Devil's Fruit (21+)

Pak Tarno



Pak Tarno

0Fruit 1434: Pak Tarno     

Jovano dan dua istrinya berhasil menuntaskan gangguan pada Mbak Titin dan wanita itu berhasil terhindar dari bencana.      

Kembali ke rumah sewaannya, Jovano langsung membasmi para makhluk astral di sana. Untuk yang pernah mengerjai istrinya, dia langsung memberikan api Cero dia untuk menyiksa makhluk itu.     

Sementara, astral-astral lainnya yang mengetahui Jovano kuat, mereka bergegas lari kelabakan tunggang-langgang meninggalkan rumah tersebut sehingga kini, di sana begitu damai dan menyenangkan tanpa adanya gangguan.     

Usai drama supernatural menegangkan malam itu di rumah Mbak Titin, nama Jovano melejit di desa tersebut, bahkan desa-desa sekitarnya pun mulai mendengar mengenai kesaktian seorang bule muda dengan 2 istrinya.     

Ketika Jovano dan kedua istrinya berkunjung lagi ke rumah Mbak Titin pada keesokan harinya, wanita itu sudah jauh lebih baik dan rona wajahnya telah sepenuhnya kembali ke warna normal.      

"Biar aku bantu untuk menuntaskan pengobatan Kakak." Shona maju ke pembaringan Mbak Titin. Kamar itu kini sudah tidak lagi berbau busuk dan anyir, hanya ada kamar bersih dan berbau wangi usai dibersihkan secara menyeluruh.     

"Terima kasih." Mbak Titin pun tersenyum penuh rasa syukur. Ibu dan ayahnya pun sangat berterima kasih pada Jovano.     

-0—00—0-     

Kabar mengenai kesaktian Jovano sudah tiba di desa lain dan seorang penduduk di sana datang ke desa tersebut untuk menemui Jovano.     

"Maaf, apa benar ini tempatnya Mister Jo?" tanya orang itu ketika masuk ke halaman depan rumah yang ditinggali Jovano.     

Shona yang kebetulan sedang di depan pun menimpali dengan sopan. "Ohh, ya benar. Ada perlu apa dengan suami saya, Pak?"     

Bapak itu cukup kaget juga menemukan ada bule berambut pirang keperakan mampu mengucapkan lafal bahasa Indonesia dengan sangat fasih, seolah Shona bukan bule tapi orang Indonesia sejak lahir. "A-Anu … bisa bertemu dengan Mister Jo?"     

"Ohh, bisa, Pak. Silahkan masuk dulu." Shona mempersilahkan bapak itu untuk ke ruang tamu.     

Si bapak pun mengikuti Shona, Beliau masih terpukau dengan bahasa Indonesia dan juga sopan santun Shona yang mengagumkan.     

Di ruang tamu, si bapak menunggu sembari Shona masuk ke dalam dan menemui Jovano yang masih bersantai menonton televisi bersama Serafima. "Jo, ada yang ingin bertemu kamu."     

"Ehh? Siapa?" Jovano lekas turunkan kedua kakinya dari sofa panjang.     

"Entah, sepertinya dia bukan penduduk desa ini." Shona mengangkat bahunya.     

Jovano pun berjalan ke ruang tamu diikuti Shona dan Serafima yang semenjak di desa itu berani menunjukkan warna asli rambutnya, yaitu jingga terang.     

Menyaksikan Jovano dan kedua istrinya datang, si bapak tadi terperangah. Ketiganya merupakan makhluk yang sangat menawan mata, seperti bukan berasal dari bumi saja. "A-Anda yang bernama Mister Jo?" gugup si bapak karena pesona ketiganya dan terkejut mengetahui bahwa Jovano memang masih muda, seperti rumor yang beredar.     

"Iya, Pak. Saya Jovano, atau panggil Jo saja tak apa, Pak. Silahkan duduk kembali, Pak." Jovano mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.     

"Ohh! Ehh! Ya." Bapak itu segera menjabat tangan Jovano dan kembali duduk. "Nama saya Sutarno, panggil Pak Tarno juga tak masalah." Bapak itu memperkenalkan diri.     

"Ohh, baiklah, Pak Tarno. Apa yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Jovano dengan nada sopan.     

"Begini, Mister Jo, salah satu cucu saya, dia laki-laki, sakit seperti orang koma, tak bangun juga setelah dia jatuh di kebun ketika sedang memanen buah nangka milik Haji Udin." Pak Tarno menceritakan kemelut yang menimpa cucu lelakinya. "Apakah ini ada kaitannya dengan dedemit? Atau jangan-jangan Pak Haji Udin memelihara demit untuk pesugihan dia dan menumbalkan cucu saya?"     

Jovano mengerutkan keningnya dan dia menjawab menggunakan nada tenang, "Sabar dulu, Pak Tarno, hal seperti ini tidak bisa dipukul rata ulah makhluk astral atau dedemit. Bisa saja cucu Pak Tarno memiliki penyakit bawaan yang mendadak kambuh saat itu. Apakah sudah dibawa ke rumah sakit?"     

"Sudah, Mister! Sudah kami bawa ke rumah sakit dan ada di sana sampai setengah bulan dan tak ada kemajuan, akhirnya kami bawa pulang karena tidak bisa disadarkan juga oleh pihak rumah sakit. Maka dari itu, kami sekeluarga menduga ini pasti gara-gara Pak Haji Udin. Kami dan banyak tetangga lainnya mendengar dari desas-desus bahwa Pak Haji Udin memiliki demit pesugihan, makanya banyak yang tak mau kerja di sana. Hanya, kebetulan cucuku bandel dan ingin punya uang untuk beli motor baru, makanya dia rela kerja di tempat Pak Haji Udin." Pak Tarno menjelaskan cukup panjang.     

"Tapi, sebaiknya kita tidak terburu-buru menuduh Pak Haji Udin dulu, Pak Tarno." Jovano paham dengan alur pikiran orang seperti Pak Tarno. Ini karena kebanyakan dari orang Indonesia kerap mengkaitkan bencana dan kemalangan yang menimpa mereka dengan hal-hal gaib ataupun supernatural.      

Walau terkadang memang benar begitu adanya, namun sebagian lainnya tentu tidak berkaitan dengan hal mistik apapun.      

"Yah, saya tahu saya mungkin terlalu berprasangka pada Pak Haji Udin." Kepala Pak Tarno menunduk, guratan sedih mengimbangi guratan wajah rentanya. Kemudian, Beliau kembali naikkan wajahnya dan berkata ke Jovano, "Mister, saya mohon, sembuhkan cucu saya, berapapun biayanya, saya akan sanggupi asalkan cucu saya kembali sehat."     

Dilihat dari ucapan dengan nada bergetar dan mata berkaca-kaca dari Pak Tarno, Jovano dan dua istrinya bisa menduga dengan pasti bahwa cucu itu pasti yang paling disayang oleh Beliau.     

"Pak Tarno tolong sabar dan tabah, tentu saja saya akan coba lihat bagaimana sebenarnya kondisi cucu Bapak, dan apa yang menjadi penyebabnya." Jovano tak ingin Pak Tarno makin bersedih. "Saya harap saya bisa memberikan kesembuhan pada cucu Bapak. Saya akan berusaha semaksimal yang saya mampu."     

"Bisakah Mister ke rumah saya sekarang juga?" Pak Tarno menghapus genangan air mata yang hampir jatuh. Mata tuanya basah mengguratkan kesedihan yang nyata.     

"Baiklah, Pak. Sebentar, saya akan ganti baju dulu." Jovano mengangguk. Dia tidak menunda. Toh, seharian dia paling-paling hanya bersantai saja di rumah, tak melakukan pekerjaan lain. Tak ada salahnya menyegerakan pertolongan kepada yang membutuhkan. Apalagi ini juga berguna untuk menambah isi cairan di dalam bola kristal.     

"Anu … saya akan cari mobil sewaan dulu, Mister! Rasanya tak pantas kalau Mister tidak diberi fasilitas yang pantas." Pak Tarno bangkit berdiri dengan sikap penuh semangat, tidak menyangka Jovano akan langsung bersedia, tidak seperti orang-orang yang katanya ahli, yang sudah Beliau datangi, mereka berlagak sibuk dan menunda-nunda kedatangan untuk cucunya. Sudah begitu, mereka gagal semua tanpa hasil! "Mohon Mister menunggu dulu!" ucap Beliau sebelum pergi dari hadapan Jovano.     

Pak Tarno pun kembali ke halaman depan dan mengambil sepeda yang dia sandarkan di gerbang depan untuk dikayuh kembali ke desanya. Jarak lumayan jauh dan melelahkan tidak dirasakannya ketika dia mendapatkan secercah harapan untuk sang cucu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.