Devil's Fruit (21+)

Memohon Pengampunan



Memohon Pengampunan

0Fruit 1426: Memohon Pengampunan     

Shona hendak dipaksa tinggal di kerajaan jin di bawah kuasa Nenek Bawuhi.     

Jovano bertindak tegas dengan mengeluarkan cambuk tulang dan dibalas Nenek Bawuhi menggunakan cambuknya sendiri, yang pada akhirnya dibakar Jovano.     

Saat keributan antara Jovano dan Nenek Bawuhi terjadi, Shona mengambil kesempatan untuk meloloskan diri dari si nenek jin dan malah berhasil menembakkan bola air dia ke kepala Nenek Bawuhi.     

Dari sana, Shona mengetahui bahwa Nenek Bawuhi sangat jahat melebihi jin perempuan yang sebelumnya dibinasakan Jovano. Nenek Bawuhi gemar makan bayi dan mengakibatkan kematian para ibu melahirkan di banyak tempat.     

Ketika ucapan Shona baru saja melintas di pendengaran Jovano, pemuda itu juga mendapatkan bilah cahaya bagai laser yang masuk ke tengah dahinya. Senyum Jovano pun terbit.     

"Akhirnya Sang Agung memberikan restunya!" Gelegar suara Jovano bagaikan dering eksekusi bagi Nenek Bawuhi. "Sho, lepaskan saja bola airmu dari kepala dia."      

Meski tak paham kenapa Jovano meminta demikian, tapi Shona mempercayai suaminya secara mutlak. "Oke, Jo!" Usai anggukan kepalanya, Shona pun melepas kurungan bola air di kepala Nenek Bawuhi.     

Segera ketika kepalanya sudah tidak lagi dibekap gumpalan air aneh yang membuat dirinya tak nyaman, Nenek Bawuhi melotot tajam ke Jovano dan Shona. Serasa dia ingin menguliti kedua orang di depannya. "Kalian terlalu berani melakukan ini padaku!"      

Namun, Jovano justru terkekeh santai dan mengeluarkan api hitam dari telapak tangan kirinya. "Tentu saja aku berani, karena aku lebih kuat darimu dan restu Sang Agung sudah turun padaku "      

Menepis rentetan kalimat Jovano, perhatian Nenek Bawuhi justru tertuju pada bara api hitam di tangan kiri Jovano. Raut wajah yang sebelumnya sangat murka dan percaya diri bisa menggilas Jovano, kini lenyap dan berganti dengan kengerian dan horor. "Ba-Bagaimana kau ... kau bisa ... bisa punya api iblis yang seperti itu?"      

Sebelumnya, Nenek Bawuhi sempat mencurigai api Cero Jovano yang sudah membakar cambuk kebanggaannya. Namun, rasa curiga itu ia tepis dengan asumsi, tak mungkin bocah manusia memiliki api yang digunakan para iblis.     

Tetapi, ketika kini Nenek Bawuhi melihat geliat api hitam di atas tapak kiri Jovano, dia sudah tidak meragukan lagi bahwa ada hawa iblis pekat di sana. Bocah manusia itu memiliki api iblis! Itulah kenapa dia sangat terkejut.     

"Kenapa, Nek? Panik? Panik, tidak? Panik, dong pastinya ... hehehe ...." Jovano seakan sedang meledek.     

"Kenapa kau punya api iblis?! Langkah Nenek Bawuhi bahkan mulai bergerak mundur pelan-pelan. Meski ingin terbang menghilang, tapi seperti ada kekuatan aneh yang membuat dia susah bergerak. Langkah mundur ke belakang saja dia lakukan dengan susah payah.     

"Apa anehnya kalau aku punya api iblis? Bahkan aku juga punya darah iblis di tubuhku." Jovano menjawab santai.     

"Da-Darah iblis!" Nenek Bawuhi sampai duduk terjengkang di tanah. Wajahnya sudah tidak searogan sebelum ini.      

"Tidak hanya aku, tapi istri cantikku ini juga." Satu tangan bebas Jovano meraih pinggang Shona untuk mendekatkan tubuh mereka satu sama lain sebelum dia mengecup pipi Shona yang tersipu.     

Sepertinya Jovano ingin bermain-main sebentar dengan Nenek Bawuhi, itu mengapa dia meminta tolong Weilong secara diam-diam untuk mengunci pergerakan Nenek Bawuhi. Tak hanya itu, Weilong juga memasang array penghalang khusus di sekeliling ketiganya agar tidak ada intervensi dari luar mereka.      

Inilah mengapa jin-jin lain hanya bisa berteriak marah tanpa bisa mendekat. Meski mereka mulai ciut begitu menyaksikan api hitam di tangan Jovano, tapi mereka juga ingin menolong Nenek Bawuhi yang merupakan sesepuh utama di kerajaan tersebut.     

Setelah banyaknya penguasa dedemit di kerajaan jin itu dibantai Jovano dan kelompoknya, hanya Nenek Bawuhi saja yang paling sakti di sana. Inilah kenapa dia sangat dihormati di tempat tersebut.      

Namun, sosok sekuat Nenek Bawuhi ternyata hanya jadi mainan Jovano saja!      

Yang konyol adalah Nenek Bawuhi hendak menculik Shona untuk dipaksa tinggal di kerajaan tersebut. Ini seakan si nenek jin menabrak dinding baja. Dia lekas memohon pada Jovano, "Tuan Muda Iblis, tolong ampuni aku. Aku sungguh terlalu buta untuk melihat bahwa dia adalah istrimu. Mohon pengampunanmu, Yang Mulia Pangeran. Ampuni nyawa tua ini." Sekarang dia memanggil Jovano dengan berbagai sebutan tinggi untuk menyelamatkan nyawanya.      

"Hm? Mengampunimu? Apakah para bayi yang kau telan itu mendapatkan pengampunan darimu?" Mata Jovano mengerling jenaka pada nenek jin yang ketakutan. Senyum seringai Jovano terlihat menawan sekaligus menakutkan. Inilah definisi Devil's Smile yang sebenarnya.      

Belum sempat Nenek Bawuhi merespon Jovano, Shona menyambung, "Apakah para ibu melahirkan yang berteriak ketakutan ketika kau muncul dan mengiba padamu untuk dilepaskan dari mautmu sudah kau kabulkan? Apakah kau sudah mengampuni mereka? Apa kau melepaskan mereka?" Shona berteriak marah, matanya mulai menyorot merah gelap. Hawa pembunuhannya mengalir keluar tanpa bisa dicegah.      

"Nah, kau sudah dengar sendiri dari istriku, kan?" Jovano melebarkan senyuman pada Nenek Bawuhi.      

"Ta-Tapi ... kalian ini kan iblis! Kalian bahkan lebih jahat dari kami, bangsa jin! Kalian lebih keji! Perbuatan iblis lebih gila dari kami yang tak berdaya di depan ras iblis! Kenapa kalian berlagak berbicara mengenai moral terhadap manusia?"     

Nenek Bawuhi tidak bisa menerima sikap aneh Jovano dan Shona. Sungguh bukan merupakan sikap bangsa iblis yang seharusnya. Terlalu melenceng!     

Tawa kecil Jovano keluar sebelum dia berkata, "Memangnya kenapa kalau kami berdarah iblis? Kami berdua tak hanya berdarah iblis namun juga memiliki sekelumit darah malaikat pula. Bagaimana tentang itu menurutmu, Nek?"      

Mata melotot kaget Nenek Bawuhi sudah selebar piring ketika mendengar ucapan ringan Jovano. Baru kali ini dia mendengar sosok yang memiliki darah iblis sekaligus darah malaikat! "Tidak mungkin! Tidak mungkin!"     

"Di alam semesta ini tidak ada yang tidak mungkin." Jovano terkekeh mengejek keterkejutan Nenek Bawuhi. Sedikit banyak, dia bangga akan dirinya sendiri. Yah, bagaimanapun, dia masih memiliki darah iblis dimana mereka kerap merasa bangga pada dirinya sendiri.      

"Tapi, kenapa kau memperdulikan manusia? Kalian iblis adalah sosok paling dibenci dan dikutuk umat manusia! Mereka mengutuk kalian sampai ke darah daging!" seru Nenek Bawuhi.      

"Biar saja. Itu tidak menggangguku. Aku hanya meneladani ajaran ibuku agar tetap menyayangi manusia dan lebih berada di pihak manusia melebihi apapun." Jovano sembari memainkan api hitam di tangannya. "Nah, sepertinya acara bermain kita sudah usai."      

Wajah Nenek Bawuhi diselimuti teror. "Jangan! Kumohon jangan!"      

"Ya, bagus, berteriaklah sama seperti dulu korban-korbanmu berteriak juga sebelum kau bunuh." Usai berkata demikian, tapak kiri Jovano bergerak pelan dan dia menjentikkan jarinya ke arah Nenek Bawuhi.      

"Aarrghhh! Jangan! Panas! Arrghhh!" Lengkingan jerit kesakitan Nenek Bawuhi menggema di udara, menimbulkan rasa ngeri siapapun yang mendengar di sana. Melihat bagaimana Nenek Bawuhi terbakar secara hebat dan mengerikan seperti itu di depan mata, ratusan jin di dekatnya segera lari kocar-kacir menyelamatkan diri.      

Tak lupa, Jovano berteriak, "Kalau kalian tidak ingin bernasib sama seperti nenek ini, lebih baik lekas bertobat dan jangan ganggu manusia! Kalian dengar?!" Suaranya menggelegar memenuhi kerajaan jin tersebut.      

"Jo, apakah aku sudah boleh melakukannya?" Shona di samping, bertanya.      

Paham apa yang dimaksud istrinya, Jovano mengangguk. "Tentu saja boleh. Kau juga sudah mendapatkan restu Sang Agung."      

Tersenyum setelah mendapat jawaban dari sang suami, maka Shona hanya menjentikkan dua jarinya sehingga berbunyi "klik", tapi bunyi kecil itu disusul dengan rentetan bunyi ledakan yang berasal dari rumah sakit jin tadi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.