Devil's Fruit (21+)

Konsekuensi Menyelamatkan Jiwa Korban Tumbal Pesugihan



Konsekuensi Menyelamatkan Jiwa Korban Tumbal Pesugihan

0Fruit 1438: Konsekuensi Menyelamatkan Jiwa Korban Tumbal Pesugihan     

Niat Jovano untuk hanya membawa Mardi ternyata tidak semulus yang dia kira. Ada banyak jiwa lain yang menginginkan ikut pula dalam pelarian dari alam jin ini.     

Karena Jovano terlalu lemah hatinya ketika melihat hal-hal tak adil, maka dia pun bersedia mengajak mereka serta dalam pelarian tersebut.     

Sayang sekali, karena mereka cukup banyak, itu menimbulkan para jin menyadari keberadaan mereka yang hendak melarikan diri. "Heh! Siapa itu? Kenapa mereka mengendap-endap begitu! Hei! Mereka hendak kabur! Mereka mau kabur!"      

Teriakan jin tadi mengakibatkan banyak jin lainnya bergegas terbang mengejar Jovano dan kawanan jiwa yang mengikutinya.     

Jovano terpaksa menggunakan api iblisnya untuk melawan para iblis yang menghadang terbangnya. Namun, jumlah iblis yang mendekat semakin banyak.     

Jovano makin kelimpungan. Dia harus melawan sekaligus melindungi. Ini sungguh bukan hal yang mudah. Ada puluhan jiwa yang harus dia selamatkan saat ini.      

Karena serangan para jin mulai makin beringas, ada banyak jiwa yang memilih terbang cepat, siapa tahu mereka cukup beruntung untuk meloloskan diri dari alam tersebut.     

Padahal, itu sebuah kemustahilan.      

Sungguh mustahil mereka bisa melarikan diri tanpa adanya bantuan energi supernatural besar dari yang masih hidup untuk menarik mereka keluar dari sana.     

Inilah kenapa Jovano menggertakkan gerahamnya ketika melihat ada beberapa jiwa yang justru kocar-kacir melarikan diri terpencar-pencar. "Jangan menjauh dariku! Arrghh! Mereka itu!" Ia tak bisa berbuat apa-apa.     

Sementara, jin penjaga mulai berdatangan, siap berkonfrontasi dengan Jovano meski harus menghadapi api iblis sekalipun. Bagi mereka, mati di tangan Jovano masih jauh lebih terhormat ketimbang gagal menangkap buruan dan mati di tangan jin penguasa di alam itu.      

Tangan Jovano terus menggenggam erat jiwa Mardi sembari dia bertarung dengan para jin penjaga, dan harus melindugi setengah dari kelompok yang bersamanya.     

Kewalahan akan itu, Jovano memutuskan untuk menghindari pertarungan saja dan terbang melarikan diri. Dia tak bisa menggunakan alam Cosmo untuk menampung mereka karena Cosmo hanya berfungsi pada makhluk yang masih hidup. Demikian pula alam Wadidaw miliknya. Hanya bisa menyimpan jasad dan makhluk hidup saja, bukan jiwa.     

"Ikuti aku!" seru Jovano sambil terbang menggandeng tangan Mardi. Jiwa-jiwa lainnya segera melesat terbang mengikuti Jovano ke arah yang terlihat lebih sepi.     

Jovano sudah hampir tiba di pintu gerbang alam jin. Sedikit lagi!     

Namun, sayang sekali, ternyata para jin penjaga sangat kuat dan berhasil menangkap banyak dari jiwa yang mengikuti dia.     

Mengetatkan rahangnya karena kesal, Jovano menggunakan semburan api iblis lagi, berharap para jin gentar, tapi ternyata tidak. Mereka terus saja berdatangan mengejar kelompok Jovano.     

Hingga akhirnya, ada beberapa jiwa pemuda dan bapak-bapak yang berseru, "Kalian lekaslah pergi! Kami akan menghadang!"      

Jovano menoleh ke belakang dan belum sempat mengatakan jawaban, dia sudah melihat 4 hingga 6 jiwa lainnya melayang melawan para jin penjaga tanpa memerdulikan nasib mereka.     

"Lekas bawa yang lainnya keluar! Cepat! Jangan sia-siakan pengorbanan kami!" ucap salah satu jiwa bapak tanpa menoleh ke Jovano karena sibuk melawan jin di depannya.     

Menahan kebencian karena tak bisa berbuat apapun untuk menyelamatkan para jiwa itu, Jovano berteriak pada sisanya, "Ayo, lekas ikuti aku!" Ia mengeraskan hatinya agar tidak goyah dan kembali ke belakang. Saat ini ada 9 jiwa yang tersisa, ikut dirinya. Ada diantaranya jiwa bocah berusia 7 tahun dan 12 tahun.     

Jovano benci keadaan ini, tapi dia harus memilih, dan dia terpaksa memilih untuk membawa jiwa yang masih bisa diselamatkan keluar dari alam jin ini.     

Ketika dia sudah mencapai pintu gerbang alam jin, secara tak terduga, ada tangan yang muncul dari tanah dan mencengkeram kaki 5 jiwa yang hendak menembus batas alam.      

"Aarghhh!" jerit salah satu dari mereka, yaitu jiwa bocah umur 7 tahun tadi. "Kakak!" Ia memanggil jiwa bocah umur 12 tahun.     

Jiwa 12 tahun itu bergegas menoleh ke belakang dan melihat jiwa 7 tahun diseret kembali ke alam jin. "Adik!" Dia melesat untuk menangkap jiwa 7 tahun.     

"Jangan!" cegah Jovano ketika melihat adegan itu. Apalagi saat ini, pintu alam jin seperti mulai mengerut seperti hendak menutup. Ini sungguh tidak terduga olehnya.      

Ulah siapa hingga pintu portal gaib ini bisa mengerucut?      

"Ini ulah dari penguasa alam ini, bocah." Suara Hong Wang si burung api terdengar samar di kepalanya. "Dia sengaja hendak menutup portal yang kau robek agar bisa memerangkap kamu selamanya di sini. Lekas keluar, bocah!"     

Jovano tak tahu sejak kapan Hong Wang masuk ke dirinya, bukankah harusnya burung api itu bersama dengan Zivena? Menangguhkan rasa penasarannya, dia lekas berkata, "Om Ver, tapi—"     

"Keluar, bocah bodoh! Skriiii!" Pekikan kuat Hong Wang membuat kepala Jovano pening beberapa saat.     

Tak disangka, jiwa 12 tahun itu berhasil membebaskan kaki jiwa 7 tahun dari cengkeraman tangan aneh dari dalam tanah. Ia melemparkan jiwa 7 tahun tadi ke arah Jovano. "Kakak! Tolong selamatkan adikku ini!"      

Jovano menangkap jiwa 7 tahun dan tak bisa berlama-lama lagi sebelum pintu portal gaib benar-benar menutup. Dengan 4 jiwa yang tersisa, maka dia melompat melewati portal itu.     

"Kakak!" Si jiwa 7 tahun itu berteriak ke arah kakaknya yang sudah dipegangi banyak tangan gaib yang muncul dari tanah. Ia menangis keras-keras karena berpisah dari sang kakak.     

Jovano menangis di hatinya melihat adegan menyesakkan dada itu. Ia membayangkan jika itu terjadi pada dirinya.     

Menepis rasa sedih untuk saat ini, Jovano berkata pada 4 jiwa yang berhasil dia bawa keluar, kini mereka sudah berada di alam manusia, masih berbentuk jiwa.     

"Kalian … kalian sudah bebas, tapi … sebaiknya kalau aku sarankan agar kalian tidak ditangkap lagi oleh jin, kalian sebaiknya mencari cahaya terang dan datang saja ke sana mengikuti cahaya itu—"     

Baru saja Jovano mengatakan itu pada 3 jiwa yang memang raganya sudah menyatu dengan tanah, muncul malaikat yang biasa dia temui, Nafael. Namun, kali ini ternyata Nafael tidak bersama Hazriel yang emosian, melainkan malaikat yang lainnya yang belum dikenal Jovano.     

"Ifrael, bawalah jiwa-jiwa itu." Nafael berkata ke rekannya.      

Dari sana, Jovano pun tahu bahwa nama malaikat satunya adalah Ifrael.     

"Baiklah." Ifrael mendekat ke 3 jiwa yang menatap melongo padanya. "Kalian, ikutlah denganku menuju ke alam berikutnya."     

"Hiks! Aku tak mau … aku mau bersama kakakku … hiks!" Jiwa 7 tahun mulai menangis.      

"Siapa tahu kakakmu sudah menunggu di tempat baru nanti." Ifrael berkata lembut pada jiwa bocah itu. Mata si jiwa 7 tahun pun berbinar senang, dan dia berhenti menangis. "Ayo! Ayo! Ayo ke tempat kakakku!"     

Kemudian, Jovano dan Mardi menyaksikan Ifrael membawa 3 jiwa ke sebuah lautan cahaya, entah akan langsung ke surga atau alam penantian atau bahkan alam pencucian jiwa.     

Lantas, Nafael kembali menoleh ke Jovano dan berkata, "Bukankah Tuan Agung sudah mencegahmu dari tindakan penyelamatan atas mereka?"     

"A-Aku … aku tak tega …." Jovano meringis canggung.     

"Tuan Agung sudah menetapkan hukuman baru untukmu karena kau berani melanggar sabda Tuan Agung." Nafael menatap datar tanpa ekspresi ke Jovano.      

Jovano penasaran dan bertanya, "Hukuman? Apa hukumannya?"     

"Masa hidupmu akan dikurangi." Lalu, Nafael menghilang tanpa mengucapkan hal lainnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.