Devil's Fruit (21+)

Nasehat Jovano Pada Para Astral



Nasehat Jovano Pada Para Astral

1Fruit 1443: Nasehat Jovano Pada Para Astral     
1

"Tuan Agungmu ini telah berfirman, bahwa hanya Dialah yang akan menjadi hakim tertinggi dari semua makhluk, maka janganlah kalian berlebihan. Dia yang lebih memiliki hak atas segala ciptaannya, dan Dia yang penuh kasih dan juga penuh ampunan."     

Jovano terdiam. Kadang, dia memang belum paham akan jalan pikiran dan pertimbangan Sang Sumber. Namun, seperti kata Beliau, hanya Sang Sumber yang berhak memberikan penghakiman dan juga pengampunan.     

Tak ingin menentang, Jovano pun mengangguk dan membuka matanya ke sosok berwajah gosong tadi. "Sho, lepaskan gelembung dia."     

Shona tak mempertanyakan ucapan Jovano karena dia tahu, suaminya pasti sudah mendapatkan jawaban dari Sang Sumber. Maka, dia pun melepaskan gelembung di kepala Si Muka Gosong.     

Sedangkan Serafima, dia tak terima akan keputusan Jovano. "Heh? Bukannya dia ini pernah mencelakai manusia? Kenapa malah dilepas?"     

Shona menggeleng sebagai kode ke Serafima yang kurang peka akan situasi Jovano. Tapi, sang istri pertama tak paham.     

"Sera sayank, Si Sumber sudah mengatakan padaku bahwa dia ingin aku melepaskan makhluk itu." Jovano menjawab menggunakan suara lembut kepada istri pertamanya yang mudah meledak emosi itu.      

Kemudian, Jovano beralih ke Muka Gosong di depan sana yang telah dibebaskan dari gelembung Shona. "Kau … kau sudah diberi ampunan oleh Sang Sumber, kamu paham artinya?"     

"Aku? Diberi ampunan?" Si Muka Gosong sampai termangu mendengar itu. Bagaimana bisa ada manusia berkomunikasi dengan sosok tertinggi macam Sang Sumber?     

"Ya, aku sudah menanyakan pada Beliau dan Beliau ingin memberimu ampunan. Maka dari itu, untuk saranku aja nih, cepat bertobat dan jangan lagi mau diperalat siapapun untuk mencelakai makhluk lain. Ngerti, gak? Kalo masih aja bandel, aku gak nanggung kalo ntar kamu dimusnahin." Jovano menggelengkan kepala layaknya orang kecewa.     

"Aku akan bertobat! Aku akan bertobat!" Si Muka Gosong lekas saja menjanjikan itu.     

"Tapi, bagaimana kalau ada dukun jahat yang memaksa kamu untuk menjadikan kau media kejahatannya seperti yang sudah-sudah, bro?" tanya seorang astral di dekat Si Muka Gosong.     

Si Muka Gosong lekas menyahut, "Aku tidak akan mau! Kalau dukun sialan itu ingin menghancurkan aku, yah hancurkan saja! Pokoknya aku tak mau lagi dijadikan alat oleh siapapun!"      

Jovano dan dua istrinya kagum dengan keteguhan niat Si Muka Gosong.     

"Bagus! Memang itu hal terbaik agar kalian tidak mendapat murka dari Sang Sumber. Kalian boleh saja dihancurkan dukun jahat, namun Sang Sumber akan mengangkat kalian ke tempat yang lebih baik nantinya, aku percaya itu." Jovano mengangguk.     

Ucapan ini disengaja oleh Jovano agar para astral yang sedang dia hadapi ini mulai berhenti mengganggu manusia dan itu artinya dia membuat perubahan meski hanya pada segelintir saja, setidaknya ada perubahan, kecil pun tak masalah.      

Terkadang, Jovano harus menyisipkan beberapa pemahaman mengenai moralitas dan mencatut nama Sang Sumber untuk memberikan persuasi juga sugesti pada makhluk astral agar mereka menjauh dari kejahatan.     

Hasilnya memang kentara, beberapa makhluk astral berhasil disadarkan Jovano dan mereka berjanji tidak akan seenaknya mengganggu manusia.     

"Tapi bagaimana jika manusia yang mengganggu kami lebih dulu?" Kali ini ada pertanyaan dari istri Si Hitam Besar Berbulu. "Anak-anak kami kadang diusili atau dikerjai manusia jahat. Mana mungkin kami diam saja jika anak kami dibegitukan?"     

"Ya! Terkadang manusia yang lebih dulu memberikan gangguan pada kami!" Wanita berbaju putih lusuh ikut bersuara. "Kami sudah diam tenang, tapi mereka malah memprovokasi kami dengan tingkah aneh seperti merekam tempat kami dan bertingkah seakan melihat kami padahal dia menyiapkan temannya dengan jubah meniru kami!"     

Jovano tertawa mendengar keluhan wanita bergaun putih lusuh itu. "Ha ha, yah … kadang memang manusia bisa berkelakuan seaneh itu. Berharap bertemu kalian, lalu akan kabur menjerit-jerit begitu kalian benar menemui mereka."     

"Ya, seperti itu!" Para astral lainnya mengangguk setuju akan kalimat Jovano karena memang begitu yang biasa terjadi.     

"Hm, kalau memang begitu yang terjadi, saranku sih … segera menjauh dari manusia yang bertingkah aneh tak jelas itu, yang sok menantang kalian, jangan terpancing mereka, biarkan nanti ada pengawas dari Sang Sumber yang akan mencatat upaya kalian menghindari masalah." Jovano memberikan solusi sembari menyelipkan lagi akan kedaulatan Sang Sumber.     

Para astral yang di depan Jovano pun mengangguk paham. "Baiklah, kami akan mengambil nasehat darimu, bocah manusia. Tapi, aku yakin kau bukan manusia, ya kan?"     

Jovano mengangguk. "Aku memiliki setengah darah manusia di tubuhku, dan sisanya …." Ia tidak meneruskan dan membiarkan mereka menebak-nebak sendiri sembari dia tersenyum nakal.     

"Sudah kubilang, dia ini pasti iblis yang menyamar manusia," bisik satu dari astral.     

"Tapi, kalau iblis, kenapa dia malah ingin membantu manusia?"     

"Yah, mungkin saja dia iblis aneh yang tak patuh dengan protokoler keiblisan?"     

"Hei, heiii … aku bisa mendengar bisik-bisik kalian loh, walau kalian tidak bersuara dan menggunakan bahasa kalbu." Jovano lalu mengulum senyumnya. "Di dunia jagat raya ini … tak ada makhluk yang absolut baik dan absolut jahat atau buruk. Karena Sang Sumber telah memberikan kehendak bebas terhadap makhluk tersebut, dan Sang Sumber cukup menghitung saja seberapa banyak dosa dia nantinya."     

Penjelasan mendalam meski singkat dari Jovano membuat para astral mengangguk-angguk paham.     

"Nah, karena kalian udah paham, biarkan istriku ini memindai dan memeriksa memori kalian, yah!" Jovano mempersilahkan Shona untuk maju membungkus kepala satu demi satu astral itu.     

Setelah diperiksa, Shona tidak menemukan hal parah mereka dalam mengganggu manusia, bahkan Si Gaun Putih Lusuh pun masih diberi ampunan oleh Sang Sumber seperti yang terjadi pada Si Hitam Besar Berbulu dan Si Muka Gosong.      

Sepertinya mereka tidak berlebihan, pikir Jovano.     

"Karena sosok yang sengaja ditaruh di rumah pak Lurah untuk mengusir penghuni yang menyewa dan membeli rumah ini sudah aku musnahkan, pastinya sekarang rumah ini akan baik-baik saja, kan?" Jovano berkata sambil melirik ke Shona masih memindai memori arwah lelaki tak bisa berjalan itu.     

"Ya, biasanya dia yang akan maju mengganggu manusia setiap ada yang datang ke rumah ini." Si Hitam Besar Berbulu memberikan suara.     

Shona sedang berkonsentrasi pada arwah lelaki cacat itu, matanya terpejam dan tak berapa lama kemudian membuka lagi. "Sepertinya dia tidak melakukan apa-apa selain hanya berkeliaran saja di wilayah desa ini." Ia berkata pada suami di sebelahnya.     

Jovano menoleh ke Shona. "Berkeliaran di desa ini?"     

"Ya, hanya berkeliaran dari satu tempat ke tempat lain. Itu saja yang aku lihat dari memorinya."     

"Tidak melakukan apa-apa, Sho?"     

"Tidak, Jo."     

Sementara itu si arwah lelaki cacat itu tetap diam sambil tersenyum.     

Namun, Jovano mengerutkan dahinya. "Om Wei, tolong pinjam kekuatanmu, Om!"     

Wei Long muncul dan mengangguk paham. Dia menembakkan kekuatan pikiran dia ke arwah itu sembari Shona masih memindai.     

"Astaga! Ternyata memorinya berlapis-lapis, Jo!" jerit Shona. "Dia bukan arwah biasa! Tapi sudah disusupi iblis jahat! Dia berbahaya, Jo!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.