Devil's Fruit (21+)

Tiba di Alas Purwo



Tiba di Alas Purwo

0Fruit 1420: Tiba di Alas Purwo     

Shona berhasil memindai semua memori ketiga jin jahat yang menjadi penguasa di area tersebut.      

Masni si jin gaun putih lusuh yang terkenal adalah biang kerok pengganggu ibu hamil dan wanita melahirkan.      

Sedangkan Jantar si hitam tinggi besar berbulu lebat pelaku dari pelecehan para wanita di desa tersebut.     

Sementara itu, Renggok yang mirip ogre karena berkulit hijau dengan payudara menjuntai panjang adalah penjahat dari banyaknya kasus anak kecil hilang di pemukiman tersebut.     

Memang bukan hanya tiga itu saja yang kerap mengganggu warga desa itu, melainkan masih ada banyak lainnya, namun ketiganya tadi merupakan dedengkot penguasa utama di sana.     

Terbukti dengan munculnya satu demi satu jin dan banyak arwah siluman di tempat itu sekedar ingin tahu apa yang sedang terjadi.     

Beberapa jin berbentuk seperti guling warna putih melompat-lompat dan ada juga melayang di sekitar tempat tersebut. Ada yang berwajah gosong, berwajah pucat dan ada pula yang bertampang rusak tak karuan. Mereka semua memancarkan aroma busuk.     

Kemudian ada banyak arwah siluman mengepung namun hanya berjaga-jaga saja. Mereka semua adalah bawahan dari ketiga jin sebelumnya.     

"Kau … ternyata kau sudah mencelakai banyak orang!" Jovano sudah tidak bisa menampilkan senyumnya lagi karena dia bisa berempati pada warga desa yang pastinya mengalami banyak terror dari makhluk-makhluk jahat itu.      

"Tak perlu ikut campur urusan kami!" Renggok berkata keras meski suaranya tertelan bola air Shona.     

Hanya dengan satu remasan dari jauh oleh Shona, bola air yang menutupi kepala Renggok segera mengeluarkan pasak-pasak tajam menembus kepala Renggok.     

"Aaarrghhh!" Jeritan kesakitan Renggok cukup membuat ciut nyali banyak jin di sana. Bagaimana tidak? Kekuatan Renggok paling besar di antara mereka, namun bisa dengan mudah dilumpuhkan oleh Shona.     

Dengan satu gerakan tangan Shona, kepala Renggok pun hancur dan Jovano segera lemparkan api hitamnya ke badan jin wanita jahat tersebut, langsung membakar cepat seluruh sisa tubuh Renggok.     

Pemandangan tersebut sontak saja menambah gentar para makhluk astral di sana. Banyak dari mereka memutuskan untuk melarikan diri saja ketimbang menjadi sasaran berikutnya.     

Namun, sayang sekali, Jovano tidak selamban itu menyadari gerombolan yang mulai kocar-kacir melarikan diri. Cukup menggunakan kekuatan telapak tangan kanannya yang menembakkan cahaya putih terang, maka ada puluhan jin serta arwah siluman pun hangus tak bersisa.     

Serafima tidak ingin diam saja dan dia melesat maju ke arah Masni yang masih panik di tanah. "Kau terkutuk! Tak tahu malu!" Ia mengeluarkan pedang besar miliknya dan langsung menghujamkannya ke leher Masni, mengakibatkan jin perempuan itu makin kelojotan.     

Tak ingin bermurah hati pada Masni, pedang Serafima kembali ditarik dan dihujam, kali ini ke dada Masni hingga tak sampai butuh waktu  lama bagi jin bergaun putih lusuh itu meregang nyawa dan mati.     

Jangan dipikir bahwa makhluk semacam itu tidak bisa mati. Semua yang hidup pasti bisa mati, apapun itu bentuknya. Tak ada yang namanya makhluk kekal. Yang ada hanya perpanjangan hidup sebelum kematian menjemput.     

Setelah mengeksekusi Masni, pedang Serafima masih ingin bergerak lagi. Kali ini diarahkan ke Jantar yang mulai merobek-robek bola air Shona. Sepertinya dia sangat berusaha ingin terbebas dari belenggu tersebut hingga mengerahkan semua kekuatan yang dia mampu.     

Wajar jika Jantar melakukan upaya besar-besaran agar bisa lepas dari kurungan bola air Shona karena dia mendengar jerit pilu dari dua rekannya. Dia tidak ingin menjadi yang berikutnya.     

Ketika bola air Shona berhasil dibuka menggunakan metode tertentu dari energi jinnya, Jantar tersengal-sengal dan berusaha melarikan diri.     

Namun, sudah bisa ditebak, itu sia-sia belaka. Api hitam Jovano sudah menjamah bulunya dan Jantar tak berkutik selain berteriak kesakitan dan berguling-guling di tanah. Suara raungan kesakitannya mengiris nyali para makhluk astral di radius puluhan kilometer.     

Jovano, Shona dan Serafima tidak ingin berhenti begitu saja, mereka bergerak cekatan mengejar para makhluk astral, memusnahkan mereka menggunakan kekuatan masing-masing hingga akhirnya area tersebut bersih dari sosok jin.     

"Huft, sepertinya area ini sudah bersih, ya kan Jo?" Serafima menatap sekeliling, siapa tahu masih ada yang tertinggal.     

"Hm, ya, aku rasa sih begitu." Jovano meniadakan api hitam di tapak kirinya karena telah membabat habis semua jin di sana.     

"Kalau sudah begini, kurasa penduduk desa ini akan lebih tentram hidupnya, meski nanti pasti akan ada jin baru yang datang." Ada nada keluhan dari Shona.     

"Tak apa, Sho. Setidaknya bisa bersih walau sehari, itu sudah bagus untuk mereka. Yah, semoga saja bertahan satu bulan biar desa ini terasa tentram. Ayo kita jalan lagi, lanjut!" Jovano menengahi gejolak perasaan Shona.     

Kedua istrinya mengangguk dan mereka mulai terbang lagi.     

Di sepanjang perjalanan terbang mereka, ternyata ada beberapa desa yang mereka lewati dan ketiganya akan memusnahkan habis semua jin di area tersebut.      

Dalam sehari saja, begitu banyak jin dan arwah siluman sudah musnah di radius hampir 100 kilometer. Setiap mereka lewat dan mendeteksi adanya jin, maka segera saja itu dimusnahkan.      

Hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah gerbang bertuliskan: Alas Purwo.      

"Alas Purwo. Semacam hutan wisata pastinya, yah! Apalagi kalau melihat gerbangnya dan juga jalanan yang tertata begitu." Shona mengamati sejenak tanpa melanjutkan langkahnya.     

"Ayo kita masuk. Aku mengendus banyak aura energi astral," ajak Jovano sambil memimpin terbang di depan kedua istrinya.     

"Jo, kita masih tetap dalam wujud begini?" tanya Serafima sambil terbang pelan di belakang Jovano.     

"Yup! Begini dulu karena pasti kita akan berhadapan dengan banyak jin. Kalau pakai wujud fisik, malahan tidak bebas, apalagi kalau ternyata ada manusia di dekat kita." Jovano memberikan alasan.     

Serafima pun paham, mengangguk dan terus melanjutkan terbang berdampingan dengan Shona.     

"Wah, baru saja beberapa meter masuk, hawa astralnya sangat kental." Jovano kemudian terkekeh. "Sayank-sayankku, persiapkan diri kalian, yah!"     

Mendengar peringatan Jovano, segera saja Shona dan Serafima mempersiapkan diri mereka. Serafima bahkan mulai mengeluarkan lagi pedangnya untuk berjaga-jaga.     

Benar saja, baru mereka bergerak sedikit ke depan, sudah ada makhluk tinggi besar hitam yang mirip Jantar sebelumnya. "Siapa kalian! Kenapa masuk ke wilayah ini? Apakah sudah ijin dengan Kanjeng Ratu?"     

Mendengar kata 'Kanjeng Ratu', sontak saja Jovano menyahut, "Ohh, rupanya kalian di sini anak buah dia juga? Wah, wah, aku pikir anak buahnya cuma ada di air, ternyata di darat pun ada."     

"Lancang sekali kau menyebut Kanjeng Ratu dengan kata seperti itu!" Makhluk besar itu murka dan mulai mengayunkan lengan besarnya hendak menghantam Jovano.     

Sayang sekali, makhluk itu tidak mengerti bahwa Jovano sudah membuat gentar sosok yang disebut Kanjeng Ratu barusan. Mungkin kekalahan Kanjeng Ratu penguasa laut sebelumnya tidak dibeberkan ke semua penjuru karena alasan malu, makanya makhluk di hutan wisata ini tidak mengetahui sama sekali.     

Wuss!     

Cukup dengan jentikan jari saja, Jovano menerbangkan api hitam kecilnya hingga menyentuh bulu makhluk tersebut. Ujungnya tentu sudah bisa ditebak, makhluk itu menjerit meraung kesakitan ketika api hitam itu ternyata tak bisa padam dan terus berkobar besar melahap tubuhnya.     

Raungan makhluk itu menuai kedatangan makhluk astral lainnya di sana. Sepertinya Jovano dan kedua istrinya akan panen besar lagi kali ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.