Devil's Fruit (21+)

Menanam Bom Waktu



Menanam Bom Waktu

0Fruit 1424: Menanam Bom Waktu      

Shona sudah mendekatkan tapak tangannya ke kepala salah satu pasien jin di bangunan yang dikatakan sebagai rumah sakit.      

Mata Shona terpejam agar dia bisa mendeteksi memori jin tersebut. Oleh Nenek jin Bawuhi, tindakan Shona dikira sedang menyembuhkan.      

Lantas, tak berapa lama, mata Shona terbuka dengan pandangan tajam. Ia sudah berhasil memindai memori jin ini dan ternyata dia banyak melakukan kejahatan pada manusia. Jin ini sering menggoda manusia agar terjatuh dalam perjanjian gelap dan dia menggunakan media bayi baru lahir sebagai syarat yang dia minta pada manusia yang bertransaksi dengannya.      

Betapa marahnya Shona ketika dia mendapatkan memori orang-orang yang menderita, para perempuan yang meratapi bayi-bayi mereka yang harus dikorbankan sang suami demi mendapatkan uang banyak dari perjanjian dengan jin ini.      

Rasanya ingin sekali Shona meledakkan kepala jin jahat ini, namun dia tak bisa gegabah. Dia harus ingat bahwa Jovano sudah tidak boleh sembarangan memakai kekuatan dahsyatnya. Jikalau malaikat belum menegur suaminya, tentu Shona tak akan ragu-ragu menyeru agar Jovano melenyapkan jin jahat di depan matanya.      

"Bagaimana? Kau sudah menemukan cara menyembuhkan dia?" Terdengar suara Nenek Bawuhi ke Shona.      

Enggan, Shona menoleh ke Nenek Bawuhi dan menjawab, "Ini masih aku usahakan. Kebetulan penyakitnya agak berat sehingga aku harus lebih lama berkonsentrasi." Hanya itu alasan yang bisa Shona katakan untuk mengulur waktu. Dia masih berpikir bagaimana cara memusnahkan jin ini.      

Nenek Bawuhi menganggukkan kepalanya beberapa kali seakan bisa memahami alasan Shona. "Yah, aku paham jika kau bilang penyakitnya berat. Dia pernah terluka saat bertarung dengan seorang manusia yang cukup kuat. Tapi itu sudah lama. Dan diperparah dengan tindakan sembrono kalian kemarin. Wajar saja kalau dia cukup berat terluka."      

Jovano menatap istri keduanya, dan kemudian menghantarkan telepati dia melalui anting komunikasi yang dia sentuh secara samar agar tidak mencolok dan menimbulkan kecurigaan dari Nenek Bawuhi. "Sho, kau dapat sesuatu?"      

Shona tersentak cepat namun masih bisa mengendalikan dirinya ketika mendapatkan telepati suaminya. Ia senang karena itu. Segera saja dia membalas telepati Jovano dan menceritakan apa adanya mengenai kejahatan jin ini.      

Tangan Jovano terkepal erat di samping tubuhnya setelah mendengar cerita dari sang istri. Amarah segera tersulut di matanya. Jin itu memakan bayi sebagai tumbal dan itu membuat Jovano begitu marah. Namun, dia bukan orang yang mudah meledak karena murka. Dia masih menahan diri dan menggunakan pikiran tertinggi dia untuk bertanya kepada Sang Agung, apakah dia boleh memusnahkan jin itu. Apakah dia boleh menggunakan kekuatan luar biasa dia di tempat ini.      

Sementara Jovano sedang mencoba menghubungi Sang Agung, Shona sudah diberitahu Jovano sebelum ini bahwa dia harus menyusupkan sesuatu ke kepala jin itu secara diam-diam. Katakanlah menyusupkan granat atau bom waktu ke tubuh jin tersebut.      

Karena untuk mengecoh kewaspadaan jin di depannya, Shona mau tak mau terpaksa memberikan energi healing dia meski tak banyak agar jinnya bisa tenang.      

Benar saja, jin yang awalnya merintih kesakitan, kini mulai tenang dan tersenyum damai merasakan energi healing Shona. Apalagi Shona terlihat sangat cantik di matanya.      

Meski jijik dan marah, Shona mampu bersikap tenang seperti suaminya dan diam-diam menyusupkan energi peledak dari elemen air ke kepala jin itu. Jika Jovano diberi lampu hijau oleh Sang Agung, maka Shona hanya cukup menarik pemicunya dan kepala jin bisa meledak seketika.      

"Sungguh menenangkan! Rasa sakitku mulai berkurang! Nona cantik, kau sungguh bidadari penolong aku." Jin itu terus menatap berhasrat pada Shona. Kemudian dia menoleh ke Nenek Bawuhi untuk berkata, "Mbah, aku sudah agak mendingan! Berkat nona cantik ini, Mbah!"      

Mendengar penuturan jin itu, Nenek Bawuhi mengangguk puas. "Kalau begitu, kau bisa lanjut ke pasien berikutnya." Dia berkata kepada Shona seakan memberikan perintah saja.      

Walaupun jengkel karena merasa dirinya bagaikan pelayan bagi Nenek Bawuhi, Shona tak mengeluh dan menuruti saja. Ahh, justru dia harus bisa menjadikan kesempatan ini untuk menanamkan banyak bom waktu kepada jin-jin di sini tanpa mereka menyadarinya, ya kan?      

Setelah berpikir dengan perspektif berbeda dari sebelumnya, Shona pun lebih bersemangat untuk memeriksa pasien lainnya.      

Pertama-tama, dia akan memindai dulu memori pasien jinnya dan mencari kejahatan mereka. Jika kejahatannya ringan, maka Shona akan bersedia menyembuhkan luka mereka. Namun jika sebaliknya, maka bom waktu sudah pasti disisipkan Shona ke organ penting para jin itu.      

Sayang sekali, ada banyak jin di tempat itu yang setelah dipindai memorinya oleh Shona, merupakan jin-jin jahat. Kejahatan mereka bahkan begitu berat dan sangat merugikan manusia. Bukan sekedar menakut-nakuti manusia sebagai tindakan iseng semata namun sudah mengancam nyawa manusia itu sendiri.      

Meskipun Shona adalah keturunan iblis dan memiliki darah iblis di tubuhnya, dia justru membenci perbuatan jahat. Yah, tidak selalu sebuah ras atau bangsa bisa disamaratakan dengan satu kesimpulan saja. Tidak semua iblis jahat. Makhluk hidup memiliki pikiran dan kehendak bebas masing-masing. Tak bisa menjatuhkan penghakiman sepihak terhadap suatu mahluk berdasarkan rasnya.      

Seperti jin, tidak semua jin adalah makhluk jahat. Memang ada banyak jin jahat, namun masih banyak juga jin yang masih bertakwa kepada Sang Agung dan berada di jalan Sang Agung.      

Jikalau suatu ras makhluk dianggap jahat dan berbahaya, maka untuk apa Sang Agung menciptakan mereka? Kenapa Sang Agung tidak langsung saja melenyapkan mereka semua tanpa terkecuali? Karena semua hal tidak ada absolut jahat dan tidak ada absolut baik. Biarlah Sang Agung saja yang menjatuhkan penghakiman pada semua ciptaanNya.      

Saat ini, sudah banyak pasien dijamah tapak tangan Shona. Satu lorong lantai atas ini sudah seluruhnya diperiksa Shona. Dia juga sudah memilah mana yang patut diberi bom waktu dan mana yang tidak perlu.      

Nenek Bawuhi yang tidak curiga, menatap senang ke Shona. Para jin di lantai atas menyampaikan bahwa rasa sakit mereka sudah berkurang berkat Shona. Dia tidak curiga sama sekali pada tindakan ekstra yang diberikan Shona dikarenakan istri kedua Jovano ini begitu halus dan tersamar ketika menyusupkan sesuatu pada jin-jin itu.      

Hingga akhirnya mereka ada di lantai berikutnya di bawah. Pasien di lantai tersebut tidak seberat sakitnya seperti lantai sebelumnya.      

Shona masih dengan tekun menghampiri satu demi satu jin di sana. Bentuk mereka bermacam-macam. Ada yang mengerikan, ada yang menjijikkan, ada yang berbau busuk, dan ada pula campuran dari ketiganya. Hanya beberapa saja yang memakai wujud indah. Mungkin malu ketika didatangi makhluk secantik Shona bila mereka masih berwujud jelek.      

Sementara itu, sambil berjalan mengikuti Shona, Jovano terus mencoba meraih komunikasi dengan Sang Agung. Dari telepati yang diberikan Shona sejak tadi, dia mengetahui sebagian besar pasien jin di tempat itu benar-benar jahat kepada manusia. Hanya sekian persen saja yang hanya melakukan kejahatan ringan.      

Tapi, kenapa Sang Agung begitu lama tidak menjawab Jovano?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.