Devil's Fruit (21+)

Penculikan Paksa



Penculikan Paksa

0Fruit 1425:  Penculikan Paksa     

Saat ini, Jovano sedang menanti jawaban dari Sang Agung berkaitan dengan banyaknya jin jahat di bangunan itu.     

Sementara, Shona masih tenang mengalirkan energi _healing_ dia ke pasien jin yang sebenarnya hanya dia alirkan sedikit saja dan malah menyisipkan bom waktu di dalamnya.     

Serafima tetap dia tanpa ingin berkomentar apapun setelah mendapatkan suara telepati dari Jovano agar dia tetap bersabar dan tidak mengucapkan apapun yang bisa menimbulkan kemarahan Nenek Bawuhi.     

Sedangkan si nenek jin yang kini menjadi penguasa di daerah itu dikarenakan dedengkot lainnya sudah dimusnahkan Jovano, dia benar-benar tidak mengetahui apa yang sedang direncanakan orang-orang yang dia bawa ke kerajaannya. Andaikan dia tahu, akan seperti apa warna mukanya, mungkin semakin keriput dan gelap menakutkan.     

Saat ini, Shona sudah membereskan pasien jin hingga di lantai 2. Ini artinya tugas yang diembankan ke dirinya hampir selesai.      

Dan hingga semua pasien jin di rumah sakit itu ditangani Shona, Jovano masih juga belum mendapatkan jawaban dari Sang Agung.     

Berulang kali Jovano bertanya dan terus menghubungi, namun Sang Agung masih diam tak menjawab.     

Shona sudah menyelesaikan pasien terakhirnya sambil dia menoleh ke Jovano, seakan sorot matanya menuangkan pertanyaan pada sang suami.     

Jovano memberikan desah panjang yang lirih. Itu saja cukup bagi Shona untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan dia. Sebagai suami istri yang telah banyak mengalami pengalaman hidup dan mati, mereka tak butuh bahasa verbal, kadang hanya perlu saling memandang dan mereka paham apa yang diucapkan pasangannya.     

Setelah Shona berhasil melakukan tugasnya, mereka semua keluar dari bangunan tersebut.     

Terlihat, Nenek Bawuhi begitu puas. Dia menganggukkan kepalanya bertubi-tubi sambil berkata, "Aku senang melihat kinerjamu yang bagus, perempuan." Ia melirik Shona.     

"Aku hanya berusaha melaksanakan tugas yang diberikan saja. Tak perlu dipikir berat." Shona merendah. Dia begitu ingin lekas keluar dari alam jin ini. Meski di matanya alam ini terlihat sangat indah dan asri, namun entah kenapa, hatinya tak tenang dan merasa tidak nyaman.     

"Aku suka kemampuanmu. Meski aku heran ada manusia seperti kamu, tapi keahlian kamu dibidang penyembuhan sungguh kuakui." Bukannya berterima kasih atas kerja keras Shona, Nenek Bawuhi justru membicarakan mengenai kekuatan healer Shona.      

"Terima kasih untuk pujiannya." Hanya itu yang dilantunkan Shona sebagai jawaban karena dia masih bersedia memandang usia tua sang nenek sebagai senior.      

"Bagaimana jika kau tinggal di sini saja?" Sembari mengatakan itu, Nenek Bawuhi tiba-tiba saja menyarangkan kekuatan gaib dia ke Shona. Kekuatan itu seakan membungkus tubuh Shona dengan ketat sehingga wanita itu tak bisa menggerakkan kedua tangannya untuk melawan.      

Melihat kejadian mendadak itu, Jovano dan Serafima terkejut bukan main. Nenek Bawuhi mendahului serangan!      

"Nenek! Apa maksudmu?" seru Jovano, mulai kehilangan ketenangannya. Mana mungkin dia rela istrinya diperlakukan demikian?      

"Heh! Kau, keriput sialan! Lepaskan keponakan aku! Atau kau sudah bosan hidup?" Serafima juga tak kalah gahar meneriakkan emosinya. Bagaimana pun juga, Shona tetaplah keponakan dia. Kalau ada apa-apa pada Shona, dia bisa diamuk habis-habisan oleh Revka.      

Bukannya marah karena dihina Serafima, Nenek Bawuhi justru tertawa melengking, mirip seperti tawa Nenek Lampir di sebuah tayangan lama di televisi Indonesia. Suaranya sangat tidak menyenangkan dan membuat kesal. "Weehehehe! Memangnya kenapa kalau aku menginginkan dia untuk tetap di sini? Kalian berdua bisa pergi!"     

Usai mengatakan itu, Nenek Bawuhi menghentikan tawanya dan berganti dengan sorot mata tajam melotot pada Jovano dan Serafima sembari dia menaikkan tangan ke mereka.     

Segera saja, Jovano merasakan tubuhnya seolah tersedot pergi dan Shona terlihat menjauh. Mana mungkin dia rela dipisahkan dari Shona? Jika mereka sampai terpisah, pasti akan lebih sulit menemukan Shona kalau sampai dia disembunyikan di alam jin yang bisa berlapis-lapis jumlahnya.      

Maka dari itu, sebelum dia benar-benar tersedot keluar dari alam jin, Jovano mengeluarkan cambuk tulangnya dan dia lilitkan cambuk itu ke tubuh Shona.      

Sementara, Serafima sudah benar-benar keluar dari sana dan kembali ke Alas Purwo. Dia kebingungan, tak tahu bagaimana cara untuk masuk lagi ke alam jin tadi. Jika bertindak serampangan, bisa-bisa dia malah masuk ke alam jin yang salah.      

Karena menyadari bahwa dirinya saja yang keluar, Serafima lekas berasumsi bahwa suaminya masih bisa bertahan di sana dan itu artinya Jovano menemukan cara untuk menyelamatkan Shona yang hendak diculik nenek jin Bawuhi.      

Akhirnya, Serafima pun berusaha menenangkan diri meski dia tetap berjalan mondar-mandir tak nyaman.      

Di tempat lain, di alam jin kekuasaan Nenek Bawuhi, Jovano berhasil melilitkan cambuk tulang milik ibunya yang panjang dan kokoh, sehingga dia berhasil tetap berada di alam itu, tidak tersedot keluar seperti harapan Nenek Bawuhi.      

Melihat apa yang ada di depannya, betapa geramnya Nenek Bawuhi. "Manusia sialan! Kau masih keras kepala? Ingin melawan aku?!" Dia tak tahu pasti apa identitas Jovano dan kedua istrinya. Ketika berita mengenai laut Bali diporak-porandakan Jovano, dia tak dengar. Ketika para dedemit kelas atas menyerang Jovano dan dua istrinya di Alas Purwo, dia masih berada di tempat lain.      

Nenek Bawuhi ketika itu baru pulang dari bepergian dari kerajaan jin lain dan mendapatkan banyak jin yang mati dan terluka. Salah satu anak buahnya hanya mengatakan bahwa ada manusia kuat yang membasmi mereka secara brutal.      

Itulah kenapa Nenek Bawuhi begitu percaya diri ingin menguasai Shona untuk dijadikan penghuni alam jin kekuasaannya.      

Marah atas perlawanan Jovano, Nenek Bawuhi mengeluarkan cambuk juga namun berbeda bentuk. Cambuk miliknya berwarna hijau kehitaman dan mengandung hawa mistis yang kental dan berbau sangat busuk.      

Sigap, Jovano tidak menghindari cambuk Nenek Bawuhi, justru menangkapnya dengan satu tangan. Dia menyeringai dan kemudian mengalirkan api merah seperti Cero milik ibunya. Itu bukanlah jenis api iblis biasa melainkan 100 kali lipat ganasnya dari api iblis.      

Menyaksikan cambuk kebanggaannya secara cepat dibakar Jovano, alangkah terkejutnya Nenek Bawuhi. "Siapa kalian sebenarnya?" Dari aroma tajam api Cero yang kini sudah melelehhabiskan cambuknya, Nenek Bawuhi merasakan jejak aura iblis.      

Mendapati Nenek Bawuhi sedang bingung dan kewaspadaan dia turun, Shona menggerakkan jari telunjuknya dengan santai dan keluarlah elemen air yang segera membungkus kepala Nenek Bawuhi.Segera, jin jahat itu berteriak panik. Padahal, bola air Shona tidak menyakitkan, hanya mengakibatkan sedikit sesak napas saja ketika membungkus korbannya.      

Dengan mudah, Shona membebaskan dirinya dari belenggu kekuatan Nenek Bawuhi. Rupanya dia sengaja tak berdaya hanya untuk mengukur apakah instingnya tepat bahwa Bawuhi hendak berbuat curang padanya. Beruntung suaminya bertindak cekatan dengan cambuk tulangnya.      

Shona terbang cepat ke sisi Jovano dan menatap para jin yang mulai merubunginya. "Jangan paksa aku melenyapkan kalian."      

Sementara, Jovano sudah mulai bisa berdiri tegak menapak tanah, tidak lagi ada perasaan tersedot seperti sebelumnya.      

"Jo, nenek jin ini sangat jahat! Dia suka memakan bayi dan mengakibatkan kematian ibu melahirkan di mana-mana!"      

Begitu Shona selesai memindai memori Nenek Bawuhi, seketika ada bilah cahaya bagaikan laser masuk ke tengah dahi Jovano. Itu membuat dia tersenyum puas. Apakah sinar laser itu gerangan? Kenapa Jovano terlihat senang?      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.