Devil's Fruit (21+)

Melacak Jiwa Mardi



Melacak Jiwa Mardi

0Fruit 1436: Melacak Jiwa Mardi     

Jovano sudah mulai menangani cucu Pak Tarno, Mardi, bersama dengan Shona. Dia mencari jiwa Mardi, sedangkan Shona membantu dengan energi healing dia untuk memberikan kekuatan dan penyembuhan pada Mardi apapun yang terjadi pada pemuda itu.     

Seperti sudah Jovano duga, ternyata Jiwa Mardi tidak lagi berada di tubuh fisiknya namun sudah terbang dibawa ke sebuah alam lain yang diyakini Jovano sebagai alam jin.     

Jovano berkata lirih pada Shona, "Aku harus mencari dia ke sana."     

Shona membuka mata dan menatap suaminya. Dengan kecerdasan yang dia miliki, segera saja dia paham akan ucapan Jovano padanya. Dia juga paham kenapa Jovano seperti menggunakan bahasa tersamar demikian, itu karena di dekatnya ada orang tua dan kerabat Mardi yang berkumpul di ambang pintu.     

Beberapa kerabat Mardi berjubel di ambang pintu, hendak melihat aksi Jovano yang konon hebat melebihi paranormal dan pemuka agama yang biasanya bisa mengusir makhluk astral jahat. Nama Jovano terlalu bergema di wilayah itu sehingga mereka berkumpul di ambang pintu.     

Sementara, Serafima masih di paling depan dari jubelan orang-orang itu. Dia seperti penahan bagi para kerabat Mardi yang ingin masuk ke kamar. Di dalam kamar, hanya ada Jovano, Shona dan kedua orang tua Mardi serta Pak Tarno.     

Setelah mengatakan kalimat tersamar tadi, Jovano memejamkan mata dan memulai mode keluar raga seperti rogosukmo. Jiwanya bergegas melacak aura jiwa Mardi. Dia memang bisa melacak jiwa karena kekuatan itu turun dari kekuatan ibunya, Sniffer.     

Meski hampir sama seperti kekuatan yang dimiliki Andrea, namun kekuatan pelacak Jovano ini lebih kuat dari milik ibunya, dimana jika Andrea hanya bisa melacak aura makhluk yang masih tersadar 100 persen di raganya, maka kekuatan pelacak yang dimiliki Jovano bisa melacak keberadaan tak hanya yang masih tersadar, tapi juga melacak jiwa suatu makhluk hidup yang sudah keluar dari badan fisiknya.     

Maka, aura dari Mardi yang berbentuk untaian tali jiwa bisa dirasakan Jovano dan segera dilacak olehnya. Jiwanya lari terbang secepat yang dia mampu dan tiba di sebuah alam yang dia yakini itu merupakan alam jin. Kebanyakan, kasus supernatural di Indonesia ini masih banyak berkisar dari ulah para jin, sangat jarang yang berkaitan langsung dengan iblis.     

Oleh karena itu, Jovano masih merasa mudah menanganinya tanpa perlu mengeluarkan kekuatan dahsyat dia kecuali memang jin yang dia hadapi kekuatannya nyaris setingkat iblis.     

Di alam itu, Jovano merasakan suasana tak nyaman, langitnya berwarna kelabu keunguan, rasa yang diberikan mirip dengan ketika Jovano kemarin dulu ada di alam jin di Hutan Alas Purwo. Hanya berbeda warna sekitarnya saja.     

Tiba di sana, Jovano langsung dihadang oleh beberapa jin dengan wajah galak seakan ingin menakuti Jovano.     

"Manusia! Kenapa kau ada di sini?" bentak salah satu dari mereka.     

"Aku ingin menjemput temanku di sini." Jovano menjawab tenang.     

"Siapa temanmu?" tanya jin lainnya.     

Jovano di alam nyata bertanya sambil masih memejamkan matanya, karena dia hanya mengeluarkan setengah dari jiwanya saja ke alam jin tadi. "Mohon maaf, boleh tahu siapa nama orang tua Mardi?"     

"Lumanto! Bapaknya namanya Lumanto!" Pak Tarno lekas menyahut.     

Maka, Jovano di alam jin pun menjawab, "Namanya Mardi bin Lumanto." Dia sudah banyak mengetahui kasus-kasus supernatural di Indonesia dan biasanya mereka butuh nama ayah dari si korban jika memang diperlukan. Jovano tentu saja sudah melakukan riset dan menonton banyak tayangan mengenai itu.     

Jin-jin yang menghadangnya segera mengerutkan kening ketika Jovano menyebut nama dari Mardi. "Pergi! Lebih baik kau pergi daripada kami pukul kau, bisa-bisa kau tak bisa bangun lagi di alammu!"     

Sayangnya, gertakan dari para jin tidak membuat gentar Jovano, dia berteriak keras menggunakan energi khusus, "Mardi! Mardi bin Lumanto!"      

"Sialan manusia ini! Berani sekali dia malah membuat onar!" Jin-jin itu makin marah melihat Jovano makin bertingkah seenaknya di wilayah kekuasaan mereka. Di mata para jin-jin itu, manusia seolah tak ada harga dan kecil. Itu karena kekuatan jin memang melampaui manusia dalam beberapa aspek.     

Namun, bukannya Jovano mundur meski dibentak keras, dia justru melayang cepat melewati para jin penghadang. "Mardi! Hei, Mardi!" Dia menggunakan pelacak jiwa kembali untuk mencari keberadaan Mardi.     

Para jin tadi bergegas mengejarnya. Jovano terbang lebih cepat dan jika ada jin lain hendak menangkap dia, dia dengan mudahnya berkelit ke kanan, kiri, atas, dan bawah … tak ada yang bisa menandingi kecepatan gerakan Jovano di alam itu.     

Hingga dia tiba di sebuah gua, di sana dia menemukan untaian tali jiwa Mardi yang menipis meski masih terasa.     

Lekas saja Jovano masuk ke dalam gua gelap pekat tanpa rasa takut, dan alangkah terkejutnya dia ketika menemukan bahwa di dalam gua itu, ada sebuah dunia lain yang hampir mirip dengan yang sebelumnya. Apakah ini dunia di dalam dunia?     

Mengesampingkan keanehannya, Jovano bergegas mencari Mardi lebih mendalam, sampai dia tiba di depan sebuah hunian berbentuk tak lazim, yah namanya juga hunian milik jin, tentu berbeda dengan yang dimiliki manusia ataupun iblis.     

Di sana, dia menemukan bangunan cukup besar dan di dalamnya ternyata ada banyak jiwa lainnya yang sedang dicambuk oleh para jin di sana.     

"Cepat! Cepat angkut yang benar! Kau mau jadi santapan Tuanku, hah?!" Seorang jin dengan cemeti kulit di tangannya terus melecuti seorang jiwa.     

"Ampun! Jangan cambuk lagi, sakit!" Jiwa itu meraung kesakitan sambil masih terduduk lemah di tanah.     

Mata jin tadi melotot ke jiwa itu dan berkata seperti berteriak, "Kau berani macam-macam denganku, hah! Kau sendiri yang ingin ke sini dan menjadi budak kami, kan! Maka, ini sudah menjadi tugasmu!" Lalu, cambuk itu terus menghujani tubuh ringkih dari jiwa tersebut.     

Kening Jovano mengerut heran, apakah jiwa itu sama seperti Mardi? Dibawa paksa ke alam ini?     

Namun, Jovano tidak sempat berpikir lebih jauh ketika dia mendengar jeritan dari arah lain. Ketika dia melesat diam-diam mendekat, dia melihat beberapa jin menggigit sebuah tubuh jiwa. Mereka seakan sedang menggerogoti jiwa itu hingga si jiwa berteriak keras-keras saking sakitnya.      

"Hentikan! Ampun! Arrghh!" Jiwa itu berteriak keras-keras.     

"Ha ha ha! Bukankah kau sudah mendapatkan keuntungan dari kami, sekarang saatnya kami juga mendapatkan keuntungan darimu!" Lalu, para jin itu melanjutkan menggerogoti jiwa tadi, seolah si jiwa bagai memiliki tubuh nyata dan saat ini dagingnya sedang ditarik paksa oleh gigi-gigi para jin jahat dan dikunyah beramai-ramai.     

"Daging jiwanya lezat! Ha ha ha! Brontah memang hebat mencari mangsa!"     

"Ya, mangsa dari pesugihan memang paling lezat! Ha ha ha!"     

Akhirnya Jovano pun paham bahwa para jiwa yang ada di tempat itu merupakan jiwa-jiwa yang semasa hidupnya membuat perjanjian dengan para jin di sini.     

Tak bisa apa-apa, Jovano hanya bisa mendesah pelan. Apakah dia bisa menyelamatkan para jiwa itu dari tempat penyiksaan ini?      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.