru akan menjadi makhluk yang dikutuk alam semesta! Lepaskan dia dan biarkan pencipta alam yang memberikan hukuman untuknya."     

Nang Tani diam merenungi ucapan Gavin. "Aku memang tidak pernah mencelakai manusia secara sembarangan. Aku selalu memiliki alasan jika aku menyerang mereka. Aku dikenal sebagai hantu baik dan hanya akan kejam pada lelaki yang menyakiti wanita."     

"Baiklah, aku percaya penilaian masyarakat mengenaimu memang tepat. Kau memang jin baik. Nah, kalau begitu, abaikan saja Doug dan kembalilah ke rumahmu, ohh … atau aku akan carikan pohon pisang baru untukmu?" Gavin mencoba menawarkan solusi agar Nang Tani berhenti marah.     

"Tak perlu. Aku bisa mencari sendiri." Kemudian, Nang Tani pun menghilang dari tempat itu.     

"Gav! Di mana kau? Kenapa bangun tidur aku malah melihat banyak budakmu di sekitarku! Apa kau ingin aku menghanguskan mereka semua, hah?!" Terdengar teriakan Zivena di anting komunikasi Gavin.     

Ups! Zivena sudah bangun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.