Devil's Fruit (21+)

Kami Saling Mencintai dan Bahagia



Kami Saling Mencintai dan Bahagia

0Fruit 1432: Kami Saling Mencintai dan Bahagia     

Jin jahat yang menguasai Mbak Titin bersikeras untuk tidak meninggalkan Mbak Titin dengan alasan dia menginginkan wanita malang itu menjadi miliknya.     

"Apakah kau mencintai dia?" Jovano mengajukan pertanyaan. Ini merupakan pertanyaan penting yang akan menjadi landasan bagi pergerakan Jovano setelahnya.      

Si jin yang pada awalnya menampilkan wujud tampan dan gagah itu kini berangsur berubah menjadi sosok berwarna hijau lumut dengan bau anyir menusuk hidung dan banyak lendir di sekujur tubuhnya. Sungguh menjijikkan dan jauh dari kata tampan serta gagah menawan.     

Mbak Titin yang tadinya seperti orang kesurupan pun mulai tersadar dan berkata lirih ke Jovano, "Tolong, jangan sakiti dia. Tolong jangan apa-apakan suamiku. Dia suamiku." Suaranya benar-benar memohon.     

Kening Jovano mengerut sedangkan mata kedua istrinya mendelik kaget mendengar permohonan Mbak Titin.     

"Lihat! Dia mengakui aku sebagai suaminya! Hahaha! Kalian tidak memiliki hak untuk memisahkan kami!" Jin itu tertawa puas mendengar dirinya dibela oleh Mbak Titin.     

Serafima dan Shona yang baru saja selesai menyembuhkan dua orang yang terkena energi si jin tadi pun bergegas mendekati Mbak Titin. Tangan Shona segera menempel di kening Mbak Titin untuk menyalurkan energi healing dia.     

"Kak, tolong dipertimbangkan dulu sebelum mengatakan itu." Shona berusaha mengingatkan Mbak Titin.     

"Tapi, aku memang istrinya, dia suamiku, kami sudah bahagia apa adanya. Dia dan aku saling mencintai, kami saling menyayangi," ucap lirih Mbak Titin sambil matanya melirik ke Shona dan Serafima, bergantian.      

Karena Mbak Titin sudah berada di dalam kekuasaan Serafima dan Shona, dia tidak berani mendekat karena belum yakin benar latar belakang dan kekuatan 3 orang ini. Dia tidak boleh gegabah. Namun, dia juga tidak ingin kehilangan mangsa, yaitu Mbak Titin.     

Mendengar penuturan jujur Mbak Titin, Serafima merasa kesal dan berkata, "Kak Titin, apakah kau yakin kau mencintai jin jahat seperti dia? Dia jahat dan jelek! Bau pula, puih!" Sebagai orang yang suka berkata lugas, Serafima menyemburkan kalimat apa adanya sesuai apa yang ada di otaknya.     

"Dia pangeran tampanku! Aku mencintainya! Aku tak bisa tanpa dia!" Mbak Titin kembali menaikkan suaranya.     

"Tenang, Kak, tenang, aku masih mencoba menyembuhkan Kakak dari malnutrisi dan juga daya hidup Kakak yang dihisap oleh dia." Shona masih menahan agar Mbak Titin tidak banyak bergerak sembari dia masih berkonsentrasi menyembuhkannya.     

"Tapi dia dan aku memang saling mencintai, kami bahagia. Tapi kebahagiaan kami sering ditentang orang-orang yang tak mau memahami cinta kami, hiks!" Mbak Titin mulai menangis sedih mengingat bagaimana dia sudah berjuang untuk meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dia sudah memiliki pasangan dan tak ingin lagi dijodohkan dengan siapapun.     

Sembari menyembuhkan Mbak Titin, rupanya Shona sekalian memeriksa memori Mbak Titin dan dahinya lekas berkerut ketika dia sudah melihat apa saja yang sudah dilalui Mbak Titin sebelum ini. "Kau, kau begitu jahat! Kau sudah mencelakai banyak lelaki yang hendak dijodohkan ke Kak Titin!" Mata tajam Shona terarah ke jin jahat.     

"Huh! Salah siapa mereka berani mendekati istriku!" Jin jahat tidak mengelak dari tuduhan itu.     

"Kau bahkan membunuh 2 orang dengan membuat mereka mati dalam kecelakaan! Kau sungguh laknat!" Shona berseru. Meski dia tidak memindai memori si jin, namun dari memori Mbak Titin, dia melihat ada beberapa lelaki yang dilihat Mbak Titin ketika datang ke pelayatan. Dari sanalah Shona berhasil mendapatkan residu memori almarhum.      

Sungguh kemampuan Shona sudah semakin tinggi saat ini. Mungkin juga dia tak perlu bersusah payah jika ingin memindai memori siapapun, termasuk jin sekalipun. Cukup dia arahkan konsentrasinya pada sosok yang ingin dipindai, maka meski sosok itu sudah berubah menjadi astral dan sisa energi, dia bisa mengetahui apa saja yang ada di memori makhluk tersebut.     

Melihat istri keduanya makin berkembang pesat, Jovano merasa senang dan bangga di hatinya. Shona memang memiliki bakat alami mengenai kekuatan semacam itu.     

Sedangkan kedua orang tua Mbak Titin yang mendengar seruan Shona, mereka terbelalak. Segera, mereka mendekat ke Shona sambil Bu Wirno bertanya, "Be-Benarkah, Nona? Dia … dia sampai membunuh pemuda yang kami jodohkan dengan Titin?"     

Shona menatap Bu Wirno dan mengangguk tegas. Bu Wirno langsung membekap mulutnya, merasa sangat bersalah, seakan Beliau turut andil membunuh anak-anak dari kolega bisnis suaminya. Beliau menangis sesenggukan di pelukan suaminya.     

Sementara itu, orang-orang yang di luar kamar mulai memahami apa saja yang terjadi di dalam kamar dan mereka saling bercakap-cakap.     

"Ya ampun, ternyata sakitnya Mas Sandi itu akibat dijodohkan dengan Mbak Titin!"     

"Ei! Akibat perbuatan jin jahat! Bukan karena dijodohkan!"     

"Ya, tapi tetap saja gara-gara dijodohkan, makanya disasar jin jahat, kan?"     

"Iya, juga, sih. Kasihan, yah!"     

"Ternyata kecelakaannya Mas Windu dulu itu karena ulah jin! Jahatnya! Padahal Mas Windu anak satu-satunya Pak Darmo, loh! Bu Darmo sampai stress hingga sekarang!"     

Telinga peka Jovano bisa mendengar bisik-bisik para ibu-ibu di luar sana dan dia menghirup napas dingin. Jin jahat ini sudah tidak bisa dibiarkan. Dia segera mengirimkan permintaan kepada Sang Agung agar boleh membinasakan jin itu.     

Sembari menunggu jawaban dari Sang Agung, Jovano menatap jin yang hanya bisa ditatap dia dan 2 istrinya. "Kau, kau jelas merupakan makhluk jahat dan tidak pantas hidup di dunia manapun. Tempatmu adalah kehancuran abadi."     

"Huh! Memangnya kau siapa hingga sok memberikan penghakiman padaku!" bentak jin itu sambil mata besar dan merahnya melotot ke Jovano.     

"Jangan! Jangan binasakan dia! Aku mohon, jangan sakiti suamiku tercinta!" Mbak Titin masih saja memberikan pembelaan kepada jin jahat. Kepalanya menggeleng-geleng.     

Saat ini, rona wajah mbak Titin sudah mulai kembali dan dia tidak sepucat tadi. Shona sudah banyak menyembuhkannya. Bahkan kulit kelabu Mbak Titin juga sudah berganti menjadi kulit sehat berwarna kuning langsat, kulit alami Mbak Titin.     

"Kak, tolong lihat baik-baik, patutkah orang seperti dia menerima cinta Kakak?" Shona memperbesar energinya, berharap itu bisa membuat mata murni Mbak Titin bisa terbuka. Sayang sekali, belum berhasil juga.     

Mbak Titin masih melihat penampilan terbaik jin jahat. Tampan, gagah, bagaikan bintang Bollywood idaman Mbak Titin. Apalagi jika jin tersenyum, itu melelehkan hati Mbak Titin.     

Jovano tak punya pilihan lain dan meminta Wei Long keluar. "Ini mungkin akan menyakitkan bagi Anda, Mbak, tapi pil pahit tetaplah sebuah obat," ucapnya sembari melihat naga kecil Wei Long hadir di dekatnya.     

Jin jahat membelalakkan matanya ketika melihat Wei Long. Bagaimana bisa ada naga di sini! Maklum saja, dia sangat jarang bertemu dengan binatang keramat seperti naga yang berbentuk ala naga di Tiongkok. Indonesia yang dia diami tidak memiliki siluman ataupun roh naga jenis itu.     

"Huh! Si kutu ini hendak bermain-main ilusi di hadapanku!" Wei Long mendengus dan dia menembakkan kepulan asap ke wajah Mbak Titin.     

Begitu asap itu mengenai wajah dan mata Mbak Titin, segera saja wanita itu berteriak histeris.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.