Devil's Fruit (21+)

Tinggal di Rumah Kosong



Tinggal di Rumah Kosong

0Fruit 1428: Tinggal di Rumah Kosong     

Jovano dan kedua istrinya sudah tiba di sebuah pemukiman warga, sebuah desa yang cukup ramai dan tidak berada di tempat terpencil. Akses ke sana juga mudah dari berbagai arah.     

Mereka sempat berkenalan dengan Kang Mardun yang mengaku sebagai James, serta Kang Heri yang diberi nama Harry oleh Jovano. Keduanya orang baik dan membantu Jovano untuk bertemu dengan kepala desa serta ketua RT dan RW setempat.      

Ketika mereka diminta untuk menunjukkan tanda pengenal seperti KTP, Jovano dengan mudahnya menggunakan sihir dia sehingga ID card dia dan kedua istrinya langsung dikeluarkan dan diserahkan ke kepala desa untuk dilihat bersama Pak RT dan Pak RW.     

Setelah meminta ijin tinggal sementara di sana, Jovano dan kedua istrinya ditempatkan di rumah kosong milik salah satu warga. Rumah itu masih terawat dengan 3 kamar serta halaman luas.     

Karena tak enak jika hanya menumpang saja, Jovano bersikeras untuk membayar uang sewa untuk rumah tersebut sesuai harga yang pantas. Ia menyewa selama seminggu dan akan memperpanjang jika ternyata dia masih betah di desa tersebut.     

"Untung saja rumah ini rajin dibersihkan setiap minggunya, yah Yu Intan," celoteh salah satu ibu-ibu ketika menyaksikan Jovano dan kedua istrinya mulai masuk ke rumah tersebut.     

"Iya. Karena rumah ini juga sering disewa orang, tapi juga sering ditinggal, sih!" Orang yang dipanggil Yu Intan menjawab tetangganya.     

"Sstt! Mendingan nggak usah dikasih tahu mereka soal yang begituannya!"     

"Iya, Yu Marni. Bisa-bisa nanti mereka nggak jadi menyewa di sana."     

"Ya, sudah, Yu Intan diam-diam saja."     

"Tapi bagaimana kalau warga lainnya yang bocorin cerita itu ke mereka, Yu Marni?"     

"Warga sini sudah biasa kompak untuk tutup mulut, kan?"     

"Ohh, ya sudah, aman kalau begitu. Lagi pula, biasanya bule kan nggak percaya yang mistik-mistik, ya kan?"     

"Iya. Pokoknya aman, deh!"     

Dari pembicaraan antara Yu Marni dengan Yu Intan, sangat jelas bahwa di rumah itu ada sesuatu yang tidak boleh sampai diketahui orang luar.     

Rumah tersebut masih terlihat rapi, bersih dan juga asri dengan adanya halaman depan serta halaman belakang. Kamar mandi juga sudah lebih modern meski tidak memakai shower ataupun bathtub. Setidaknya berada di areal dalam rumah dan bukannya di belakang dan terbuka seperti kamar mandi dan WC jaman lampau.     

Jovano menaruh tas ranselnya di salah satu kamar yang rencananya hanya dia gunakan untuk menaruh barang-barangnya saja. Ini diikuti oleh Shona dan Serafima.     

"Kita pakai kamar belakang yang paling besar saja, bagaimana?" Jovano berkata ke para istrinya.     

Kedua istri mengangguk patuh. Kenyataannya, kamar paling belakang yang dekat dengan dapur dan tempat cuci pakaian memang yang paling besar dibandingkan kamar bagian depan ataupun tengah.     

Selain lebih besar secara luas ruangan, di sana juga ada tempat tidur yang sangat lebar, cocok untuk dipakai tidur 3 orang sekaligus.     

Jovano dan kedua istrinya sepakat untuk menghapus aura mereka sebagai keturunan makhluk supernatural dan membiarkan mereka memiliki aura sebagai manusia biasa agar bisa lebih nyaman ketika bergaul dengan penduduk sekitar.     

Namun, ketika pada petang harinya Shona baru saja keluar dari kamar mandi, dia merasa ada yang janggal dengan kamar mandi tersebut. Dia seperti sedang diamati sesuatu yang tak kentara.     

Apakah dia perlu menggunakan energi iblisnya untuk menerawang? Tapi, Jovano sudah mengatakan bahwa mereka akan mencoba rendah hati kali ini dan tidak mengumbar aura asli mereka agar tidak menarik perhatian makhluk astral.     

Maka dari itu, Shona hanya memiringkan kepala saja dan keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambut basahnya. Masuk ke kamar tidur, dia tidak membahasnya dengan Jovano karena itu masih belum terlalu mengganggunya.     

Ketika giliran Serafima mandi, wanita itu menjerit ketika merasakan dadanya ada yang meremas saat dia sedang berkeramas. "Ehh! Siapa? Jo?" Ia membasuh mukanya yang tertutup sabun dan menatap sekeliling kamar mandi, tidak ada siapapun, bahkan Jovano.     

Apakah dia tadi berhalusinasi? Tapi sensasi diremas itu benar-benar nyata, bukan sekedar ilusi saja.     

Ketika kembali ke kamar, Serafima berkata pada suaminya, "Jo, tadi kok seperti ada yang meremas dadaku yah ketika aku di kamar mandi."     

Mendengar itu, Jovano dan Shona serempak menatap Serafima bersamaan.     

"Aku tadi juga merasa ada yang terus mengamati aku di kamar mandi, tapi aku pikir ya sudahlah, toh cuma begitu. Ternyata dia sampai berbuat jauh ke Sis Sera." Shona akhirnya membuka itu.     

"Kau juga merasa ada yang aneh di kamar mandi, yah!" Serafima membelalakkan mata, senang bahwa ada yang sependeritaan dengannya sehingga dia tidak dianggap sedang berhalusinasi.     

"Hm …." Jovano menggumam panjang. "Wah, wah, kayaknya ada yang mo ngajak ribut ama aku, nih! Berani-beraninya dia nyentuh bini-bini aku."     

"Apa, Jo?" Serafima agak tak paham dengan bahasa gaul Jovano.     

"Ohh, enggak, sayank. Nanti biar aku yang tangani dia. Nah, sekarang, kita akan keluar rumah atau tetap diam saja di sini?" Jovano mengalihkan percakapan ke hal lain.     

"Aku ingin lihat-lihat suasana desa di malam hari! Boleh?" Serafima bersemangat. Dia paling suka dengan hal-hal beraroma pemandangan alam nan asri. Itu mengingatkan dia akan kampung halamannya sendiri di Antediluvian yang mulai dia rindukan.     

"Boleh saja. Sehabis aku mandi ini, kita keluar untuk jalan-jalan sekalian kenalan dengan warga sekitar sini, yah!" Jovano setuju. Dua istrinya mengangguk senang.     

Kemudian, kini giliran Jovano yang masuk kamar mandi. Ketika dia sudah bersiap untuk menerima keanehan di ruang lembab tersebut, dia malah merasa kosong. Tak ada apapun di sana. "Hm? Tak ada apapun di sini?"     

Akhirnya, setelah Jovano selesai mandi, ketiganya benar-benar berjalan kaki menyusuri desa yang asri dan sesekali menyapa penduduk yang masih berada di luar rumah untuk berkenalan.     

Hingga akhirnya jam 9 malam, semua warga sudah mulai masuk ke rumah. Demikian pula Jovano dan kedua istrinya. Mereka tidak ingin terlihat aneh dengan tetap berkeliaran di luaran.     

"Sepertinya kita sudah lama nggak senang-senang, nih! Hehe …." Jovano terkekeh sambil mulai merayapkan dua tangannya ke Shona dan Serafima.     

Ya, terakhir mereka bermesraan intim adalah ketika di Bali, setelahnya, mereka sibuk berurusan dengan makhluk astral. Sebagai keturunan dari iblis Lust, Jovano tentu tak ingin terlalu lama menjeda kebutuhan 'istimewanya' itu.     

Dengan sebuah tarikan lembut, dia merebahkan kedua istrinya di kamar dan memulai mencumbui mereka secara bergantian seraya melucuti satu demi satu pakaian mereka.     

Tak berapa lama, suasana di kamar belakang itu sudah begitu penuh bara menggelora dari ketiganya yang dibuai birahi. Jovano melakukan posisi misionari biasa pada Serafima sambil di belakangnya ada Shona yang sibuk bercumbu dengannya sembari saling sentuh. Terkadang Shona bergerak mendekat ke Serafima yang rebah untuk mengelus-elus daerah sensitifnya menggunakan tangannya hingga Serafima mendapatkan dobel kenikmatan.     

Lenguhan napas ketiganya terus terdengar saling bersahutan silih berganti.     

Kemudian, giliran Shona yang dimanjakan, Jovano menggunakan pose doggy-style dengan sang istri kedua tegak lurus seperti Jovano. Tangan Jovano meremas salah satu dada Shona sedangkan dada lainnya diremas oleh Serafima.     

Shona melenguh halus ketika salah satu tangan Serafima menjangkau benda sensitif di selatan tubuhnya dan dielus secara intens.     

Ketiganya memang sudah terbiasa saling bekerja sama memuaskan satu sama lain, asalkan tidak melanggar apa yang sudah ditentukan Jovano atas mereka.     

Di luar kamar, ada banyak pasang mata yang menyaksikan tingkah polah Jovano dan kedua istrinya. Bahkan ada pula yang mengintip terang-terangan dari jendela yang terbuka sedikit. Namun, semua mata itu bukan mata manusia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.