Devil's Fruit (21+)

Tingkatan Ilmu Leak Bali



Tingkatan Ilmu Leak Bali

0Fruit 1412: Tingkatan Ilmu Leak Bali     

Dikatakan bahwa belakangan ini Jovano kerap bertemu dengan leak-leak di level rendahan yang didominasi perwujudan hewan seperti kera abu-abu di tingkat pertama, lalu tingkat kedua perwujudan kambing, tingkat ketiga ada perwujudan babi yang disebut leak bangkal atau leak bangkung.     

Kemudian, di level keempat ada perwujudan ular, sepeda motor bahkan mobil. Dan di level berikutnya, level kelima, ada leak gegendu yang berwujud kuda atau kerbau berkaki tiga yang pada siang hari berwujud orang yang memakai tongkat dengan satu tangan di belakang dan berjalan mengitari sesajen sambil melantunkan mantra sebelum berubah.     

Kemudian, di tingkat keenam ada leak bade yang berwujud semacam usungan mayat dan kadang berwujud ayam putih besar. Ini sudah masuk ke tingkat tinggi ilmu leak. Di tingkat ketujuh ada leak bojog putih yang mengambil wujud kera putih.     

Lalu di tingkat kedelapan, bisa berwujud menjadi rarung, waringin sungsang (beringin terbalik) dan bisa juga menjadi anjing sangat kurus.     

Dan pada tingkat kesembilan, bisa meningkat berubah menjadi kasa dan jaka punggul.      

Leak pada tingkatan kesepuluh atau tingkat paling tinggi akan menjadi rangda, atau yang dikatakan sebagai ratu leak. Ini adalah wujud yang sering ditampilkan masyarakat Bali dalam beberapa pagelaran dan upacara dan juga menjadi gambar khas yang menghiasi kaos souvenir Bali, bahkan bisa didapatkan di pasar souvenir berupa topeng rangda.     

Meski begitu, tingkatan pada ilmu leak ini bisa saja benar atau salah, semua tidak ada yang pasti karena ini masih menjadi sebuah rahasia. Dikatakan bahwa tingkatan ilmu leak sebenarnya sangat banyak namun karena kerahasiaan tinggi, makanya tak ada yang mengetahuinya secara pasti dan tepat.     

Yang pernah disampaikan beberapa warga ke Jovano hanyalah 10 tingkatan sesuai yang mereka ketahui saja. Itu merupakan hal wajar karena yang namanya sesuatu berkaitan dengan dunia supernatural selalu memiliki kerahasiaan yang tak mudah diungkap dan bahkan susah diterima logika dan pengetahuan manusia.     

"Jo, apakah kau ingin makan sekarang?" tanya Shona pada suaminya malam itu setelah mereka selesai mandi berendam bertiga di jacuzi resor yang mereka sewa di dekat pantai.     

Akhir-akhir ini Serafima lebih banyak menginginkan menginap di dekat pantai karena dia ingin sebanyak mungkin melihat pantai di berbagai tempat di Indonesia, berharap ketika dia pulang ke Antediluvian, dia bisa membanggakan pengalaman dia akan pantai.     

"Ahh, boleh. Apa kau hendak memasak sendiri seperti malam kemarin?" tanya Jovano seraya mengenakan celana pendeknya.     

"Iya. Aku sepertinya ketagihan memasak." Shona tersenyum malu-malu. "Apakah menurutmu masakanku enak?" Dia agak tak yakin dengan masakan buatannya sendiri.     

"Enak, kok! Oh ya, mana Sera?" Mata Jovano mencari istri pertamanya.     

"Sis Sera sedang di balkon depan, katanya ingin melihat bulan dulu sambil menatap laut." Shona mulai bergerak cepat meracik bumbu dan memotong-motong bahan makanan.     

"Dia ini, selalu saja senang menatap laut. Malah tidak membantumu memasak, Sho." Jovano mendekat ke Shona untuk memeluk mesra pinggang ramping istri keduanya sembari melabuhkan kecupan pada leher dan bahu wanita itu.     

"Biarkan saja dia, Jo. Sis Sera memang sangat suka pantai, ya kan? Lagipula, ini tidak merepotkan, kok! Aku sudah mulai terbiasa memotong dan meracik bumbu." Shona menoleh sedikit ke samping dan hasilnya malah mendapatkan ciuman singkat pada pipi lalu pada bibirnya ketika Jovano memutar kepala Shona lebih banyak ke arahnya.     

Mereka berciuman sejenak diiringi remasan tangan Jovano pada payudara montok Shona, apalagi ketika tangan lain sang pria mulai merayap turun ke bawah dan masuk ke celana pendek Shona.     

"A-Annghh … Jo … kan tadi sudah di … jacuzi … mmghh …." Shona merintih lirih ketika suaminya menggoda dia.     

"Apakah aku tidak boleh menyentuh istriku kapanpun aku mau?" bisik Jovano sebagai balasan.     

"Ennghh … bukan begitu, tapi … ini …." Shona hendak mengatakan bahwa dia sedang ditengah-tengah kegiatan memasak, tapi hasratnya mengalahkan niat memasak dan ia malah terhanyut akan sentuhan suaminya.     

Tak butuh waktu lama untuk mereka menyatu dengan posisi Shona didudukkan di meja granit itu  sembari kedua kakinya ditekuk ke atas dan ditaruh pada kedua lengan dalam Jovano seraya sang pria mengayunkan pinggulnya agar penyatuan mereka terasa lebih syahdu tanpa terburu-buru.     

"Hei, ada—astaga, kalian!" pekik Serafima yang mendadak masuk ke dapur dan menyaksikan suami dan madunya sedang berintim-intim di atas meja granit.     

Segera saja Shona mendorong Jovano menjauh darinya dan wajahnya memerah antara malu dan tak enak hati karena kepergok istri pertama, meski sebenarnya Serafima sudah tak begitu mempermasalahkan apabila suami dan madunya ingin bermesraan tanpa dirinya, asalkan ijin lebih dulu.     

Serafima hanya kaget saja, bukan bermaksud cemburu buta seperti sebelum-sebelum ini. Yah, hanya kesal saja karena keduanya tidak ijin terlebih dahulu padanya.     

"Ehem! Ada apa, sayank?" tanya Jovano setelah berhasil menarik naik celana boxer dia. Dia juga cukup gugup ketahuan begini.     

Mengabaikan kesalnya, Serafima teringat kembali alasan kenapa dia berlari ke dapur. "Itu! Aku melihat hal aneh di langit! Benda aneh yang melayang ke arah desa di sekitar sini!"     

"Oke, ayo kita kejar!" Jovano menjentikkan jari dan dia sudah memakai baju lengkap untuk pergi. Shona juga melakukan hal sama sesudah dia mematikan kompor. Sepertinya malam ini tak jadi memasak.     

Kemudian, ketiganya terbang dalam wujud tak kasat mata mengejar benda aneh yang diceritakan Serafima tadi.     

"Tadi ke arah sana!" Serafima menunjuk ke sebuah arah yang terlihat ada kerlip-kerlip seperti api di kegelapan di sekitarnya.     

"Ayo!" Jovano memimpin terbang melesat ke arah yang ditunjuk istri pertamanya. Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah tempat jauh dari pemukiman.     

Di sana sepertinya baru saja ada upacara pembakaran mayat yang disebut ngaben. Jovano dan kedua istrinya sudah mengerti upacara macam apa itu dan mereka mulai mencari di sekeliling keberadaan benda aneh yang dikatakan Serafima.     

Sementara itu, cukup jauh dari tempat Jovano dan dua istrinya mencari-cari, ada seorang petani sederhana yang hendak pulang ke rumahnya setelah menghadiri upacara ngaben salah satu tetangga desanya.     

Petani itu berjalan sendirian melewati jalanan kecil dengan sawah di kanan serta kirinya. Hanya ada lampu jalan yang temaram sebagai penerang.     

Saat sedang berjalan ke arah rumahnya, petani dikagetkan dengan munculnya sesuatu di tengah jalan, melintang begitu saja membuat petani curiga.     

"Pepaga?" Petani itu agak tak yakin dengan yang matanya temukan. Pepaga adalah wadah atau tempat mayat dalam upacara ngaben.     

Tak hanya itu saja yang menjadi sumber keterkejutan si petani, selain adanya pepaga, ternyata di pepaga itu terdapat mayat yang menguarkan bau sangat busuk tengik terbungkus kain kafan. Hanya wajahnya saja yang terlihat, mirip pocong.     

Hati si petani berdebar gemuruh. Dia langsung paham bahwa dia bertemu dengan leak bade atau kadang disebut sebagai bangke maong alias bangkai berbau busuk.     

'Sialan! Apa aku sedang dikerjai pelaku leak bade?' batin si petani kesal karena sepertinya dia sedang dijadikan mangsa iseng orang yang menjalani ritual gaib menjadi leak bade.      

Dikarenakan sempitnya jalan, maka pepaga berisi mayat berbau busuk itu pun memenuhi badan jalan. Si petani harus melewatinya dan menghadapi bangke maong itu.     

Namun, si petani teringat bahwa dia tetap harus mengurus si mayat tadi dan tidak boleh menatap mata si mayat busuk itu agar dirinya tidak terhipnotis dan menjadi gila nantinya.     

Dia harus berani karena keberanian tekad adalah penangkal leak bade. Hanya saja, keberanian bukanlah hal yang mudah dicapai. Dia harus membuka kain kafan yang membungkus mayat jadi-jadian itu. Meski tahu itu bukan mayat sungguhan, tetap saja bentuknya menyeramkan, terutama di tempat sepi dengan cahaya remang.     

Momen saat membuka kain kafan itulah merupakan momen paling krusial, paling kritis karena di waktu itu akan terjadi pertarungan kekuatan batin di antara keduanya.     

Jika si petani bisa meneguhkan keberaniannya, maka dia akan selamat dan si pelaku bade akan kabur keluar dari pepaga tadi, namun jika sebaliknya, maka celakalah si petani.     

Ketika si petani meneguhkan tekadnya untuk mengurai kain kafan yang membungkus mayat yang sebenarnya adalah manusia pelaku ilmu leak bade, tiba-tiba saja mata si mayit membuka.     

---------     

Source = Tribunnews Bali, Cakepane Blogspot, & Nutrisi Media Blogspot     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.