Devil's Fruit (21+)

Ada Kasus Untuk Mereka



Ada Kasus Untuk Mereka

0Fruit 1429: Ada Kasus Untuk Mereka      

Jovano tentu saja mengetahui ada banyak makhluk astral yang menonton aksi mereka saat itu, namun dia tetap saja tak berbuat apa-apa selain meladeni dua istrinya dengan baik seperti biasanya.      

-0—00—0-     

Pada paginya, Jovano sudah bangun dan ketika keluar kamar, dia sudah mendapati Shona telah berada di ruang tengah. Ada 3 cangkir teh hangat di meja di depannya. Sepertinya Shona yang membuat semua itu.     

"Terima kasih, sayank." Jovano duduk di sebelah Shona dan mengambil secangkir teh untuk dia sesap. "Kau bangun pagi sekali, hm?" Ia menoleh ke istri keduanya usai menyesap teh.     

"Um, mungkin setengah jam sebelum kau bangun, Jo." Shona tersenyum seraya letakkan cangkirnya di meja.      

"Mau jalan-jalan pagi? Ini masih sangat pagi dan cukup pantas untuk acara jalan-jalan, ya kan?" ajak Jovano secara spontan saja.     

"Bagaimana dengan Sis Sera?" Shona menanyakan istri tua.     

"Dia masih tertidur lelap. Kau tau sendiri bagaimana kebiasaan dia mengenai bangun pagi. Bagi dia pagi, bagi kita mungkin menjelang sore, hahaha."     

"Itu karena ulahmu sehingga dia seperti itu, Jo."     

"Hoho … apakah itu artinya aku tak cukup memuaskanmu sehingga kau tidak setepar Sera?"     

"Bukan begitu." Shona mencubit hidung suaminya. "Ayo, kita jalan-jalan menghirup suasana pagi dan melihat apa saja keadaan desa ini kalau pagi begini."      

"Oke. Ayo!" Jovano menggandeng tangan Shona dan keluar dari rumah tersebut, meninggalkan Serafima yang masih tidur lelap di kamar.     

Di sepanjang jalan, Jovano dan Shona menyapa ramah para warga desa yang ada di luar rumah. Sesekali mereka akan mengobrol biasa hanya untuk sekedar basa-basi.     

"Wah! Ada mister!" Kang Heri melihat Jovano dan Shona di dekat persimpangan sebuah jalanan kampung desa mereka. Segera dia memacu motornya untuk mendekat ke dua turis tersebut. "Hello, Mister Jo dan Madam … Shona, bukan?"     

"Ehh, halo, selamat pagi, Harry." Jovano balas menyapa Kang Heri. "Ya, kau benar, dia Shona."     

"Yah salah sendiri, Mister ini istri kok dua-duaan, aku jadi agak susah membedakannya."     

"Harry, kalau kau susah membedakan Shona dan Sera, sepertinya kau tak ada kemampuan untuk poligami, hahaha!"     

"Ahh, Mister bisa saja menggodaku. Kalau itu mungkin bisa dirundingkan, lah! Atau bisa diakali pakai label nama di depan bajunya, hehe!"     

"Ohh, Kang Harry mau ke mana?"     

"Ini … mau cari makan untuk kids di belakang rumah!"     

"Hm? Anak kok ditaruh di belakang rumah?" Shona memasang wajah bingung.     

"Maksud dia, ternak peliharaan, sayank." Jovano rupanya lebih paham. "Benar, kan Kang Harry?"     

"Ahh! Ya, benar! Mister Jo ternyata jenius! Tau saja maksud saya, hehe …." Kang Heri terkekeh. "Kalian sendiri mau ke mana? Madam Sera tidak diajak?"     

"Dia masih tidur, tak tega membangunkan." Jovano menyahut.     

"Ahh … si madam kelelahan." Segera, otak kang Heri langsung berkelana memikirkan sesuatu.     

Jovano seperti tahu apa yang sedang dipikirkan kang Heri dan tertawa. "Jangan terlalu jauh membayangkannya, Kang! Hahaha!"     

"Isshh! Mister Jo jangan-jangan cenayang, nih!"     

"Haha, Kang Harry bisa saja."     

"Wah, yah bagus kalau Mister termasuk orang pintar."     

"Memangnya kenapa, Kang?" Sedikit banyak setelah lama berkelana di Indonesia, Jovano sudah mulai paham beberapa istilah di Indonesia, termasuk istilah orang pintar. Bukan Albert Einstein, ataupun Elon Musk, apalagi Tony Stark. Melainkan merujuk ke seseorang yang bisa berhubungan dengan dunia spiritual yang mengarah ke alam mistik.     

"Karena di desa ini … yah, bagaimana bilangnya, yah?"     

"Katakan saja, Kang. Siapa tau saya punya kenalan yang bisa membantu."     

"Wah, Mister, ini kasus agak berat. Sudah banyak orang pintar dan juga ahli agama di sini menyerah!"     

"Hm? Kenapa bisa begitu? Seberapa berat kasusnya?" Jovano makin tertarik.     

"Di sini … ada warga yang terpaksa dipasung karena dia … dia agak kurang waras, Mister! Yang anehnya, meski dipasung dan dijaga keluarganya, tapi dia beberapa kali hamil ajaib!"     

"Hamil ajaib?" Jovano dan Shona bersamaan mengulang itu.     

"Iya, malah bisa dikatakan hamil tak wajar! Wanita itu … dulu sebelum dipasung, dia berkata dia ingin menikah dengan lelaki, tapi katanya lelakinya pangeran suatu kerajaan. Lalu, keluarganya merasa itu aneh dan melarang dia pergi mencari si pangeran. Jaman sekarang di sini sudah bukan era feudal lagi, Mister, tak mungkin ada pangeran."     

"Hm … lalu?" tanya Jovano.     

"Lalu, karena wanita itu terus mendesak ingin pergi dan beberapa kali sempat minggat dan berhasil dibawa pulang lagi oleh keluarganya, akhirnya mereka terpaksa memasung dia. Nah, anehnya, wanita itu berkata kalau calon suaminya sudah datang ke dia, padahal dia dipasung dan tak ada tamu siapapun ke rumah dia. Lalu … beberapa minggu kemudian, dia mengaku ke keluarganya kalau dia sudah menikah dengan pangeran itu. Dua bulan kemudian, perutnya membuncit secara tiba-tiba seperti perut wanita hamil 7 bulan. Katanya itu anak dari si pangeran."     

"Wah …." Shona sampai mendesah heran.     

"Satu bulan setelahnya, dia bilang kalau dia sudah melahirkan. Perutnya kempis! Benar-benar kempis, Mister … Madam! Padahal tadinya sudah mirip wanita hamil. Dan hal ini sudah 4 kali terjadi pada dia." Kang Heri menceritakannya dengan berapi-api.     

"Tak ada yang tau itu kenapa?" tanya Jovano.     

"Banyak yang bilang itu akibat ulah jin jahat yang merayu dia, Mister! Tapi sudah banyak orang yang mencoba menolong wanita itu, gagal total. Hanya ada 1 pemuka agama desa sebelah yang agak berhasil. Mbak Titin, nama wanita itu, mulai waras dan bisa berkomunikasi seperti orang normal dan pasungannya bahkan sudah dilepas waktu itu. Tapi, mendadak malamnya dia menghilang dan segera dikejar keluarganya, ketemu di kota sebelah sedang jalan seperti orang linglung dan kucel! Benar-benar kasihan!"     

Shona menoleh ke Jovano. Tanpa mengatakan apapun, keduanya sudah saling paham, bahwa ini adalah kasus untuk mereka tangani. Sepertinya tepat keputusan Jovano untuk singgah di desa ini.     

Sementara itu, di rumah … Serafima masih tidur.      

Namun, mendadak dia merasakan tubuhnya seperti disentuh dan dielus. Karena dia terbiasa tidur dalam durasi yang cukup lama, dia sedikit merasa terganggu. "Mmhhh … Jo … mmghh … sana, ahh … masih mengantuk …," erangnya pelan.     

Serafima menepis tangan yang meremas dada serta bokongnya. Kebetulan, saat ini dia tidak memakai apapun selain menutupi tubuh dengan selimut saja bila tidur. Pikirnya, toh pasti ada Jovano yang selalu menjaganya.     

Namun, tangan yang menggerayangi Serafima semakin menjadi-jadi dan menelentangkan dirinya yang masih terpejam karena mengantuk.     

"Jo … sana ke Sho aja, isshh … aku mau tidur …." Serafima berusaha menghalau tangan yang membuka kakinya.     

Sayangnya, Serafima kian dikungkung dan dua tangannya dipegangi ketika sebuah benda tumpul menerobos masuk ke liang istimewanya.     

"Anghh! Angghh! Jo … stop! Kamu menggangguku … Jo, no! Stop!" Serafima masih belum membuka matanya ketika tubuhnya dihentak-hentak makin cepat.     

Karena kesal, Serafima membuka matanya untuk memarahi Jovano yang sudah mengganggu dia. Memangnya Shona tak bisa meladeni dulu kah? pikirnya.     

Namun, begitu kagetnya dia ketika melihat siapa yang kini ada di atas tubuhnya. Walaupun wajahnya adalah wajah Jovano, namun seringai dan auranya bukan Jovano!     

"Siapa kau! Sialan!" Serafima menjerit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.