Devil's Fruit (21+)

Cara Jovano Punya Banyak Uang



Cara Jovano Punya Banyak Uang

0Fruit 1435: Cara Jovano Punya Banyak Uang     

Ketika Jovano mengetahui kenyataan bahwa Pak Tarno ternyata menaiki sepeda tuanya untuk datang ke rumah sewanya dari desa sebelah yang jaraknya cukup jauh, hati Jovano trenyuh haru dan iba.     

"Sera, Sho, ingatkan aku nanti untuk memberi uang atau pun bantuan ke Pak Tarno." Jovano berbicara ke dua istrinya yang sedang bersiap dan memakai baju yang layak sebelum nanti mereka dijemput Pak Tarno.     

"Oke, Jo." Serafima mengangguk.     

"Uangmu masih ada, Jo?" tanya Shona.     

"Sepertinya dolarku masih banyak, he he he …." Jovano terkekeh. Yang dimaksud dolar adalah uang yang dia ambil secara gaib dari uang para konglomerat korup di berbagai Tax Haven atau surga pajak atau suaka pajak.      

Jovano menggunakan metode mengambil uang dari para konglomerat yang kerap menyembunyikan uang mereka demi menghindari membayar pajak. Beberapa tax haven yang biasa 'dikunjungi' Jovano ada di Switzerland, Austria, Panama, Belize, dan Hong Kong.     

Bagi Jovano, dia tak perlu merasa berdosa mengambil uang dari para koruptor dunia dan konglomerat hitam lainnya. Toh selama ini dia kerap menyebarkan kembali uang yang sudah dia ambil dari mereka dalam berbagai pembelian.     

Serafima dan Shona sudah paham bahwa tumpukan banyak uang milik Jovano didapatkan dari hasil merampok gaib di tax haven. Jadi, ketika mereka membeli sesuatu, membayar sebuah barang atau fasilitas, uang yang mereka bayarkan benar-benar uang, tidak akan berubah menjadi daun.     

"Dolarmu masih banyak, tapi bagaimana dengan rupiahmu, Jo?" tanya Shona yang orangnya lebih teliti bagaikan seorang asisten merangkap sekretaris bagi Jovano.     

"Ahh, sepertinya mulai menipis, sih karena kita cukup membuang banyak uang selama di Indonesia, ha ha ha!" Jovano tertawa lepas dan teringat betapa dia begitu royal bersama dua istrinya sejak menjalankan misi di Indonesia.     

"Kenapa tidak tukarkan saja dolarmu ke money changer, Jo?" tanya Serafima.     

Shona menoleh ke istri tua dan menjawab, "Kalau ke money changer, takutnya nanti akan terlacak oleh pihak tax haven yang tercuri Jo."     

"Bingo untuk Sho." Jovano mengacungkan ibu jari ke istri keduanya. Shona memang lebih cerdas dan teliti, makanya kerap dijadikan tempat bertukar pikiran. Namun, Jovano tidak bisa menyalahkan Serafima, karena gadis nephilim itu baru berapa tahun ini tinggal di bumi manusia, makanya belum paham banyak hal mengenai sistem dan segala hal tatanan yang ada di dunia manusia.     

"Apakah masih bisa untuk memberi Pak Tarno nantinya?" tanya Shona.     

"Sepertinya masih bisa kalau untuk Pak Tarno. Mungkin setelah membantu Pak Tarno, aku akan mengambil lagi beberapa rupiah dari para koruptor Indonesia, he he …." Demikianlah Jovano menumpuk uang rupiahnya, yaitu dari para penjahat berdasi di negara Indonesia.     

"Hati-hati kalau akan melakukan itu, Jo." Shona memperingatkan. "Terakhir kali, kau sampai bertarung lumayan ketat dengan jin penjaga bank-nya, kan?"     

"He he … iya, tapi sekarang aku sudah lebih paham cara menaklukkan mereka, kok!" Jovano mengedipkan satu mata ke Shona. Memang, diantara kedua istrinya, selain Shona lebih cerdas dan teliti, gadis itu juga lebih perhatian pada Jovano.     

Namun, Jovano masih tetap mempertahankan Serafima karena dia memang menyayangi perempuan nephilim itu.     

Setelah bersiap di teras rumah selama beberapa waktu, akhirnya ada mobil yang mendekat ke rumah sewaan Jovano dan berhenti di depan pagar.     

Dari dalam sana, keluar Pak Tarno menemui Jovano. "Mister, mobilnya sudah siap, ayo kita berangkat. Nyonya-nyonya juga silahkan, monggo!" Pak Tarno memimpin dengan sopan Jovano dan kedua istrinya untuk masuk ke mobil jenis carry.     

Mobil itu sudah terlihat lawas dan suaranya juga sudah agak berisik, namun hanya mobil ini yang paling murah bisa ditemukan Pak Tarno di tempat sewa mobil milik tetangganya.      

Jovano diam-diam mengaktifkan Kalung Jiwa milik ibunya yang bisa mendengarkan isi hati makhluk apapun. Tadinya Kalung Jiwa Andrea hanya bisa digunakan pada hewan saja, namun setelah di-upgrade Andrea, itu kini bisa mengetahui isi benak manusia juga.     

Ia mengarahkan target Kalung Jiwa ke Pak Tarno dan memang sesuai dengan dugaannya, Pak Tarno memilih menyewa mobil paling murah karena dia sudah menghabiskan banyak uang selama ini untuk cucunya, dan sisa uangnya sudah dia siapkan untuk membayar Jovano.     

Dari Kalung Jiwa itu, Jovano bisa mengerti keluh kesah dan kesulitan Pak Tarno melalui benak lelaki tua itu.     

Tak sampai satu jam, mereka pun tiba di desa sebelah. Meski jarak sebenarnya dari dua desa itu tidak begitu jauh, namun kendala ada pada jalanan antar kedua desa yang cukup buruk. Ini membuat mobil harus memperlambat lajunya agar nyaman bagi penumpangnya.     

"Sepertinya kita harus lapor ke kades supaya minta ke bupati untuk memperbaiki jalanan di sini." Sopir berbicara ke Pak Tarno sambil terkekeh.     

"Benar, sih. Sudah puluhan tahun jalanan di sini bisa dibilang buruk," timpal Pak Tarno sambil keluar dari mobil setelah sampai di depan rumahnya. "Ayo, Mister dan Nyonya sekalian, silahkan masuk ke rumah saya yang reot ini. Maaf kalau tempat saya berantakan."     

"Jangan merendah, Pak Tarno." Jovano menyahut. Ia dan kedua istrinya pun masuk ke rumah Beliau. Rumah itu bisa dibilang rata-rata, tidak terlalu buruk dan tidak terlalu mewah juga. Benar-benar sedang-sedang saja dan cukup luas.     

Rupanya, rumah itu cukup luas karena anak Pak Tarno banyak dan sebagian dari mereka masih menumpang hidup di rumah itu meski sudah berkeluarga.     

"Bu, ini Mister Jo yang banyak diomongkan orang-orang di desa-desa sini." Pak Tarno memperkenalkan Jovano pada seorang wanita yang separuh kepalanya sudah ditumbuhi uban.     

"Ohh, Mister Jo! Silahkan masuk, Mister." Jawaban ramah dan sopan keluar dari wanita yang pastinya merupakan istri dari Pak Tarno. "Silahkan masuk, Nyonya, jangan sungkan-sungkan, maaf rumahnya cuma begini."     

"Tak apa, Bu." Shona menyahut sambil tersenyum.     

"Ehh! Mereka sungguhan bisa bahasa Indonesia fasih, ya Pak!" Bu Tarno tertegun sambil terkagum.     

"He he … iya, Bu. Ayo, kita bawa Mister dan dua Nyonya ke tempat Mardi." Pak Tarno memimpin mereka ke sebuah kamar di area belakang.     

Di kamar itu, terbaring seorang pemuda berusia masih kisaran 20-an tahun, tubuhnya kurus kering dan tidak sadarkan diri. Di dekatnya, ada wanita dan lelaki yang sepertinya merupakan ibu dan ayah Mardi.     

"Ini cucu saya, Mardi, Mister." Pak Tarno mempersilahkan Jovano masuk ke kamar ukuran 3x3 meter.      

Setelah Jovano dan dua istrinya menyapa sopan kedua orang tua Mardi, Jovano mengambil duduk di sebelah Mardi dan Shona di sebelah suaminya, ikut duduk di tepi kasur yang diletakkan langsung di lantai.     

Shona bersyukur tadi dia memilih memakai celana jins, maka dia bisa bergerak lebih leluasa di sini.     

Jovano menarik napas dalam-dalam dan memejamkan mata sambil menyentuh dada Mardi, sedangkan Shona memilih menyentuhkan tangannya ke kepala Mardi. Sedangkan Serafima hanya berdiri diam melihat keduanya beraksi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.