Devil's Fruit (21+)

Ketegangan Suami dan Istri



Ketegangan Suami dan Istri

0Fruit 1430: Ketegangan Suami dan Istri     

Jo dan Shona masih berbincang dengan Kang Heri mengenai situasi yang menimpa seorang wanita bernama Mbak Titin yang dipasung karena dianggap sudah tak waras.     

Sementara, di rumah yang disewa Jovano, Serafima ternyata sedang mengalami kejadian serius. Dia diganggu salah satu penghuni astral di sana.     

Tadinya, Serafima yang sedang tidur mengira orang yang menggerayangi dia adalah Jovano, bahkan orang itu berhasil menyetubuhi Serafima.     

Namun, ternyata bukan! Itu jelas bukan Jovano.     

Menyadari itu ketika Serafima mulai membuka matanya karena merasa ada yang janggal dari orang yang ada di atasnya, dia membelalak dan berteriak, "Siapa kau! Sialan!" Serafima menjerit.     

Satu tendangan keras diberikan Serafima pada makhluk itu.      

Dhuakk!      

Segera saja si astral kurang ajar pun terpental ke belakang. Wajahnya yang menyeringai pun kini berubah terheran-heran. Kenapa ada manusia yang bisa sekuat itu menendang dirinya?      

Bahkan, jikalau manusia itu juara bela diri, tak akan bisa membuat dia terpental hingga menabrak dinding begitu.     

"Jo! Aku diganggu!" Serafima segera menyentuh anting komunikasinya.     

Sungguh kebetulan ketika Serafima menghubungi Jovano, Kang Heri sedang menoleh ke arah lain.     

Alhasil, ketika Kang Heri kembali ke Jovano, dia keheranan karena tak menemukan Jovano dan hanya Shona saja. "Ehh? Lah? Mana si mister, Non?" tanyanya ke Shona.     

Shona yang sudah diberitahu Jovano, hanya tersenyum simpul sebelum menjawab, "Ohh, dia sedang pulang sebentar, Harry."     

"Lah? Kok cepat sekali? Perasaan tadi aku cuma menoleh—"     

"Harry, apa ada kebun buah di sini? Misalnya apel?" Shona lekas memberikan topik bahasan lainnya.      

"O-Ohh, iya Non! Ada sih kebun, tapi bukan apel. Adanya nangka, jambu, manga, kedondong. You know kedondong, Non?" Kang Heri menjawab antusias.     

"Wah, belum pernah mendengar itu, Harry. Apa tadi? Kedon—apa?" Shona lega karena Kang Heri langsung teralihkan. Mungkin akibat senyum manis kaum Succubus yang membuat Kang Heri terhipnotis.     

"Kedondong, Non! Ayo, kakang Harry antar Noni ke kebun punya haji Irfan! Dia punya kebun luas dan buahnya juga banyak." Kang Heri jadi bersemangat.      

Shona mengangguk dan mengikuti Kang Heri yang menuntun sepeda motornya, tak berani menawarkan memboncengkan Shona. Selain tak enak hati dilihat warga desa dan Jovano, dia juga takut jika istrinya nanti akan ribut karena cemburu.      

Sementara Shona sedang mengurus Kang Heri yang sempat curiga dengan cepatnya Jovano menghilang dari hadapannya, Jovano sudah tiba di rumah dengan kecepatan tak bisa dibayangkan manusia biasa.     

"Kau!" Jovano murka melihat Serafima sudah berdiri memeluk selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya di sudut kamar. Mata Jovano seketika saja memerah karena emosi.     

Makhluk astral itu sangat terkejut dengan cepatnya kemunculan Jovano segera setelah Serafima menyentuh anting tadi untuk memanggil suaminya.      

Yang lebih mengejutkannya lagi adalah mata Jovano bisa berubah menjadi merah, benar-benar merah terang. "K-Kau ini … apa?" Makhluk itu pun berubah ke wujud aslinya; hitam, besar, dan berbulu. Semua bagian tubuhnya berbulu, bahkan wajahnya. Sungguh mirip gorilla, namun lebih mengerikan dan giginya memiliki deretan gigi tajam bagai gigi hiu.     

"Orang mati tak perlu banyak tahu!" Jovano mengeluarkan api Cero dia di tangannya dan langsung menghantamkannya ke makhluk astral.     

Si hitam berbulu terkesiap dan tak siap sama sekali. Oleh karena itu, dia tak sempat kabur dan langsung terkena api Cero Jovano. Tubuh astralnya segera saja terbakar, berkobar di ruangan itu. Meski begitu, itu adalah api astral, makanya tidak akan membakar apapun di ruangan itu.     

Serafima memandang jijik ke makhluk yang kini sedang berteriak-teriak kesakitan.      

Karena itu hanyalah Api Cero, maka tidak langsung mengubah jin jahat itu menjadi abu melainkan mengalami penderitaan hebat dari pembakaran tersebut selama beberapa waktu.     

"Harusnya kau tahu bahwa ada orang yang tidak boleh kau sentuh dan kau ganggu." Jovano mengembalikan warna matanya ke hitam kecokelatan biasa.     

"Aarghhh! Siapa kau! Siapa kau sebenarnya?" seru makhluk itu.     

"Sudah kubilang, orang mati tak perlu banyak tahu. Kenapa, akan jadi setan penasaran? Kau ini sudah setan! Tak perlu gentayangan lagi, bajingan!" Jovano menjentikkan jarinya dan api Cero pun semakin membara dan si jin jahat makin meraung kesakitan.     

"Aarghhh! Kau bukan manusia! Kalian bukan manusia …." Jin jahat itu pun mulai gosong seluruhnya dan tak sampai satu menit berikutnya dia berubah menjadi gundukan abu dan tertiup angina, keluar dari kamar melalui jendela.     

"Tsk! Siapa suruh berani menyentuh istri berhargaku!" Jovano masih kesal. Dia mengatur napasnya kembali normal dan menoleh ke istrinya. "Lain kali, jangan lagi tidur dalam keadaan telanjang." Masih tersisa kekesalan di nada suaranya.     

"Huft! Iya, iya, aku salah." Serafima benar-benar tak ingin menambah kekesalan suaminya dan langsung saja mengalah untuk mengakui kesalahannya. Tapi, dia tak mau sepenuhnya disalahkan, "Lagi pula, kalian kenapa meninggalkan aku begitu saja? Kenapa tidak membangunkan aku?"     

Menoleh ke istrinya, Jovano menghela napas sebentar untuk meredakan amarahnya. Mana mungkin dia tidak murka ketika istrinya disentuh pihak lain sampai terlalu jauh? "Kau susah dibangunkan di pagi hari dank arena kami sudah paham kebiasaanmu itu, mana mungkin kami masih ingin repot-repot mengganggu tidurmu yang seperti Putri Tidur?" sindirnya. Sedikit banyak dia kesal karena Serafima malah masih bisa menyalahkan dia.     

Shona masuk ke rumah dan mendapati ketegangan di antara suami dan madunya. "Hm? Ada apa ini? Kenapa sepertinya—" Ia menggantung kalimatnya ketika melihat keduanya seperti sedang tak dalam kondisi nyaman.     

Berjalan menghampiri Serafima di sudut kamar, Shona merangkul madunya dan berkata, "Sis, ayo ke kamar mandi, aku temani kau mandi. Kebetulan aku juga belum mandi. Keringatku banyak setelah berkeliling di kebun seorang warga."     

Tidak menjawab, Serafima hanya diam mengangguk saja akan ajakan Shona. Kedua wanita itu pun berjalan ke arah kamar mandi, meninggalkan Jovano yang sedang mengatur emosinya agar mereda.     

Di kamar mandi, kedua wanita itu saling menyiramkan air dan menyabuni satu sama lain dan mulai bercanda bagai taka da apapun terjadi sebelumnya.     

Sementara, mata batin Shona jelas mengetahui ada beberapa makhluk astral yang mengamati mereka di kamar mandi, namun dia diam saja, berlagak tak tahu apa-apa.     

Pada malam harinya, usai menikmati sajian makan malam yang diantarkan Bu RT, ketiga orang itu duduk santai sejenak di teras depan. Sesekali mereka akan membalas sapaan dari warga yang lewat di depan rumah.      

Kemudian, Kang Heri dengan motornya berhenti di depan rumah sewa itu, dia turun dari motor dengan wajah agak tak tenang. "Mister! Gawat, Mister!"     

"Hm? Ada apa, Kang?" tanya Jovano sambil berdiri menyambut Kang Heri.     

"Mbak Titin! Mbak Titin kesurupan! Kesurupan parah sampai hampir memutus rantai pasungnya!" Kang Heri memberikan jawaban.     

"Ayo, kita ke sana!" Jovano menoleh ke dua istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.