Devil's Fruit (21+)

Apakah Kau Mencintainya?



Apakah Kau Mencintainya?

Fruit  1431: Apakah Kau Mencintainya?     

Saat Jovano dan kedua istrinya sedang bersantai di teras depan usai makan malam, Kang Heri mendatangi rumah mereka dengan tergesa-gesa menggunakan motor sambil wajahnya panik, dia berkata, "Mbak Titin! Mbak Titin kesurupan! Kesurupan parah sampai hampir memutus rantai pasungnya!"      

Melihat raut muka panik Kang Heri, Jovano menoleh ke istri-istrinya dan berkata, "Ayo, kita ke sana!"      

Serafima dan Shona mengangguk bersamaan dan mereka pun berjalan kaki cepat ke rumah orang tua Mbak Titin.     

Sesampainya di rumah itu, Jovano langsung mendapati rumah tersebut sudah dikepung oleh banyak makhluk astral jenis jin. Wujud mereka berbagai macam dan rupa, dari yang menyeramkan sampai menjijikkan.     

Jovano cukup mengibaskan tangannya secara acak dan para makhluk astral itu merasa dirinya mendapatkan tekanan dan menyingkir beberapa meter dari rumah tersebut. Mereka menatap waspada terhadap pemuda berwajah bule itu.     

Dari depan halaman rumah saja sudah mulai terdengar lengkingan suara wanita dan juga raungannya. Suara itu terdengar memilukan dan sekaligus mengerikan. "Aaarghhh! Uhuuhuhuu … hahaha … aarghhh! Lepaskan ini, bangsat! Kalian semua bangsat! Arrghh! Hehehe …." Mbak Titin berteriak kencang, meraung keras tanpa perduli siapa yang berada di dekatnya.      

Ketika Jovano dan dua istrinya telah sampai di ruang tamu, sudah ada banyak ibu-ibu di sana. Mereka hanya penonton berwajah cemas dan sesekali berbisik-bisik dengan kawannya.     

"Ihh, kok semakin parah sepertinya Mbak Titin ini, yah!"     

"Padahal baru seminggu kemarin dia kumat, ini kok sudah kumat lagi."     

"Tapi sepertinya ini paling parah, aku tadi lihat, tangan dan kakinya berontak sampai berdarah-darah, rantainya nyaris putus!"     

Ketika ayah Mbak Titin melihat Kang Heri membawa Jovano, dia pun bertanya, "Her, kenapa malah bawa bule ini? Untuk apa? Menonton pertunjukan, heh?"     

Kang Heri lumayan ciut karena ayah Mbak Titin merupakan seseorang yang lumayan terpandang di desa itu. "A-Anu, Pak Wirno. Ini … ini … siapa tau … Mister Jo bisa menyembuhkan …."     

"Omong kosong macam apa yang kamu semburkan, Her?!" Mata Pak Wirno melotot pada Kang Heri, menyebabkan lelaki pencari rumput pakan ternak itu tak berani membalas tatapan Beliau, dan menunduk takut.     

"Permisi, Pak. Saya di sini bukan untuk menonton, tapi ingin membantu." Jovano maju untuk menyahut Pak Wirno.     

"Memangnya apa yang bisa bule seperti kamu lakukan? Ini bukan Amerika, bukan Inggris, di sana pasti tidak ada beginian! Jangan sok tau kau!" Pak Wirno mendelik ke Jovano. Beliau sudah pusing dan lelah menghadapi kemelut putri satu-satunya, sekarang malah disodorkan lelucon bule ingin menolong orang kesurupan.     

Sejak kapan bule paham akan konsep kesurupan?     

Sepertinya Pak Wirno kurang banyak wawasan, bahwa hal seperti kesurupan atau kerasukan ini banyak pula terjadi di luar benua Asia. Bahkan, kasus kerasukan di benua Amerika dan Eropa tergolong lebih ganas ketimbang yang di Asia. Karena, di Amerika dan Eropa tidak ada jin, sehingga akan langsung berhadapan dengan sosok iblis.     

"Saya sudah pernah menangani kasus orang kesurupan beberapa kali, Pak. Jadi, siapa tau kali ini saya juga bisa menolong putri Bapak." Jovano masih bersikap tenang dan sopan.     

"Pak, sudah! Biarkan saja dia mencoba! Siapa tau berhasil!" Bu Wirno meraih lengan baju suaminya sambil wajahnya masih bercucuran air mata. Momen ketika sang putri kumat begini merupakan momen paling menghancurkan hatinya, paling menguras tenaga dan pikiran.     

"Huh! Ya sudah!" Pak Wirno mengibaskan tangan dengan pandangan acuh tak acuh lalu berbalik badan sambil menggumam keras, "Awas saja kalau tidak berhasil, akan aku minta pak Kades mengusirmu dari desa ini!"     

Tidak lagi menggubris Pak Wirno yang antipati, Bu Wirno segera mengantar Jovano dan kedua istrinya masuk ke dalam kamar Mbak Titin. Di dalam kamar sudah ada pemuka agama dan juga paranormal yang berusaha menenangkan Mbak Titin yang terus memberontak di ranjang pasungnya.     

Melihat kondisi Mbak Titin, sungguh membuat hati Jovano dan dua istrinya trenyuh iba. Wanita itu sebenarnya cantik, namun kini badannya tinggal tulang terbungkus kulit keriput. Sisa-sisa kecantikannya tinggal 10 persen saja, selebihnya hanyalah penampilan berantakan dan mengenaskan.     

Kedua tangan dan kaki Mbak Titin diberi gelang dari rantai yang terhubung dengan pasung semen kuat di empat sudut kamarnya. Saat ini, karena berontakan Mbak Titin begitu hebat, mengakibatkan pergelangan tangan dan kakinya mulai berdarah-darah mengerikan seolah tulang di sana bisa putus kapanpun.     

Dalam sekali lihat saja, Jovano sudah mendeteksi adanya kehadiran jin jahat di kamar itu. Matanya langsung menatap tajam ke arah jin itu. "Kau jahat sekali!" bentak Jovano ke sebuah sudut kosong kamar.     

Ucapan keras Jovano mengagetkan orang-orang di kamar itu. Mereka menoleh ke Jovano, lalu berganti ke arah yang ditatap si pemuda bule itu.     

Jin itu awalnya kaget, tak menyangka Jovano bisa melihat dirinya. Namun, kemudian dia tertawa. "Hahaha! Manusia ini sungguh menarik, bisa melihatku! Aku sampai kaget untuk pertama kalinya. Haha … aku mengakui ilmumu tinggi juga, manusia. Tapi, memangnya kau bisa apa?" Jin seolah memprovokasi Jovano dengan kata-kata meremehkan sembari menyeringai mengejek. "Dua orang itu saja tidak becus," ucapnya sembari menunjuk pemuka agama dan paranormal yang di dekat Jovano. "apalagi kau, bocah!"     

"Kau tidak akan tau aku mampu atau tidak jika aku belum bergerak, ya kan?" Jovano menyeringai. Hanya jin saja sudah berani berlagak di depannya? Meski jin satu ini memang cukup kuat dibandingkan jin-jin yang ada di Alas Purwo, namun masih jauh lebih lemah dari bangsa iblis. Itu sudah bisa dipastikan.     

"Sombong!" Jin itu melotot dan mengeluarkan energinya meski dia tak bergerak ke Jovano.     

Aliran energi yang menekan segera meluncur cepat ke Jovano. Sayangnya, itu masih terlalu lemah untuk bisa mengganggu Jovano. Pemuda itu hanya menyeringai sambil mengibaskan tangan dengan santai. "Hanya itu saja?"     

Jin itu terkejut. Jovano bisa dengan mudahnya membubarkan energi kuat dia? Bahkan pemuka agama dan paranormal di dekat Jovano saja sudah mulai merah padam wajahnya karena tekanan energi dia yang dikibas Jovano.     

Jovano menoleh ke samping dan terkejut mendapati pemuka agama dan paranormal di dekatnya seperti orang tercekik. "Ehh! Aduh, maaf! Aku sampai lupa masih ada kalian! Sungguh, aku minta maaf!" Kemudian dia menoleh ke Shona dan berkata, "Sho, tolong dong sembuhkan mereka."     

Shona mengangguk dan dibantu Serafima, mereka membimbing kedua lelaki itu keluar dari kamar tersebut untuk disembuhkan Shona.     

Kini, di kamar hanya ada Jovano dan si jin jahat.      

"Kenapa kau mengganggu perempuan ini? Apa salah dia padamu?" Jovano tidak ingin langsung menyerang, dia ingin tahu lebih banyak mengenai alasan kenapa jin itu membuat kehidupan Mbak Titin begitu mengenaskan.     

"Dia milikku! Dia istriku!" seru jin itu sambil matanya melotot.     

"Istri? Apakah kau sudah meminta ijin pada keluarganya untuk meminang dia?" Jovano mengernyitkan dahi.     

"Tidak perlu! Aku hanya butuh dia, bukan keluarganya!" Jin masih berteriak.     

"Apakah kau mencintai dia?" Jovano mengajukan pertanyaan. Ini merupakan pertanyaan penting yang akan menjadi landasan bagi pergerakan Jovano setelahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.