Devil's Fruit (21+)

Tak Sampai Satu Jam



Tak Sampai Satu Jam

0Fruit 1418: Tak Sampai Satu Jam     

Ratu lautan yang bertemu Jovano telah mengetahui identitas Jovano secara garis besar yaitu merupakan keturunan iblis berdasarkan dari lelehan darah hitam yang keluar dari sudut mulut Jovano usai mereka bertukar benturan kuat energi supernatural.     

Ini membuat Kanjeng Ratu sangat gentar karena dia takut telah menyinggung orang yang tak seharusnya disinggung.     

Sedangkan Jovano, dia masih mencoba menghubungi Sang Sumber di tahta tingginya mengenai apakah perlu Jovano memusnahkan sosok Kanjeng Ratu yang telah banyak membuat celaka manusia di laut dan pantai daerah kekuasaannya.     

Sementara itu, setelah mendapatkan anggukan ijin dari Jovano, Shona memulai pembantaiannya terhadap anak buah sang Kanjeng Ratu di dekat mereka. Cukup mengubah air di sekitar mereka menjadi pasak es tajam yang bermuatan energi mengerikan darinya, Shona sudah banyak memusnahkan para keroco.     

Namun, melihat pasukannya dibantai, Kanjeng Ratu tak berani bergerak meski hatinya teriris-iris. Dia telah dengan susah payah membangun pasukannya sendiri dan kini sebagian dari mereka begitu mudahnya dibasmi Shona tanpa kesulitan.     

Setelah Shona banyak memusnahkan pasukan Kanjeng Ratu, dia berhenti untuk bertanya ke Jovano, "Kau yakin perbuatan kita seperti ini tidak ditentang Sang Sumber?"     

"Kalau memang Dia menentangnya, maka biarlah aku yang menanggung resikonya, kau dan yang lainnya tak perlu khawatir. Bagaimana pun, pasukan jin sang ratu sudah banyak berbuat kejahatan pada manusia dan mencelakai manusia tak hanya di laut tapi juga di darat, ya kan Ratu?" Jovano tersenyum menyeringai ke Kanjeng Ratu.     

Ratu pun menundukkan kepalanya, tak tahu harus menjawab apa karena perkataan Jovano tidak keliru. Meski kadang anak buahnya sering bertindak seenaknya di luar perintah darinya, dan bahkan beberapa orang kepercayaannya pun kerap menyamar sebagai dirinya untuk menyesatkan manusia, dia lebih sering berpangku tangan dan menonton saja.     

Namun, masih ada hal yang masih ingin si ratu ketahui mengenai Jovano. "Tuan Iblis, kalau boleh hamba bertanya, kenapa hamba merasa bahwa sepertinya Tuan Iblis memiliki aroma …."     

"Manusia?" lanjut Jovano sebelum Kanjeng Ratu menyelesaikan kalimatnya. "Ha ha ha … ya, kau benar. Aku memang memiliki darah manusia juga di tubuhku."     

Mata terbelalak Kanjeng Ratu sudah bisa menyiratkan seberapa terkejutnya dia. "Ba-Bagaimana bisa?! Ma-Maksud hamba, bagaimana bisa percampuran iblis dan manusia bisa menghasilkan sosok sekuat Tuan ini? Apalagi memiliki energi cahaya yang …." Ia tak sanggup meneruskan ucapannya dan menggantungnya.     

"Ohh, itu karena aku juga memiliki darah malaikat." Jovano secara enteng menjawab hal yang mengusik rasa penasaran Kanjeng Ratu.     

Kali ini tak hanya mata mendelik kaget saja yang diberikan Kanjeng Ratu sebagai reaksi, namun juga kepala yang ditarik ke belakang sambil satu tangan menutup mulut yang menganga. "Ohh! Bagaimana … Bagaimana itu mungkin? Itu … itu … mustahil!"     

"Kenapa tidak mungkin?" Shona malah yang menyahut. "Di alam semesta milik Sang Sumber ini, tidak ada yang tidak mustahil. Aku pun termasuk makhluk yang memiliki darah percampuran jenis makhluk yang mungkin tak akan bisa kau bayangkan. Bahkan nenekku pun seorang malaikat. Bibiku yang hendak kalian seret menjadi pasukanmu, kerabatnya juga malaikat. Kalian sungguh bernyali."     

"Ya Gusti!" pekik Kanjeng Ratu. Kini masuk akal dari mana kekuatan supernatural besar yang dimiliki keduanya meski masih terlihat seperti remaja yang beranjak dewasa. "Sungguh benar-benar alam ini memberikan banyak kejutan tak terkira yang kadang tak terjangkau akal pikiran, bahkan untukku."     

"Tidak semua yang bisa dilihat mata itu merupakan kebenaran mutlak. Tidak semua yang terlihat bertentangan itu selamanya tak bisa menyatu. Hukum-hukum alam ini sungguh rumit dan tentu tak bisa diungkap begitu saja. Anggaplah aku ini sebagai salah satu keanehan alam semesta, khe he he …." Jovano malah terkekeh. Dia tak yakin apakah makhluk seperti dia dan Shona ada banyak di alam semesta.      

"Sungguh kebesaran dari Segala Yang Maha Memiliki …." bisik lirih Kanjeng Ratu. Lalu dia kembali tundukkan kepalanya, merasa bahwa waktunya sudah tiba dan dia harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan dia berabad-abad ini. Dia sudah siap apapun yang terjadi padanya.     

"Bagaimana, Jo? Apakah sudah ada jawaban dari Sang Sumber?" tanya Shona ke suami di sebelahnya.     

"Ahh, sudah dapat!" Jovano kemudian terdiam sejenak seakan sedang masuk dalam mode transcendental. Kepalanya menengadah ke atas sembari matanya tertutup. Namun tak berapa lama, dia kembali ke kesadaran normal dan menatap Kanjeng Ratu. "Apakah kau sudah siap mendengar yang dikatakan Sang Sumber mengenai nasibmu?"     

"Ha-Hamba siap." Kanjeng Ratu saat ini hanya sendirian saja karena semua pasukan di sekitarnya sudah dibasmi Shona.     

Namun, tiba-tiba saja muncul pasukan besar lainnya yang dipimpin sosok wanita berkebaya biru cerah, lebih cerah dari yang dipakai Roro Mutiara tadi. Dia bergegas mendekat ke Kanjeng Ratu.     

"Ratu! Ibu Ratu! Apa yang terjadi di sini? Aku mendengar dari salah satu anak buahku kalau terjadi pertarungan dahsyat di sini dan ada Ibu." Sosok cantik rupawan itu terlihat sangat mencemaskan Kanjeng Ratu.     

"Roro Lanjar, kenapa ke sini?" tanya Kanjeng Ratu ketika melihat kedatangan salah satu panglimanya.     

"Hamba mendengar Ibu dan pasukan Ibu sedang diperangi sosok kuat, makanya Lanjar harus ke sini untuk memeriksa keadaan Ibu." Roro Lanjar terlihat seperti anak yang mencemaskan ibunya.     

"Kembalilah ke tempatmu di Pekalongan. Ibu bisa menangani yang di sini." Dengan lembut penuh keibuan, Kanjeng Ratu mengelus pipi Roro Lanjar. Ia ingin bawahannya yang setia ini kembali ke keraton lautnya yang ada di sebuah kota pesisir di Jawa Tengah.     

"Apakah dia orangnya, Ratu?" Salah satu anak buah Roro Lanjar yang di sana menunjuk ke Jovano dan Shona yang masih diam menyimak mereka.     

"Benar! Itu mereka, Ibu Dewi! Aku beruntung berhasil kabur cepat sebelum pembantaian itu terjadi! Mereka itu yang membunuh banyak teman-temanku!" Salah satu pasukan ternyata adalah anak buah Roro Mutiara sebelumnya yang berhasil kabur mencari bala bantuan ke penguasa laut tetangga tanpa mengetahui siapa itu Jovano dan Shona.     

Segera, mata Roro Lanjar terarah tajam ke Jovano dan Shona. Dia sudah dalam mode siap tempur saat ini. Matanya mengeluarkan cahaya berwarna kuning. "Kau berani membasmi pasukan kami?!"     

"Bahkan Roro Mutiara juga dibunuh mereka, Dewi!" teriak anak buah tadi.     

"Hentikan, kalian semua!" Suara tegas Kanjeng Ratu membuat semua anak buahnya bungkam. "Nah, Tuan Iblis, silahkan jatuhkan nasib pada hamba ini."     

"Ibu Ratu!" pekik Roro Lanjar, tak menyangka junjungannya bisa setakluk itu pada Jovano meski lelaki muda itu dipanggil iblis oleh ratunya.     

"Ratu, Sang Sumber sudah memberikan jawaban padaku. Dengarkan ini." Jovano tidak menghiraukan drama di depannya lagi dan berbicara.     

"Baik, hamba mengerti. Monggo." Kanjeng Ratu menundukkan kepala menyiratkan ketaklukannya.     

"Sang Sumber mengatakan bahwa aku harus mengampunimu."     

Kanjeng Ratu langsung mendongak, siapa tahu dia salah dengar. "Tuan?"     

"Ya, begini Dia berkata, 'Biarkan saja dia tetap hidup. Dia sudah cukup menggerakkanku. Biarlah Aku saja yang akan menurunkan sendiri tanganku padanya ketika memang waktu baginya sudah tiba.' Nah, begitu Dia berkata di pikiranku." Jovano mengulang apa yang telah dikatakan Sang Sumber padanya tadi.      

Kanjeng Ratu tak bisa membendung tangis lega dan harunya. "Matur nuwun, Gusti … matur nuwun …." Lalu dia berlutut sambil terus menangis.     

"Ayo, Sho." Jovano menggamit pinggang istrinya untuk beranjak pergi.     

Shona mengangguk dan keduanya pun meluncur cepat meninggalkan tempat itu, meninggalkan Kanjeng Ratu yang masih menangis sambil berlutut dan menangkupkan dua tangannya di wajah, serta meninggalkan Roro Lanjar dan pasukannya yang termangu melihat kepergian keduanya.      

Jovano dan Shona terus melesat di dalam kedalaman air ghaib dan akhirnya tiba di perairan dekat sekoci berada. Ia kemudian mengeluarkan Serafima dari Cosmo, dan ketiganya berenang mendekat ke sekoci, sedangkan Shona mengubah wujudnya dan menyusup masuk ke dalam sekoci tanpa terdeteksi para awak kapal.     

"Nah, itu mereka! Itu mereka!" seru salah satu awak sambil riuh menunjuk ke sebuah arah. Ada Jovano yang melambaikan tangan sambil memegangi Serafima, keduanya sudah mengapung tak jauh dari kapal sekoci.     

Shona berlagak terkejut dan berlari. "Mana? Mana?"     

"Nona, lebih baik tetap di sini saja! Biarkan kami yang bekerja. Ayo, guys! Wow, untung kita lekas menemukan mereka, yah!"     

"Benar, bro! Cukup cepat juga, tak sampai 1 jam! Sungguh beruntung!"     

Mendengar pembicaraan kedua awak kapal, Shona termenung sejenak. Jadi, pertemuan mereka dengan para penguasa lautan sejak tadi hanya setara dengan 'tak sampai 1 jam' di waktu manusia!      

Tapi, biasanya memang begitu antara waktu di dunia ghaib dan dunia manusia, bukan? Kadang lebih cepat, kadang lebih lambat. Semuanya … misteri ilahi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.